☆ 10 ☆

21.1K 1.7K 90
                                    

🍬 Happy reading 🍬

.

.


"Gitu sih yang gue denger."

Yoga menyuap keripik di tangannya, meminum gelas jus jeruk yang masih tersisa di depan cowok bertopi yang sedang asik bermain game.

Allan mengangguk, menghampiri sepupunya yang tertidur di atas kasur dengan dua bantal. "Rav, nitip Asa bentar."

"Hah? Hoaam .."

Pemuda dengan luka di alis itu menarik lengan Ravan dengan kasar, mendudukan sepupunya agar tegak. "Dengerin, pulang sekolah tetep di sini gue ada urusan sama yang lain. Titip Asa."

"Oh, oke oke."

Ravan kembali tertidur, tidak memejam hanya mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu sebelum memegang ponsel.

Langit mendengus setelah mendengar apa yang tadi mereka obrolkan, menatap jendela gudang yang menampakan pohon mangga dan satu burung di dalam sarang.

Langit memang cerah tapi tidak dengan hatinya yang gelisah dan berkabut.

Ali menerima suapan Yoga, sebelum kembali memfokuskan diri dengan ponsel, pemuda dengan topi hitam itu tersenyum. "Makasih ayang .."

"Najis bangsat! Itu tuh yang gue kasih udah jatoh, sayang kalo di buang."

"Baiknya manusia ini."

Mereka mengobrol sebentar lalu setelah berapa menit kemudian bel pulang berbunyi, Allan mengajak ketiga temannya untuk ikut meninggalkan Ravan yang berbelok berbeda arah.

Ravan berjalan di koridor adik kelas menuai banyak pujian dan rayuan, jelas ia tampan dan jenius.

Ravan hanya pede.

Setelah di depan pintu, ia melongokan kepalanya sebelum tersenyum lebar saat tak di temukan seorang guru.

Di meja depan ada dua temannya yang sangat di kenal dengan 'pelanggar aturan'. "Bro, kok di sini?"

Kenzo mendongak. "Biasa, nih anak."

"Lu ngapain di sini?" Ravan menunjuk bangku belakang dengan dagunya sebelum menjawab.

"Sepupu imut gue ntuh, biasa pangeran mau menjemput tuan puteri."

"Sampis."

Ravan dengan tegas berjalan menghampiri Angkasa yang sudah rapih, anak itu tersenyum manis mendapati Ravan yang menjemputnya.

Zetha sudah lebih dulu keluar kelas bersama Gio.

"Kakak mana?"

Ravan tak menjawab melainkan langsung menggenggam lengan yang lebih kecil, memberinya kecupan hangat di punggung tangan lembut milik Angkasa.

"Pangeran ingin menjemput tuan puteri."

Angkasa terkikik sambil menutup mulutnya."Angkasa itu cowo, kakak."

Angkasa ✔Where stories live. Discover now