[01] The Headmaster's Summons

44 6 2
                                    

"Kau tahu kalau berjualan ilegal itu dilarang di sekolah, 'kan?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kau tahu kalau berjualan ilegal itu dilarang di sekolah, 'kan?"

Kamalika Rajamani melirik sebal ke arah sahabatnya, Thoren Fae. Si gempal berambut perak yang tak henti memasukkan kue cokelat lumer ke mulut sembari memelototi gadis muda yang tengah menghitung setumpuk koin platina.

"Seharusnya kau tinggal di Black Mamba, bukan di akademi." Thor kembali berceloteh.

Kama melempar ujung rambut sewarna jade miliknya ke belakang. Tanpa menoleh, dia membalas perkataan sang sahabat.

"Yah, tidak semua murid di sini sekaya Soren."

"Soren Knox?"

"Siapa lagi? Si tengil yang tak pernah mau mengalah itu." Kama tak repot-repot menutupi nada sebal dalam suaranya. "Akhirnya aku punya cukup bitnovalion untuk libur sekolah nanti."

Hati-hati Kama menyimpan uang Celestial Kingdom itu dalam kantong kulit. Senyumnya semringah. "Lagi pula, aku hanya menjual jasa sihir pelangsing. Andai kau tahu berapa banyak teman-teman kita di akademi yang takut gemuk dan rela menukar bitnovalion mereka dengan sihirku, kau pasti tak akan heran kalau aku bisa sekaya Soren di akhir tahun ini."

Thor menggeleng-geleng. "Kalian berdua kenapa selalu bermusuhan? Tidak kau, tidak Soren. Setiap mendengar nama masing-masing, cakar kalian seolah langsung muncul. Padahal kalian berdua adalah dua murid terpandai di sekolah ini."

"Secara teknis, aku dan Soren punya tanduk. Kami sama-sama Capricorn. Jadi, cakar yang kau maksud itu tak punya relevansi sama sekali dengan kepribadian kami." Kama mengemasi barang-barangnya. Dia sedang menghabiskan waktu kosong di jam istirahat dengan bersantai di lapangan hijau sebelum Thor datang beberapa menit yang lalu.

Lelaki gempal itu menyelesaikan kunyahan kue terakhirnya sebelum menyihir hilang bungkus makanan yang sudah kosong. Dia menepuk-nepuk tangan, menghilangkan remahan kue, lalu bicara santai pada Kama.

"Jadi, sudah selesai hitung-hitungannya?"

Kama mengangguk.

"Bagus. Kalau begitu, kau bisa pergi ke kantor Kepala Sekolah sekarang."

Kama melongo. "Ke—pa—la Se—ko—lah?"

"Ya. Kau dipanggil Profesor Lucas untuk menghadapnya sekarang."

Kama langsung mengumpat keras. Buru-buru dia menyodorkan kantong uangnya pada Thor. "Simpan dulu!"

Lelaki itu nyengir lebar.

"Kenapa kau tak bilang dari tadi kalau aku dipanggil Kepala Sekolah?" Jantung Kama berdentum-dentum kencang. Namun, yang didapatnya hanya kedikan bahu Thor. Sahabatnya itu ikut berjalan cepat di sebelah Kama.

"Kenapa aku dipanggil? Aku hanya menjalankan sihir pelangsing saja. Takada kejadian buruk di kesehatan cewek-cewek akademi setelah mereka memakai sihir pelangsingku . Astaga, kenapa aku dipanggil Profesor Lucas?"

Terestrial: The Sentinels Of Capricornian Stellar GuardiansWhere stories live. Discover now