Chapter 3

302 51 5
                                    

Silakan vote & komentarnya sebagai bentuk apresiasi kalian. 🙏

Jangan lupa follow akunku ya 👇

🍀 IG: _azuretanaya
🍀 FP: Azuretanaya
🍀 WP: Azuretanaya


Happy reading
🌸🌸🌸🌸🌸


Bukan bermaksud menuruti semua keinginan anaknya, tapi Faye membelikan puzzle untuk Fandy karena mainan tersebut mempunyai manfaat bagi tumbuh kembang sang anak. Menurut Faye, selain menyenangkan, bermain puzzle juga menjadi salah satu media bagi Fandy dalam mengasah sekaligus merangsang daya ingatnya sendiri. Makanya, Faye tidak menolak saat Fandy meminta dibawakan oleh-oleh puzzle sepulangnya ia dari sanggar.

Kening Faye mengernyit ketika mendapati sebuah mobil yang belum pernah dilihatnya sedang terparkir di halaman rumah mertuanya, ketika kuda besi yang dikendarainya memasuki kediaman tersebut. Setelah turun dari mobilnya, Faye berencana memasuki rumah mertuanya melalui pintu samping yang langsung terhubung dengan dapur. Namun sayang, sebuah panggilan lantang sudah lebih dulu menginterupsinya dari arah kebun buah dan sayur milik sang ibu mertua yang terletak di samping rumah. Sambil tersenyum lebar Faye berjalan cepat menghampiri Fandy yang sedang digandeng oleh Nilam agar anaknya tersebut tidak berlari ke arahnya.

"Sedang ada tamu ya, Mbak?" Faye bertanya kepada Nilam saat ia berjongkok sambil memeluk Fandy. "Oh ya, siapa yang mandiin Fandy, Mbak?" tanyanya kembali saat ia menghirup aroma khas bayi pada tubuh Fandy, yang menandakan bahwa sang anak telah mandi.

"Iya, Bu. Namun, saya tidak mengetahui namanya. Lagi pula baru pertama kali saya melihat tamu ini," Nilam menjawabnya dengan jujur. "Bu Elvia yang tadi mandiin Fandy," beri tahunya.

Faye tersenyum maklum atas ketidaktahuan Nilam terhadap tamu yang sedang berkunjung, karena gadis tersebut baru setahun bekerja di rumah mertuanya. "Tamunya laki-laki atau perempuan, Mbak?" tanyanya memastikan setelah ia kembali berdiri, kemudian beralih menggendong Fandy.

"Perempuan, Bu," jawab Nilam kembali.

"Uselna Fani ana, Ma?" Fandy menginterupsi obrolan antara Faye dengan Nilam. Ia menanyakan puzzle yang tadi pagi dijanjikan oleh sang ibu.

"Fandy," Faye meralat nama yang tadi salah disebutkan oleh Fandy sebelum menjawab pertanyaan sang anak.

"Fani." Fandy mengikuti Faye, tapi masih salah menyebutkan namanya sendiri.

"Fan-dy," Faye kembali mencontohkan nama yang benar dengan memenggal katanya agar Fandy lebih mudah menirunya. "Coba diulang menyebutkannya secara pelan-pelan, Nak," pintanya lembut.

"Fan-dy," Fandy mengulangi menyebutkan namanya sendiri dengan perlahan, sesuai permintaan sang ibu.

"Bagus. Pintarnya anak Mama," puji Faye atas kepatuhan sekaligus keberhasilan Fandy. "Puzzle-nya ada di dalam tas Mama, Sayang," beri tahunya seraya mengecup pipi anaknya tersebut.

Fandy langsung bertepuk tangan setelah mengetahui bahwa sang ibu sudah membelikannya puzzle, seperti permintaannya tadi pagi. "Acih, Ma," ucapnya dan langsung mendaratkan kecupan pada pipi sang ibu.

Faye langsung menanggapi ucapan terima kasih Fandy dengan anggukan kepala. "Oh ya, Mbak Nilam mau cari apa di kebun?" tanyanya ketika mengingat tadi Nilam hendak mengajak Fandy ke kebun.

"Pepaya, Bu. Tadi saya lupa mengambilnya ketika memetik terong dan tomat," beri tahu Nilam. "Mumpung saya ingat, lebih baik dipetik sekarang saja daripada nanti keburu dimakan kelelawar, Bu," imbuhnya.

The Deppest Hurt (On Going)Where stories live. Discover now