Chapter 1

477 38 1
                                    

Happy reading


Aksa bungkam seribu bahasa dan hanya menatap nanar sebuah benda pipih yang memerlihatkan dua garis merah. Benda tersebut disodorkan dengan tangan gemetar oleh perempuan yang hingga detik ini masih berstatus sebagai kekasihnya. Bahkan, lebih tepatnya perempuan tersebut merupakan calon istrinya. Andai saja benih itu miliknya, Aksa pasti bersukacita atas pemberitahuan tersirat dari kekasihnya tersebut. Namun, sayang, benih tersebut bukanlah hasil dari perbuatannya. Selama menjalin hubungan, Aksa tidak pernah menggiring sang kekasih ke atas tempat tidurnya untuk mereguk kenikmatan sesaat.

"Aksa," panggil sang kekasih dengan nada lirih dan bergetar.

Aksa tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara kekasihnya. "Apakah alat tes tersebut akurat?" tanyanya memastikan.

Sang kekasih yang bernama Jeslyn langsung mengangguk. "Aku sudah mengetesnya beberapa kali dengan alat yang berbeda merk, tapi hasilnya tetap sama," jawabnya seraya mengeluarkan beberapa buah alat tes kehamilan dengan merk yang berbeda dari dalam tote bag-nya.

Tatapan mata Aksa kian nanar saat melihat beberapa alat tes kehamilan milik Jeslyn tergeletak di atas coffee table di dalam ruangannya. Bukan hanya indra penglihatannya saja yang tiba-tiba menjadi tak berfungsi saat di hadapkan pada sebuah kenyataan yang sangat tak pernah diharapkan, pikirannya pun kini ikut kosong.

"Aksa, jangan diam saja!" Jeslyn kembali menegur Aksa dengan nada kesal.

"Andra sudah mengetahuinya?" Aksa bertanya setelah kembali tersadar dari lamunannya.

Dengan cepat Jeslyn menggeleng. "Bajingan itu tidak perlu mengetahuinya. Aku tidak ingin melihat wajahnya yang menjijikkan," jawabnya penuh kebencian.

"Kita bicarakan di rumah bersama orang tuaku. Mereka harus mengetahui masalah ini." Tanpa menanggapi jawaban Jeslyn, Aksa berdiri dari duduknya.

"Kamu tidak akan meninggalkanku kan? Kita masih tetap bisa bersama seperti janjimu dulu padaku kan, Aksa?" tanya Jeslyn waspada saat menahan tangan Aksa yang telah berdiri. Jeslyn menuntut janji yang pernah diucapkan oleh Aksa dulu saat ia menceritakan tentang perbuatan keji yang dilakukan oleh adik kekasihnya tersebut kepada dirinya.

Aksa hanya memberikan anggukan pelan sebagai tanggapannya atas pertanyaan Jeslyn. Dengan pelan Aksa menarik tangan Jeslyn guna membantunya berdiri sebelum ia mengajaknya meninggalkan ruang kerjanya.

Rasa takut dicampakkan mulai menghampiri Jeslyn saat ia menangkap sorot keragu-raguan pada pancaran mata Aksa ketika mereka beradu pandang. Bahkan, Jeslyn pun mulai menyangsikan anggukan Aksa tadi ketika ingatan tentang sifat perfeksionis yang dimiliki oleh laki-laki tersebut memenuhi pikirannya. Jeslyn sangat mencintai Aksa, jadi wajar jika ia sangat takut laki-laki tersebut akan meninggalkannya setelah mengetahui keadaannya kini.

***

Setibanya di rumah, Aksa yang datang bersama Jeslyn langsung mengajak orang tuanya duduk di ruang keluarga. Tanpa bertele-tele, Aksa secara gamblang memberitahukan mengenai keadaan Jeslyn saat ini kepada orang tuanya. Tidak jauh berbeda dengan reaksinya, orang tuanya pun terlihat sangat terkejut setelah mendengar pemberitahuan darinya.

"Apa keputusan kalian sekarang?" Bagas—ayah Aksa bertanya gamang setelah tersadar dari keterkejutannya seraya menatap Aksa dan Jeslyn yang duduk di hadapannya secara bergantian.

"Kamu bersedia menikahi Jeslyn dan menerima bayi di dalam perutnya sebagai anakmu, Nak?" tanya Tiara pelan kepada Aksa sebelum putra sulungnya tersebut menjawab pertanyaan suaminya.

"Aku tidak pernah mengurungkan niatku untuk menikahi Jeslyn walau ia sudah dinodai oleh bajingan keparat itu. Namun, aku tidak akan pernah bisa menerima keberadaan janin di dalam perutnya, apalagi jika harus mengakui dan menjadikannya sebagai anakku. Tidak akan pernah bisa. Sebab, hal tersebut sangatlah tidak adil untukku. Siapa yang berbuat, siapa juga yang harus bertanggungjawab," Aksa memberikan jawabannya dengan jujur. Setelah kejadiaan naas yang menimpa Jeslyn dua bulan lalu, Aksa memang sudah memikirkan keputusannya dengan sangat matang.

Unwanted MarriageWhere stories live. Discover now