Style 9. menyelinap

755 54 53
                                    

Happy Reading, Guys....


Sudah dua hari berlalu, Deynara masih enggan berbicara dengan Deriel. Deynara masih kesal, sehingga dirinya lebih memilih untuk mendiami Deriel. Berbagai usaha Deriel lakukan untuk membujuk Deynara. Namun, segala usaha itu menjadi sia - sia.

Dua hari itu Deynara memilih diam di dalam kamar dan tidak keluar selain untuk makan. Deynara juga tidak pergi kuliah. Deynara tidak perduli jika absen dirinya kosong. Namun, satu hal yang Deynara yakini, Aneva tidak akan membiarkan absen dirinya kosong. Aneva dan Deynara saling melangkapi serta memahami satu sama lain, sehingga tanpa perlu diminta, mereka berdua sudah melakukannya.

Selama dua hari mendekam di dalam kamarnya, Deynara hanya menonton drama korea kesukaannya. Seperti yang terlihat saat ini, Deynara tengah duduk menyandar dengan fokus menatap pada televisi yang tidak terlalu jauh dari hadapannya. Ponselnya pun, hanya Deynara biarkan begitu saja. Jika batrai ponselnya habis, Deynara hanya mengisinya tanpa tertarik melihat isi dari ponsel.

Deynara merasa hidupnya jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Deynara sangat menikmati waktu sendirinya tanpa ada gangguan dari siapapun, terutama laki - laki berengsek dan sialan yang bernama Dean.

Tawa dan tangis Deynara lakukan secara bergantian di beberapa 8episode drama yang Deynara tonton. Tidak heran jika beberapa tissu terlihat menumpuk pada keranjang sampah yang tidak jauh dari tempat tidurnya.

"Astaga, kenapa gue baru tau ada drama seseru ini? Itu si pastor ganteng banget, mana kocak lagi. Mengherankan," gumamnya. Deynara menatap penuh kagum pada pemeran utama laki - laki dari drama yang sedang dirinya tonton.

Deynara tertawa. "Enggak ada yang beres memang para pemainnya. Tapi itu, si ketua gangster ganteng. Apa lagi asistennya ... astaga, ketampanan mereka di luar jangkauan gue." Deynara menggelengkan kepala. "Seharusnya dua cowok ganteng itu jangan dapat peran jahat, bagusnya bergabung sama si pastor dan detektif."

Deynara menggeleng. "Nah, si jaksanya sama aja. Astaga, haha."

Deynara kembali tertawa saat melihat adegan yang sangat lucu di kedua matanya. Namun, saat tengah tertawa, tiba - tiba dirinya mendengar suara ketukan. Deynara diam sesaat, memastikan pendengarannya. Kemudian Deynara kembali melanjutkan nontonnya.

Ketukan semakin terdengar nyaring di telingan Deynara. Deynara memutuskan untuk memberhentikan dramanya sejenak. Dirinya segera beranjak dari tempat tidur dan mencari sumber suara.

Deynara melangkah menuju pintu, mendekatkan telinganya pada pintu, tetapi tidak terdengar adanya suara ketukan.

"Si anjir, kelakuannya setan usil kah ini?"

Suara ketukan masih terdengar, Deynara melangkah menuju kamar mandi. Saat membukanya, Deynara tidak mendengar suara ketukan dari dalam kamar mandi.

Deynara menutup pintu kamar mandinya. "Sial! Gue beneran di kerjain setan, kah?"

Suara ketukan masih terdengar, dan semakin terdengar nyaring.

Deynara menatap sekitar ruang kamarnya. "Eh, setan! Gue lagi ngedrakor, jangan lo ganggu, hey!"

Deynara menghela nafas kasar, suara semakin terdengar nyaring. Deynara diam sesaat, dirinya menatap pada pintu balkon kamarnya. Deynara perlahan melangkah sambil mengambil sebuah tongkat baseball yang selalu berada di kamarnya.

Deynara kini sudah berdiri tepat di depan pintu balkon. Perlahan Deynara membuka kunci, menggeser pintu tanpa lebih dulu melihat dari balik gorden.

Saat Deynara akan melayangkan tongkatnya, tongkat dengan cepat di tahan oleh seseorang.

Style  Där berättelser lever. Upptäck nu