10.

19.3K 1.7K 32
                                    









"Leon.. El mau kamar mandi. Leon ga boleh ikut! " seru El. Dia memperingati adiknya itu. Mukanya sebal dan dia merasa kesal karena Leon menempel dirinya. Bukannya ia risih, tetapi Leon memiliki kegiatan sendiri.

Anak itu bahkan sampai mengikuti dirinya ke kelas. Duduk di tengah-tengah Elio dan Axel. Dia merasa tak rela kakak manisnya berada di dekat pria macan Axel.

"Tapi kak-"

"Tidak Leon! El hanya sebentar, oke? Iya atau El ngambek ga mau ngomong sama Leon. " ancamannya.

Leon akhirnya mengijinkan meski dia masih tidak rela. Bukan apa apa, dia takut kakanya mendapat masalah, mengingat sifat kakaknya berubah drastis.

Elio merasa senang, dia menyusuri lorong kelas seorang diri. Sesekali dia memperhatikan sekitar, jujur saja dia masih belum terbiasa dengan sekolah barunya ini.

Sekolah ini luas dan megah. Banyak juga barang yang menurut El berkilau dan bagus. Ia selalu kagum. Toiletnya pun sangat bersih dan harum. Berbanding balik dengan toilet yang ada di sekolah nya dulu.

Elio adalah anak pintar. Meski dia tidak lulus SD, tetapi ia bisa mengimbangi pelajaran anak SMA. Kekurangan ekonomies membuat Elio tak bisa melanjutkan sekolah.

Apalagi sekolah kasta bawah tak menerima beasiswa.

Elio masuk ke salah satu bilik guna menuntaskan panggilan alam. Setelah beberapa menit Elio keluar dengan perasaan lega. Elio berdiri di depan wastafel, mencuci tangan dan membasuh wajahnya.

Entah kebetulan macam apa, Elio malah dihampiri oleh segerombolan siswa berpenampilan urak urakan. "Wah, wah, look. Siapa ini? Haha, sepertinya hari ini bukan nasib baik untukmu, Farel. Kau rindu 'bermain denganku' again? "

Elio jadi gugup sendiri. Apakah ia akan di perlakukan buruk seperti saat dia di SD. "Kalian siapa?" tanyanya dengan keberaniannya yang tak seberapa.

Salah satu pemuda yang tadi berucap maju ke depan. Mencengkram dagu Elio menatap wajah yang sekarang melihatnya bingung serta takut?

Farel yang dia kenal akan langsung mengumpati dirinya. Namun sekarang tak sesuai dengan apa yang di pikir. "Hoo.. Jadi tentang lo amnesia itu benar adanya?" ujarnya kemudian terkekeh.

"Kenalin.. Gw Fero. Orang yang bakal ngebuat lo ingat semua ingatan lo!" ucapnya melepaskan cengkramannya kemudian memukul tepat di perut Elio.

Elio jatuh terduduk.. Mulutnya menganga serta air liur yang mengalir. Rasa sakit luar biasa pertama kali dia rasakan. Sakit yang tak pernah dia dapat dari ibu panti.

Fero melirik kedua temannya, keduanya paham dan langsung memegangi tangan kanan dan kiri Elio. "Nah, kalo begini kan lo ga akan bisa ngelawan. "

Fero kembali melayangkan pukulannya tepat pada ulu hati, membuat Elio terbatuk. Ini menyakitkan, apa yang tidak tertulis tantang Farel di buku? Kenapa semua yang dia baca tentang Farel berbeda dengan yang Elio alami saat ini?

Fero tersenyum remeh, dia mencengkram kuat dagu Elio, memaksa anak itu menatap kedua matanya. "Lo harus nerima lebih dari ini, Farel. Jadi, tahan sebentar ya, manis. " ucapnya seraya tersenyum iblis

Elio tak menjawab. Dia masih mencerna rasa sakit yang ia terima. Matanya sayunya berkaca-kaca menatap Fero memelas. Namun Fero hanya menyeringai dan kembali membogem wajah Elio.

Elio mendesis, sakit di ujung bibirnya juga dia rasakan. Elio tak sanggup menangis, ia hanya bisa menahan sakit dari pukulan yang ia terima.

Fero berdecak, menarik kuat rambut Elio dan berucap. "Kenapa lo ga marah? Kenapa lo hanya diam?" sergahnya lalu melepas rambut Elio.

Became A Favorit Figure - EndWhere stories live. Discover now