Rumah Sakit

15 2 0
                                    

"Aku terlalu trauma kehilangan seseorang yang sangat berarti di hidupku. Namun, apakah Nara salah satunya yang menjadi kekhawatiranku?"

El_Ma

***

Kakiku lemas saat memasuki ruangan serba putih itu. Bahkan, bau menyengat obat sangat menyiksa indera penciumanku. Jika bukan karena paksaan dari ummi, aku tidak akan menjejakkan kaki ke sini; meskipun aku mau sekalipun.

"Kok di dalem nggak ada yang nungguin, Mi? Orang tuanya mana?" tanyaku dengan sangat penasaran, sebab di dalam kamar VIP sebesar ini tapi tidak ada satu orang pun yang menunggui. Kasihan sekali kau, Ra ....

"Memang sengaja ... karena tahu kamu mau ke sini ...." Ummi membuka pintu kamar dan menarik lenganku agar segera masuk.

Aku masih berpikir keras, kenapa harus sengaja tidak ada yang menunggui hanya karena aku datang? Apa hubungannya?

"Orang tuanya sedang umroh, dia juga anak tunggal ...," terang ummi yang mulai membuatku semakin pusing. Iya, memang kasihan, tapi kan pasti dia punya teman atau keluarga besar lainnya yang akan menunggui, 'kan? Jadi, pertanyaannya, kenapa harus disengaja tidak ditunggui saat tahu aku akan datang menjenguk? Kan aneh?

"Lha ya kamu po lupa kalo keluarga Yai tho, El?" Ummi sepertinya sadar kalau aku masih bertanya-tanya tentang hal ganjal tadi. Dan, ya ... pasti mereka memberi ruang untuk ummi dan aku saat tahu pengasuh pesantren yang datang menjenguk, 'kan?

Bukan menyombongkan diri, tapi aku cukup bangga dan merasa nyaman jika tidak banyak orang yang ada di ruangan seperti ini. Terlebih, kalau banyak orang pun, aku akan merasa risih karena selalu ditanya ini-itu. Apalagi, kata ummi, Nara masuk rumah sakit gara-gara aku.

"Ummi ke kamar mandi dulu, ya, El? Tiba-tiba kok perut ummi nggak enak ... kamu di sini dulu, lho, ya ...." Ummi terburu ke kamar mandi dan meninggalkan aku yang masih belum familiar dengan tempat berwarna serba putih ini. Mungkin ini kali pertama aku ke rumah sakit, jadi masih agak terkaget-kaget dengan suasana dan tempatnya; tentunya.

Aku masih menatap sekitar ruang hingga ke sudut-sudutnya, tanpa sadar kalau yang sedang kujenguk ternyata sudah membuka matanya ....

"Ngapain Ning Elma ke sini?" Ucapannya lirih, tapi berhasil menusuk hingga ke ulu hatiku. Ya ngapain lagi datang jauh-jauh ke rumah sakit kalau bukan untuk jengukin dia? Masa mau kampanye?

Aku memutar bola mata malas, belum sempat kujawab, dia sudah berkata lagi. "Kalau memang nggak niat jenguk, nggak usah jenguk. Nara nggak perlu dijenguk, kok."

Skakmat!

Kayaknya ini bocil memang aslinya nyebelin, ya? Pedes juga omongannya. Emang dikira aku mau jenguk dia karena kemauanku sendiri apa? Sorry!

"Ya udah tho ... sana balik aja! Lha wong nggak ada kepentingan juga di sini, kok ...." Dia kembali menancapkan kalimat menohok, dan membuatku semakin ingin segera pergi dari ruangan ini.

Ummi lama sekali, ya? Udah nggak betah aku di sini! Huffft!

Aku masih diam dan menjadi sangat malas bicara, sampai beberapa saat kemudian ummi datang. Dengan cepat aku berucap, "Pulang, yuk, Mi ... Elma juga nggak ada harga dirinya di sini ...." Ummi yang baru kembali hanya menatapku bingung, dan aku yang sudah terlanjur sakit hati langsung ngeloyor pergi.

Ning ElmaWhere stories live. Discover now