BAB 2

287 41 3
                                    

Dua pemuda berlari di sepanjang lorong fakultas Seni Musik, dari kantin hingga menuju kelas.

"Gue udah bilang jangan ke kantin dulu, mampus aja ini kalo gak tepat waktu sampe kelas."

"Fie, serius deh mending lari aja jangan banyak omong, gue pengap."

Jalfie dan Theo, dua pemuda yang berlarian itu tengah mengejar waktu untuk masuk ke kelas tepat waktu, mengingat hanya kurang dari Lima menit saja mereka akan telat jika tidak datang dengan tepat.

Pada saat keduanya sampai di gedung fakultas mereka, Theo mengajak Jalfie untuk ke kantin terlebih dahulu. Membeli strawberry juice kemasan kesukaannya. Dan Jalfie sudah mengingatkan dirinya untuk nanti saja membelinya. Namun Theo tidak mau mendengarkan dan beralasan,

"Kalo habis nanti gimana? Lo mau beliin gue pabrik nya kah?"

Dan kini, keduanya berlarian untuk sampai dengan tepat waktu, hingga..

Bukkhh!

"Akhhh anjing, gak bisa liat ap—"

Jalfie tak jadi melanjutkan omongannya ketika ia melihat dosen yang paling tak ia suka sedang berada di hadapannya.

"Sudah telat dan malah mengumpat." Ucapnya.

"Saya telat? Mana ada, ini juga tinggal masuk doang. Tuh masih ada waktu satu menit lagi, bapak yang menghalangi saya dengan berdiri di depan pintu kaya gini."

"Kamu—"

"Pak Yanuar, saya sama Jalfie minta maaf. Eum, boleh kami masuk pak? Hehe.." Theo menengahi kedua nya.

Yanuar Maheswara, dosen yang selalu tak di sukai keberadaannya oleh Jalfie itu memberikan kode untuk Jalfie dan Theo masuk.

"Gitu kek dari tadi." Celetus Jalfie.

Theo langsung menarik Jalfie untuk bergegas masuk, ia tak ingin sahabatnya itu kembali mencari ribut dengan dosennya.

Suara mahasiswa/i yang berisik kini senyap dalam hitungan detik, sosok pria bertubuh kekar dengan ekspresi wajah yang sangat datar melangkahkan kakinya menuju kursi membuat satu kelas langsung senyap.

"Selamat pagi semuanya."

"Pagi pak."

"Mengingat satu minggu lagi kalian akan UAS saya akan memberikan kuis untuk kalian hari ini. Tolong di perhatikan dan jawab dengan baik, kalian sudah akan memasuki semester akhir. Jadi gunakan waktu yang tersisa untuk bekal kalian nanti pada saat kalian mengerjakan skripsi, pilihan kalian hanya dua nanti nya. Tinggal atau pergi dari universitas ini." Ucap Yanuar.

"Hah? Gila nih emang dosen, kalo bikin kuis selalu banget dadakan kaya gini, gak pernah ngasih tau dulu sebelumnya. Emang dasar tidak berperikemahasiswaan banget stress." Jalfie.

"Iya anjir, gue juga bingung kenapa beliau suka banget bikin kita hampir mati mendadak." Sambung Theo.

"Kan udah gue bilang nih dosen tuh gak waras, perlu di obatin nih sakit jiwa nya."

"Pssst kok kalian bisa barengan gitu si tadi masuknya sama pak Yanuar?"

"Papasan di depan pintu Re, udah mana temen lo berulah."

"Kesel, dia ngapain coba berdiri di depan pintu ngehalangin orang masuk."

"Fie, lo tuh gaada takutnya ya gila."

Shreya Kia, satu-satunya teman perempuan yang Jalfie punya hanya menggelengkan kepala nya karna tingkah dan perbuatannya. Ia tidak heran lagi dengan Jalfie yang sangat vokal ketika ia tidak menyukai sesuatu.

"Ekhem, kalau mau bicara mending di luar saja. Saya tidak suka di kelas saya ada yang ribut apalagi saya akan memulai kuis nya. Silahkan keluar jika tetap ingin masih ribut. Toh bukan saya yang rugi."

Ketiga nya langsung diam. Jalfie menatap tajam laki-laki di depan itu, tatapan tidak suka nya terlihat dengan begitu jelas.

"Dosen sok keren, gue doain dah semoga yang jadi jodohnya nanti kuat mental." Gumam Jalfie.

Setelahnya satu kelas itu kini tengah fokus dengan kuis yang diberikan Yanuar. Suasana yang sepi dan senyap tanpa ada yang bersuara— lebih ke tidak ingin dapat omelan dari Yanuar saja si. []

Lecturer Husband Where stories live. Discover now