02 Mesin Waktu

9.2K 685 160
                                    

Happy reading 🦋

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

°

°

°

"Ya Allah, hiks. Sakit banget, Gus Afta."

"Tahan, ya, Ning," ucap situkang urut.

"A-A-A-AWW, udah, udah, udah. Nggak tahan lagi, Mbah. Udah, Aaaa, udah. Umm----"

Afta menutup mulut Zahwa dengan telapak tangannya hingga membuat suara ringisan gadis itu tidak terdengar lagi. Beberapa menit setelah itu, situkang urut tersenyum pada Zahwa dan melepas tangannya dari kaki gadis itu.

"Sudah selesai. InsyaAllah sebentar lagi pasti sudah tidak sakit lagi. Ndak sakit toh, Ning?"

Tidak sakit katanya sedangkan Zahwa sudah meringis kesakitan sejak tadi. Dan sialnya, Afta belum juga melepas tangannya dari mulut Zahwa.

"Ummi antar Mbah Sarmi ke depan dulu, ya. Jaga menantu Ummi!"

"Iya, Ummi," balas Afta

Begitu pintu kamar ditutup oleh ummi. Afta segera melepas tangannya dari mulut Zahwa. Menatap datar wajah gadis yang tengah melotot padanya. Alih-alih bertanya 'kenapa' Afta justru berdehem dan kembali duduk di meja kerjanya.

Zahwa menyeka air matanya. Ia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.

"Ass-----"

"UMMA, KAKI WAWA PATAH. HIKS."

Mendengar pekikan Zahwa. Afta melirik dengan kening mengernyit.

"Patah? Perasaan hanya keseleo kecil," ucap Afta pelan, ia memutar bola mata jengah.

"Keseleo kenapa, sayang? Wawa habis ngapain sampai keseleo gitu, ha?"

Zahwa melirik sinis pada Afta. Dan saat itu juga Afta menatap heran pada Zahwa.

"Pasti dia mengadu yang tidak-tidak," tebak Afta.

"Gus Afta kunci kamar pakai kunci atas gitu. Terus Wawa nggak sampe buat buka kuncinya. Akhirnya Wawa ambil kursi, naik ke kursi, eh pas mau turun, Wawa jatuh terus kakinya keseleo. Sakit banget, Umma. Sakit banget."

Afta menggeleng kepala. Tebakannya tidak meleset. Ia sebenarnya menguping pembicaraan Zahwa dengan mertuanya.

"Jangan salahin, Afta, kan Wawa nggak minta tolong. Kalau Wawa minta tolong pasti Afta mau bantuin. Jangan sampai hanya karena ini kalian berantem. Pengantin baru itu harus Romantis, manja-manjaan, nggak boleh marah-marah. Iya, sayang, ya."

Di meja kerja dengan wajah menghadap laptop, Afta menahan senyumnya.

"Umma bela, Gus Afta?"

"Bukan, sayang, bukan membela. Umma hanya menasihati. Jangan sampai kalian berantem cuma karena masalah sekecil itu. Sekarang Wawa istirahat, ya."

"Sakit, Umma."

"Iya, pasti sakit lah kalau keseleo. Yang penting udah diurut, kan?"

Zahwa berdehem.

"Udah dulu, ya, sayang. Umma ada urusan ke pesantren. Udah ditungguin sama nenekmu. Jaga kesehatan, salam sama mertuamu dan Afta. Assalamualaikum, anak Umma."

Zahwa mendengus kecil setelah ia menjawab salam Ummanya. Ia pikir Ummanya akan memarahi Afta, tapi tidak sama sekali.

"Drama kamu banyak sekali, Zahwa."

Mesin Waktu (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now