☆ 07 ☆

23.6K 1.9K 50
                                    

🍬 Happy reading 🍬

.

.

Pagi ini mereka sudah bisa sarapan bersama, tadi malam keadaan Angkasa sedikit membaik dan mulai banyak bergerak.

Jadi, anak itu sudah di izinkan turun dan ikut memulai pagi bersama yang lain.

Sekarang hari libur, tapi tidak dengan Arthur dan Aaron, kedua pria dewasa itu selalu bekerja untuk memenuhi semua kebutuhan Angkasa dan Allan.

Angkasa sedang duduk di pangkuan Aaron, kepalanya menyender di dada sang abang dengan ponsel yang menayangkan kartun.

Mulut itu sesekali terbuka untuk menerima suapan, dan mengunyahnya dengan pelan agar lembut di tenggorokan.

"Abang, Asa boleh beli ini?"

Aaron menoleh, menatap telunjuk bantet itu yang menunjukan gambar harimau lucu yang sedang mengaum.

"Tidak boleh, itu di jaga sama negara."

"Kenapa di jaga? Aum-nya nakal?"

Allan tersedak, terbatuk pelan lalu menerima gelas yang di sodorkan Arthur.

"Iya, nakal suka nyuri daging."

"Daging apa?"

"Nih, daging embul embul kayak punya Asa. "  Dengan gemas Aaron mengelus perut adiknya, tapi mulutnya sibuk mengecup lemak di pipi Angkasa.

"Yaudah ga jadi mau .."  Mulutnya kembali menerima suapan.

   Setelah selesai sarapan kedua pamit untuk kerja, meninggalkan Allan dan Angkasa di ruang tengah karena anak itu ingin menonton.

Allan sudah meminta agar teman temannya datang, tak apa sesekali ia menerima tamu seperti temannya lagipula mereka pernah sekali datang untuk menjemput karena waktu itu motornya tak bisa di gunakan.

Tapi, mereka tak pernah bertemu Angkasa. Karena saat itu Angkasa memang belum di bolehkan menginjakan lantai ataupun melewati pintu utama menuju keluar.

Allan tak terlalu suka jika sekolah menggunakan mobil, menurutnya itu terlalu ribet dan menyusahkan jika ingin memarkirkannya.

"Kakak .. Asa gak sekolah empat hari."  Empat jari kanan adiknya terangkat, satu tangannya menggenggam botol dot yang masih berisi cairan.

"Gak papa, gak di marahi."

"Gurunya gak marah?"

"Enggak, nanti teman kakak dateng, mau ikut main di kamar kakak?"

Angkasa mengangguk senang, manik binar cerah itu berkelip seperti bintang pipi bulatnya juga bersemu.

Ia menyenderkan tubuhnya ke tubuh yang lebih besar, membiarkan Allan mengelus pinggangnya dan mengecup puncak kepala dengan gemas.

Angkasa menyamankan diri di pelukan sang kakak, matanya terlihat sayu karena mendapat usapan di kenjngnya.

Ssbelum benar benar terpejam ia mendengar sayup sayup suara husky yang menggelitik telinga.

Angkasa ✔Where stories live. Discover now