Ch.6 Cinta Satu Malam

9.5K 122 0
                                    

Suara ayam berkokok membangunkan tidur nyenyak ku, mataku terbuka sedikit demi sedikit, menunjukan cahaya lampu kamar yang terang benderang, aku bangun dari tidurku, menatap kebawah, kearah celana yang kupakai, berbeda dengan hari hari sebelumnya dimana kegiatan pertamaku setelah bangun tidur adalah membuka jendela kamar, kali ini yang pertama ku lakukan adalah membuka celanaku, celana yang telah tersembur air mani ku, kubuka perlahan celanaku, menunjukan kontol ku yang sedang tidur, kontol ku melekat pada celana dalamku, mungkin karena mani yang tidak tercuci semalam, dengan segera aku mengambil handuk yang menggantung dan berjalan menuju kamar mandi.

Belum sempat aku sampai dikamar mandi, dihadapanku sudah ada bapak sedang duduk didepan tv dengan gelas digenggamanya, ketika melihat wajah bapak, reflek bayangan bayangan kejadian yang semalam terjadi kembali terputar di ingatanku, wajahku memanas membayangkanya, merasakan kontol bapak bersentuhan dengan kontol ku, ya meskipun terhalan beberapa helai kain, tetap saja, itu adalah momen paling hot yang pernah terjadi di 17 tahun hidup ku.

Dihadapan ku, bapak mengenakan baju batik licin dengan sarung coklat melingkar dipinggangnya, ahh, bapak terlihat sangat tampan dan berwibawa, tentu saja, mengenakan pakaian compang camping saja bapak sudah bisa menggetarkan hatiku, apalagi dengan berpakaian rapi begini.

"Bapak." Kataku pelan.

"Ehhhh baru bangun Di ? Tumben, biasanya duluan kamu bangunya dari pada bapak?." Tanya bapak kepadaku.

Bapak berprilaku seolah olah tidak terjadi apa apa semalam, sedangkan aku, menatap mata bapak saja agak ragu dan malu malu, apa bapak tidak ngeh ya dengan terjadi semalam.

"I-iiya p-pak, semalem kan Andi begadang bareng bapak, jadi agak sedikit telat bangun nya." Jawabku pelan tanpa menatap bapak.

"Tuhh kan, ceuk bapak juga, kalo kamu begadang mah nanti teh bangunya kesiangan, heuras beheung (keras kepala) da kamu mah."

"Iya pak, Andi salah, harusnya kalo mau begadang malam minggu aja."

"Bapak juga aneh, jam segini udah rapi, seger, wangi." Lanjut ku.

"Iya Di, bapak kebangun, terus gak bisa tidur lagi, jadi yaudah mandi aja bapak, sekalian hari ini mau jemput Uwa kamu, katanya mau kesini nanti siang." Balas bapak.

"Uwa Ateng pak ?."

"Iya, katanya mau ada urusan ke desa sebelah, jadi mau ikut nginep dulu sehari disini."

"Gitu ya pak, yaudah deh, Andi mau mandi dulu."

Aku melanjutkan kegiatanku untuk mandi, membersihkan sisa sisa semalam, haahh kalo bisa sih aku nggak mau ngebasuh hasil kegiatan semalam, biar ada kenang kenangan gitu, keringetan bareng bapak, tapi kalo nggak mandi, nanti bau amis badanku, bisa malu aku.

Kulihat dikamar mandi ada 2 ember, satu ember berisi pakaian kotor bekas kesawah milik bapak, diember lainya berisi sarung hijau yang bapak pakai semalam, kututup pintu kamar mandi, hal pertama yang ku ambil adalah celana dalam berwarna putih milih bapak yang dia pakai kemarin saat pergi ke sawah, kulihat celana dalam itu, terdapat beberapa noda kekuningan disana, ku arahkan celana dalam itu kehadapan wajahku, ku balikan celana dalam itu hingga bagian dalamnya berada diluar, dengan cepat ku tempelkan celana dalam itu ke hidungku, kuhirup aroma celana dalam bapak, aroma pesing dan musky khas keringan yang sudah sehari ter marinasi benar benar membuatku mabuk, ingin rasanya aku mengulang kejadian semalam bersama bapak.

Kusimpan kembali celana dalam bapak kedalam ember, selanjutnya ku ambil sarung hijau yang bapak pakai semalam, mencari titik dimana bapak berejakulasi disarung itu, mencari dan mencari hingga terlihat sebuah area yang basah dan hampir kering, luas sekali area basah ini, bapak benar benar keluar banyak malam tadi, kuhirup juga aroma pejuh bapak disarung itu, aroma amis khas pejuh menguar dihidungku, aroma jantan yang sangat kuat, membuatku hampir kehilangan keseimbangan, kaki ku lemas mencium aroma air bapak ini, kujilat jilat area basah itu, menyecap rasa rasa yang tersisa disarung itu, setelah aku puas kusimpan kembali sarung itu dan kembali melanjutkan mandi ku, kareka aku takut telat untuk bersekolah.

Setelah bersiap aku kembali keruang tengah menuju bapak.

"Di, tuh ada bubur, bapak barusan beli buat kamu, gigi kamu kan sakit, yang penting kamu sarapan, jangan sampai perut kamu kosong, nanti belajarnya kurang fokus " kata bapak.

Kupu-kupi dalam perutku berterbangan mendengar bapak berkata seperti itu, ternyata bapak masih ingat dengan gigiku yang sakit, duhh, memang pria idaman bapak ini, jadi makin menggelembung lah rasa terlarang ini kepada bapak.

"Wahhh makasih banyak pak." Kataku sambil bergerak mengambil bubud itu lalu memakanya dengan lahap, setelah selesai dengan makanku, aku menyalami bapak untuk pamit berangkat sekolah.

"Nih uang sakunya Di." Ujar bapak sambil menyerahkan uang berwarna hijau.

"Makasih pak, Andi berangkat dulu, Assalamualaikum."

"Hati hati, waalaikumsalam.

________

Hari ini sekolah terasa begitu cepat, mungkin karena dijam terakhir mata pelajaran penjas, tiga jam pelajaran dibebaskan oleh guru olahraga, bebas mau berolahraga apa saja, yang penting badan bergerak, dan benar saja, siswi siwi dengan cepat berlarian menuju kantin, dan sebagian para siswa mengambil bola basket dan volly.

Perjalanan pulang sekolah dengan menggunakan sebuah angkutan umum berupa mobil colt bak yang ditutupi dengan terpal sebagai peneduh dari hujan dan matahari, mobil telah sampai ditempat biasa aku turun, aku kemudian berjalan menuju rumah, didepan pintu terlihat ada sebuah sepatu yang baru kulihat, mungkin ini sepatu milik Uwa Ateng, langsung saja kubuka pintu dan masuk.

"Assalamualaikum." Ujarku sambil membuka sepatuku.

"Waalaikumsalam, tah ini si Andi udah pulang." Kata bapak ketika melihatku.

"Eleuh eleuh, Andi ini teh, udah lama gak ketemu sama Uwa, sekarang mah meni sudah besar ya." Ujar Uwa Ateng.

Sudah berapa tahun aku tidak bertemu dengan Wa Ateng, terkahir beberapa tahun yang lalu, sebelum lebaran Wa Ateng datang dan menginap juga semalam disini, sepertinya kali ini urusan Wa Ateng dengan orang yang sama, aku kemudian menyalami bapak dan Wa Ateng bergantian.

Ku tatap wajah Wa Ateng, hampir mirip dengan bapak, hanya saja badanya agak sedikit lebih kurus dari badan bapak yang gempal, terlihat beberapa kemiriman dengan bapak di wajah Wa Ateng, tidak berkumis seperti bapak, hanya rambut rambut tipis diatas bibirnya, seperti sudah dicukur.

"Di, nanti Wa Ateng tidur dikamar kamu lagi ya, kayak biasa." Ujar bapak kepadaku.

"Iya pak, Wa boleh kok tidur dikamarku." Ujarku sambil mengangguk.

Menggoda BapakWhere stories live. Discover now