07 Mesin Waktu

7.5K 603 228
                                    

Happy reading 🦋

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

°

°

°

"Masukin sawinya dulu baru airnya, cintaku." panggilan umi kepada Zahwa selalu berhasil membuat Zahwa tersenyum.

"Gini, Umi?"

"Iya, sayang. Hati-hati, ya. Nanti tangannya lecet."

Zahwa mengangguk. Ia mengikuti cara masak yang Umi ajarkan. Malam ini mereka menginap di ndalem, karena kamar mandi rumah mereka tengah rusak.

"Gimana jamu buatan, Umi? Enak apa Ndak?"

Zahwa harus jawab apa? Dia bahkan tidak menyentuh jamu itu. Entah siapa yang meminumnya atau mungkin jamunya belum diminum sama sekali.

"Nggak enak, ya?" Nada bicara umi seperti sedih.

Zahwa langsung menggeleng. "Enak kok umi. Zahwa habis 3 gelas dalam satu hari. Mas Afta cuma kebagian setengah gelas. Hahaha." di depan kompor, Zahwa menepuk keningnya. Ia berbohong.

"Wah. Umi senang dengarnya. Besok umi buatkan dua botol. Supaya kalian berdua dapat jatah yang sama."

Kedua mata Zahwa melotot. Satu gelas saja tidak ia sentuh apalagi dua belas. Mungkin ia akan menyuruh Afta meminumnya. Biarlah pria itu kembung.

"Mau, ya, sayang. Supaya umi bisa cepat nimang cucu."

Zahwa terkekeh ketika umi bersender di bahunya.

"Iya, umi. Tapi kalau ngerepotin nggak usah." Zahwa mematikan kompor, "Mas Afta sudah kuat tanpa jamu kuat itu. Zahwa sampai ngos-ngosan. Kasian kan kalau menantu umi yang paling cantik ini ngos-ngosan terus karena jamu kuat itu."

Mata umi melotot. Ia memegang wajah Zahwa. "Yah, berarti umi salah kasi dosis. Maafin umi, ya, sayang. Besok-besok umi nggak kasi lagi."

"Alhamdulilah," batin Zahwa. Walau ia berbohong dengan sangat menjijikan karena mengatakan Afta kuat, padahal belum pernah.

"Afta nggak usah minum. Kamu aja yang minum. Supaya bisa mengimbangi."

"Ha?" salah. Pemahaman Zahwa salah. Ini lebih parah.

"Pindahkan sawinya ke sini. Umi panggil Abi sama Afta dulu, ya, cintaku."

Zahwa memukul keningnya. Ia selalu gagal. Entah sampai kapan jamu itu berhenti diproduksi oleh umi. Tapi mungkin sebelum mereka punya anak maka jamu itu akan selalu ada.

Tidak berselang lama. Mereka berkumpul di meja makan bundar itu. Menyantap makan malam masing-masing. Sesekali umi dan Abi menceritakan perjalanan pernikahan mereka. Dibalas tawa oleh Zahwa dan Afta. Sampai tiba-tiba Zahwa mual, obrolan mereka terhenti.

"Zahwa, kenapa?"

Tidak sempat menjawab pertanyaan Umi. Zahwa bergegas ke wastafel karena ia sudah tidak sempat lagi ke kamar mandi. Afta menghampiri gadis itu.

"Mual?"

Zahwa mematikan air. Mengusap wajahnya dengan tisu yang Afta berikan. Ia menatap pria itu dan menggeleng.

"Mungkin karena kamu kebanyakan makan semangka tadi sore. Ayo ke kamar, nanti saya buatkan teh hangat."

Umi yang dengan sigap memberikan teh hangat pada menantunya. Sebelum Afta membuatkannya.

Mesin Waktu (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now