[03] Thaibas Garden

6 1 0
                                    

Kama merasa sangat beruntung karena terlahir sebagai seorang healer

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kama merasa sangat beruntung karena terlahir sebagai seorang healer. Orang tuanya yang merupakan penyembuh profesional di Liechtelia Land menurunkan kemampuan perlindungan dan penyembuhan hebat itu kepada dirinya. Karena itulah yang Kama butuhkan saat melihat tombak meluncur tepat ke arah Soren.

Jantungnya serasa berhenti berdenyut menyadari temannya tidak akan mampu menghindar melawan kecepatan senjata. Seburuk-buruknya keadaan, dia bisa menyembuhkan luka pada Soren bila sampai tertembus tombak.

Namun, bukan Soren namanya bila gampang terkena serangan. Dalam kecepatan yang mengagumkan, lelaki itu melompat dan langsung menyambar tubuh Kama. Mereka berguling-guling di rerumputan empuk dan tebal, menjauhi arah datangnya serangan.

"Hei, Tukang Obat! Kau berutang nyawa padaku." Soren menyeringai saat dirinya berhasil menyeret Kama ke balik sebatang pohon besar untuk bersembunyi.

"A–apa i–itu tadi?" Kama membelalakkan mata. Suaranya terbata-bata dan mencicit ketakutan. "Kenapa mereka menyerang kita?"

"Aku tidak tahu." Soren mengintip dari balik batang pohon. Telinganya terangkat saat mendengar suara 'kersak!' tidak jauh di belakangnya.

"Kama, minggir!" Soren kembali menarik temannya, kali ini ke belakang punggung. Wajahnya memucat dan tanpa disadari tangannya yang menggenggam pergelangan Kama gemetar kecil.

Dua orang itu mendengar desiran angin yang tidak wajar, melengking seperti nyanyian roh jahat yang membuat bulu kuduk meremang. Lalu, dari balik rapatnya pepohonan, muncul tiga sosok tinggi berkulit serupa tanah. Tubuh mereka ramping dengan otot-otot yang terdefinisi dengan baik. Pakaian mereka aneh, menyerupai baju zirah, tetapi dengan ukuran dan bentuk yang lebih pas di badan; menciptakan fleksibilitas sekaligus perlindungan setiap kali mereka bergerak.

"Mundur, Kama!" desis Soren.

Pedang muncul di tangannya setelah mengeluarkannya dari grimoire (1). Tanpa aba-aba lebih dulu, Soren langsung menerjang maju ke arah tiga sosok dengan wajah tak ada bedanya dengan dirinya itu.

Meski gemetar hebat dan nyaris saja pingsan, otak Kama masih mampu bekerja dengan baik. Tangannya mengacungkan tongkat disertai mulut yang merapal mantra. "Autora sanctifex," bisiknya lembut.

Benang perak menjulur dari ujung tongkatnya, mengejar Soren yang tengah berduel dengan tiga sosok bertombak, lantas menyerap masuk ke punggung temannya itu.

Sihir perlindungan yang diberikannya pada Soren mampu meningkatkan kekuatan target. Seperti yang terjadi sekarang, kecepatan Soren memainkan pedang naik dua kali lipat. Saat terkena pukulan dari lawan, lelaki itu juga tidak sampai terpental jauh. Dia masih bisa bertahan dalam posisi kuda-kuda yang sempurna sebelum kembali melakukan serangan balasan.

Kama mundur perlahan-lahan, mencoba terus mentrasfer sihirnya pada Soren. Tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang keras dan kokoh menabrak punggungnya. Perlahan, sangat perlahan, dengan wajah yang sudah sepucat mayat, Kama menoleh. Detik itu juga jeritannya melengking tinggi memecah udara.

Terestrial: The Sentinels Of Capricornian Stellar GuardiansWhere stories live. Discover now