5 - Kebetulankah?

12 1 0
                                    




"Neng, tas yang lo maksud yang ini kan?" tanya Tia kepadaku melalui panggilan video call. Adhis memandangi layar Iphonenya yang dipenuhi dengan wajah Tia.

"Isinya muka lo semua, tasnya gak keliatan," ucapnya kepada Tia, dia diseberang hanya terkekeh pelan. "wait-wait."

Wajah Tia terganti dengan Display tas yang ia mau, "yang warna merah aja Ti, yang hijau udah pasaran di Jakarta" ujarnya.

"Okayy, sizenya yang small kan?" tanyanya lagi, "iya yang mini aja yang biasa gue udah ada, by the way kalau ada yang warna kuningnya yang size biasa bungkusin juga ya Ti. Nanti gue transfer duitnya."

"borong bu?" ledek Tia setelah habis berbicara kepada Sales Assistant. "Buat nyokap, akhir bulan ini ultah, siapa tau tasnya berguna buat ke pasar" ujar Adhis sambil tertawa.

Tia tertawa ngakak, "Geblek. Tas puluhan juta malah buat ke pasar, mending beli di mangga dua"

Adhis menaruh Iphonenya di phone holder yang berada didepan Macnya. "lo beli deh itu tas, beneran bisa buat banyak" Tambah Adhis sambil mengecek beberapa e-mail yang baru masuk.

"Kalau mau ambil aja Tia, sebagai kado pernikahan kalian" tawarnya dan dibalas anggukan dan teriakan histeris oleh Tia "Serius lo? Yaudah gue beli satu" ucapnya happy dan memilih warna yang dia mau.

"eh lo bakalan ketemu sama temenya Dion lagi kan ya? Lumayan cepet dari yang biasanya sih" ujar Tia lagi. Adhis menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal, "nggak tau.. biasanya kan 2 minggu minta ketemu lagi. Ini belum seminggu udah minta ketemu makan siang ini."

"yaudahlah, intinya kalau gak jodoh. Ada Mas Angga kok tenang" canda Tia dan Adhis balas pelototan kepada dia.

"bacot" maki Adhis pelan karena dirinya masih ada dikantor. Tia hanya tertawa melihat reaksi sahabatnya.

"udah ah gue mau bayar dulu, transfernya sampe Jakarta aja" ujar Tia dan memberikan kiss-bye kepada sahabat kecil sebelum memutuskan sambungan video callnya.

*

Adhis memandang perjanjian kerja sama yang entah sudah berapa kali direvisi karena pihak legal team perusahaan Baskara selalu saja meminta di revisi.  "ini mereka nggak mau yang ngerjain sendiri apa" ujar Adhis gemas.

Mira tertawa dari bilik belakang mejad Adhis, "itu si Rio juga dari tadi kena bawelan tim legal sana Mba" ujarnya sambil menunjuk Rio yang juga sedang mengerjakan beberapa perjanjian lainnya.

"Tau sih udah Perusahaan Terbuka, tapi ribet banget. Dikira perusahaan kita nggak sibuk ngurus yang lain apa" ujar Adhis lagi. "Coba aja si Prowell bikin Laporan Keuanganya bener, pasti barang kita buat Pelabuhan udah datang dari sebulan yang lalu" omel Adhis sambil mengirimkan format final perjanjian melalui e-mail kepada Team Legal Baskara.

"Hari ini pulang malam ya semua, Pak Joko mau bahas perkembangan kerja sama dengan Baskara. Besok orang Baskara bakalan kesini habis makan siang" ujar Adrian dan dibalas gumaman malas divisi legal.

"Dhis, kamu jangan lupa urus PKPU-nya si PT Triaksara Bakti. Tadi aku dapet pesan Jum'at ini mau ada bahasan tentang proposal perdamaian" ucap Adrian kepada Adhis.

"Halah, dari kemarin bahas proposal perdamaian mulu. Nggak kelar-kelar," Oceh Adhis kembali sambil mengecek beberapa dokumen PKPU PT Triaksara Bakti yang sudah Adhis print out jika butuh di persidangan nanti butuhkan.

"Harusnya nyari intern aja kali ya, buat datengin Rapat PKPU ya. Jadi kan mereka bisa dengerin sama nyatetin segalanya" ide Mira kepada Adhis yang masih mencari dokumen PT Triaksara Bakti di tumpukan dokumen PKPU.

SQUAREWhere stories live. Discover now