13. Comparison and Contrast

717 112 13
                                    

CHAPTER 13

"Dancing on the edge, 'bout to take it too far, it's messing with my head, how I mess with your heart..."

Lando sibuk bersenandung selama perjalanan di mobil. Di jam 11 siang ini kami hanya pergi berdua menuju gedung Niskala. Mbak Anggun sudah sampai disana sejak pagi tadi karena ada rapat dengan Pak Jeff.

"Itu lagu collab lo sama Meita Diandra?"  tanyaku penasaran sambil melirik cowok itu sekilas. Dia sekarang duduk di kursi penumpang di sampingku. Aku sudah menyuruhnya duduk di belakang biar lebih leluasa dan nyaman, tapi katanya dia nanti seperti orang yang sedang naik taksi.

Lando tertawa. "Ya enggak lah, itu lagu Jonas Brothers."

Mulutku langsung menggumamkan kata oh dengan panjang. Ya, maaf saja, aku tidak mengikuti Jonas Brother, jadi kurang tahu.

"Hari ini gue mau latihan buat rekaman sama Meita," ucap Lando.

Aku cuma manggut-manggut.

"Lo mau dengerin demonya?"

"Eh, emang boleh?"

Tanpa menjawab, Lando mengeluarkan ponselnya. "Ini masih versi Om Ryan, pencipta lagunya."

Lalu, suara musik terdengar diikuti dengan suara vokal laki-laki.

"Liriknya kemungkinan masih bisa diubah."

Aku tidak begitu mengerti musik, tapi sejauh yang kudengar itu adalah lagu pop dengan lirik yang menggambarkan dua orang yang sedang jatuh hati. Mereka sama-sama menunggu satu diantara mereka mengungkapkan rasa. Menurutku cukup bagus dan enak didengar. Belum lagi nanti dinyanyikan oleh Lando dan Meita. Hasilnya pasti memuaskan.

"Bagus," komentarku jujur.

"Gue nggak akan bersedia nyanyiinnya kalau lagunya jelek, sih."

"Hmmmm, oke." Aku berusaha untuk tidak mencibir.

"By the way, lo masih suka One Direction?"

"Masih. Kemarin lo nyanyi lagu Night Changes di Palembang. Seinget gue, lo pernah bilang lo nggak suka 1D."

"Oh iya? Gue pernah bilang gitu?" balas Lando sok polos.

"Iyaa, lo bilang selera musik gue jelek."

"Jason Mraz masih suka?"

"Masih. Lo juga pernah bilang Jason Mraz nggak terlalu bagus."

"1D  dan Jason Mraz bagus, tapi karena lo suka mereka, merekanya jadi jelek."

Aku mengernyit. "Maksudnya? Apa gue jadi menurunkan standar?"

"Iya, gue selalu sangsi dengan apapun yang lo sukai."

"Itu menyinggung," balasku tak terima.

"Itu terbukti. Mantan pacar lo aja nggak ada yang bagus."

"Jangan bawa-bawa mantan gue" dengkusku sebal. "Itu nggak nyambung sama pembahasan kita."

Lando tersenyum senang. "Nyambung kok, kan sama-sama bahas selera lo."

Aku memicing sinis. Kalau jalanan lenggang sekarang, aku pasti sudah menaikan kecepatan, sayangnya jalanan cukup macet, daripada ganti rugi akibat tabrakan, mending aku menelan kekesalanku.

"Pacar lo sekarang gimana?" Nada Lando terdengar sangat santai.

Dia kira aku bakal dengan senang hati membahas tentang pacarku kepadanya?

"Bukan urusan lo."

"Galaknya... gue penasaran aja. Gue cukup berbakat lho ngeliat cowok itu brengsek atau enggak."

How to Break a HeartbreakerWhere stories live. Discover now