5 Novelitis Obsessiva

344 73 16
                                    

Archer menatap Riley yang sedang bercanda dengan beberapa teman prianya, ekspresinya penuh pertimbangan.

Matanya menyelidiki setiap gerakan dan ekspresi Riley, mencari tanda-tanda yang bisa mengonfirmasi atau membantah apa yang dia alami semalam. Wajah Riley yang ceria dan riang membuatnya ragu, mengingat kontrasnya dengan sosok misterius yang dia lihat menguntitnya.

Apakah semalam itu hanya sebuah mimpi yang mengerikan? Sebuah bayangan dari pikirannya yang terganggu oleh alkohol? Ataukah itu adalah kenyataan yang sebenarnya? Archer sangat stress dibuatnya.

Setiap tegukan alkohol yang dia konsumsi semalam meresap ke dalam otaknya, merusak memori dan membuatnya sulit untuk membedakan antara fiksi dan kenyataan. Archer merasa sial karena efek alkohol itu membuatnya tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi.

Archer melangkah dengan mantap, mengarahkan pandangannya lurus pada Riley yang sedang asyik berbicara dengan teman-temannya. Langkahnya yang tegas menghentikan kegembiraan di antara mereka, mengubah suasana menjadi tegang dan canggung.

"Nona Riley," ucapnya dengan suara yang tajam dan penuh otoritas, membuat semua orang di sekitar berpaling ke arah mereka. "Saya ingin bicara dengan Anda. Ke ruangan saya sekarang juga!"

Wajah Riley memucat, tangannya yang gemetar meremas tasnya dengan erat. Matanya yang penuh kekhawatiran mencari-cari alasan atau peluang untuk menghindar. Ia bisa merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang.

Pertanyaan-pertanyaan menerpa pikirannya dengan cepat: Apakah Archer mengetahui sesuatu tentang kejadian semalam? Apakah dia telah mengetahui jika selama ini Riley menguntitnya? Atau mungkin saja Archer hanya ingin mendiskusikan sesuatu yang lain?

Riley mencoba menenangkan diri, berusaha untuk menemukan keberanian di dalam dirinya. Namun.rasa takut menguasai dirinya. Membuatnya terjepit di antara rasa bersalah dan rasa takut akan konsekuensinya.

Setibanya di ruangan dosen yang dingin itu, Riley menunduk pasrah, menunggu Archer memulai pembicaraan. Namun, dari gelagatnya, Archer juga ragu untuk bicara.

"Kamu menguntitku semalam di hotel, kan?" Tanya Archer tajam.

"Apa maksudmu?" Potong Riley dengan cepat, berpura-pura polos. Syukurlah, Archer tidak sepenuhnya yakin dengan kejadian semalam. Kini, Riley bisa membuat berbagai alasan untuk membantah tuduhannya.

"Jangan berbohong!"

"Aku tidak mengerti. Aku patah hati setelah kamu memarahiku. Aku mencoba move on. Tapi kamu tiba-tiba memanggilku hari ini. Apa itu artinya kamu memberiku kesempatan?" Riley mendekat dan memeluk lengan Archer dengan manja.

"Lupakan saja, mungkin itu hanya mimpi burukku," Ujar Archer dengan nada frustasi.

"Kamu memimpikanku? Apa mimpimu? Apa kita melakukan sesuatu yang hebat?"

"Sudah kubilang itu mimpi buruk!" Tegas Archer, wajahnya tampak kesal. "Keluarlah dari ruanganku!"

"Tidak mau! Ceritakan dulu mimpimu! Apa yang kamu lihat? Apakah itu indah?"

"Sudah kubilang itu mimpi buruk!" Ulang Archer, kali ini dengan nada yang lebih tinggi. Tapi Riley adalah Riley. Dia tidak mendengarkan keluhan Archer sama sekali.

Riley merengek dengan nada manja yang khas, membuat Archer merasa seperti sedang berada di tengah badai pertanyaan yang tak berkesudahan.

"Berurusan denganmu itu seperti berjalan di atas ranjau!" Komentar Archer dengan nada kesal, sementara Riley tetap tenang dengan sikapnya yang agresif.

"Aku hanya mau mendengar mimpimu tentang aku! Aku nggak akan pergi sampai kamu ceritakan semua! Tidak boleh ada yang terlewat!" Ujar Riley sambil mendekap leher Archer dan duduk di pangkuannya.

Pretty Stalker (On Going)Where stories live. Discover now