Flasback

433 43 9
                                    

Beberapa minggu sebelumnya ...

Sena baru saja pulang ke rumah tepat ketika jam di dinding menunjukkan pukul 10 malam. Ia baru saja pulang bekerja. Gadis itu bekerja menjadi pelayan di sebuah kafe.

Masuk ke kamar, Sena langsung merebahkan diri ke ranjang. Dia belum sholat isya.

"Kapan ya gue bisa bebas? Capek banget jadi tulang punggung keluarga," gumamnya dengan mata yang menatap nanar ke langit-langit kamar.

Tak lama, suara ketukan di pintu membuat lamunan Sena buyar. Gadis itu menghela napas panjang sebelum akhirnya bangkit dan duduk.

"Masuk!" serunya.

Pintu perlana terdorong, dan terlihatlah seorang remaja laki-laki di sana. Ia tersenyum pada Sena dengan raut muka menyimpan gundah.

"Kenapa, Gal?"

"Gala masuk ya, Kak?"

"Hem."

Remaja bernama Gala itu menutup pintu secara perlahan begitu ia tiba di dalam kamar kakaknya. Kemudian ia menghampiri Sena dan ikut duduk di samping gadis itu.

Gala adalah adik Sena yang pertama. Remaja berkulit sawo matang itu baru baru saja masuk SMP.

"Eum ... Kakak ada uang?" tanya Gala ragu-ragu.

"Besok Kakak gajian. Sabar, ya. Kamu butuh buat beli seragam, kan?"

Gala mengangguk sungkan. Sebenarnya ia juga tidak tega meminta hal yang bukan tanggung jawab kakaknya. Selain Sena, Gala tidak tahu harus meminta pada siapa sebab orang tua mereka tidak bekerja. Lebih tepatnya, bekerja suka-suka. Seperti yang dilakukan ayah mereka.

Semenjak ibu mereka jatuh sakit, perekonomian keluarga pun menurun drastis. Wanita yang biasanya berjualan di warung, kini tak lagi bisa bekerja karena kondisi kesehatan yang tak lagi bugar.

Sehingga kini, Sena lah yang menggantikan posisi ibunya mencari nafkah. Sementara sang Ayah, pria itu tidak bertanggung jawab sekali dengan tugasnya.

"Maaf ya, Kak. Gimana kalau Gala nggak usah sekolah aja. Gala kerja aja bantu Kakak cari uang buat pengobatan Emak,"

Meski usianya baru menginjak angka  13 tahun, tapi remaja laki-laki itu mengerti akan kondisi keluarganya.

"Nggak usah, Gal. Kamu harus sekolah minimal sampai lulus SMA. Udah, nggak usah dipikirin. Kakak masih mampu, kok. Tulang Kakak masih kuat. Nih lihat!" Sena memperlihatkan lengan kurusnya. Ia menekuknya seperti yang dilakukan atlit angkat besi.

Gala tersenyum, tiba-tiba ia sedih. Tak mengatakan apa pun, remaja laki-laki itu langsung memeluk Sena.

"Gala janji, kalau Gala udah besar nanti, Gala nggak akan biarin Kakak, Emak, dan Mala menderita. Gala akan kerja, jadi orang sukses terus bawa kalian pergi dari rumah ini,"

Sena tercenung. Bibirnya gemetar kala rasa sedih menyeruak. Perlahan ia menyambut pelukan adiknya.

"Aamiin. Makasih ya udah ngerti,"

Gala mengangguk. Pelukan mereka pun terurai. Sena segera menyeka air matanya lalu tersenyum pada Gala.

"Udah malam, tidur gih,"

Gala mengangguk. Ia bangkit dari kasur dan beranjak keluar dari kamar kakaknya. Sepeninggal sang Adik, tangis yang tadinya tertahan, akhirnya luruh. Gadis itu menangis tanpa suara sambil menutup mulut.

Namun tiba-tiba, ponselnya berdenting. Suara notifikasi pesan masuk ke sana. Sena menghela napas seraya menenangkan gemuruh di dadanya. Ia mengusap mata setelah itu mengambil ponsel yang berada di dalam tas.

Hello, My SunshineTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon