17. Kue untuk Aira

2.6K 228 45
                                    

بِسْـــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــمِ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 🙏🏻

Kemaleman ya? Maaf baru selesai ngetik hehe😁

Tadinya nggak akan update hari ini soalnya baru mulai tulis part ini siang tadi. Saya kira nggak akan selesai hari ini. Tapi Alhamdulillah Allah kasih kemudahan sampai akhirnya bisa selesaikan part ini🤗

Ayo jangan lupa vote dan komen... Part lumayan panjang loh🤭

Sholawat dulu....

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad.

Semoga suka dengan part ini🤗

Jika ada kesalahan ketik ataupun penyampaian mohon di koreksi...

Happy reading guys🤗🤗🤗

♡ ♡ ♡

Usai melaksanakan salat zuhur di masjid perusahaan. Fadhil kembali memasuki ruangannya di ikuti Asad yang senantiasa mengekor kepadanya.

"Sad, jam satu ada jadwal di luar kan?" tanya Fadhil sambil mendudukkan dirinya di kursi kerjanya.

Asad yang juga sudah duduk di kursi kosong di depan Fadhil mengangguk. "Iya Pak. Pertemuan dengan Pak Dirga di perusahaan beliau."

Fadhil mengangguk beberapa kali saat itu. Sementara tangannya mulai mengambil satu dokumen di atas mejanya dan membukanya. Lelaki itu membolak-balik halamannya dengan tak tentu. Pikirannya sedang tak bisa diajak kerjasama untuk di pakai bekerja. Padahal pekerjaannya masih menumpuk.

"Sad, masih jam istirahat kan?" Tatapan Fadhil seketika berpindah pada sahabatnya. Di mana saat itu Asad sedang sibuk melihat jadwal Fadhil hari ini.

"Iya masih istirahat. Kenapa?" sahut Asad. Satu alisnya terangkat saat melihat atasan sekaligus sahabatnya itu terlihat gusar.

"Ada masalah?" tanya Asad.

Fadhil terdiam sejenak, menimang-nimang apakah ia bercerita saja kepada sahabatnya ini tentang apa yang sedang dirinya hadapi saat ini? Atau ia simpan saja kegusarannya ini sendirian? Tapi kalau ia tidak bercerita pada Asad, kemungkinan besar dirinya akan sulit fokus dalam pekerjaannya.

"Cerita. Jangan di simpan sendiri, Dhil," ucap Asad. Menyadarkan Fadhil dari pikirannya saat itu. Lelaki itu kemudian menghembuskan nafasnya kasar sebelum kemudian memilih bercerita pada sahabatnya.

"Papa sama Mama mulai minta saya cari istri," kata Fadhil.

Sejenak Asad sempat tertegun akibat ucapan Fadhil. Namun sesaat berikutnya lelaki itu malah menarik senyuman miring.

"Ya tinggal cari. Apa susahnya. Perempuan banyak," sahut Asad enteng. Seketika membuat Fadhil melayangkan tatapan tajam pada sahabatnya itu. Membuat Asad langsung tertawa saat itu juga.

"Biasa aja kali Dhil. Nggak usah natap saya begitu. Saya cuma bercanda," ungkap Asad. Lelaki di depan Asad itu mendengus sebal.

"Memangnya ada apa? Kenapa tiba-tiba orang tua kamu nyuruh kamu cari istri? Padahal sebelumnya nggak terlalu mempermasalahkan soal kamu mau nikah kapan, kan?" heran Asad.

Lagi-lagi Fadhil menghembuskan nafasnya kasar. "Mereka bilang saya sudah makin dewasa. Sudah waktunya cari pendamping. Dan kalau dipikir pun ucapan mereka benar. Di usia sekarang seharusnya saya cari pendamping," jelasnya.

Lantunan Surah Asy-SyamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang