Varekh+ (Side Story: Guardian Ruin) 3

11 0 0
                                    

⠀⠀⠀⠀"A-"

⠀⠀⠀⠀"Anu~ kalau begitu, sebagai permohonan maaf ku, bisakah aku menyajikan sesuatu untuk kalian?" Gadis itu dengan antusias mengajukan diri.

⠀⠀⠀⠀"Iyaaaa~ kalau perut lapar memang tidak bisa ditahan ya ahaha." Jawab Najim.

⠀⠀⠀⠀Megirot mengangkat tangan kanannya sejajar bahu.

⠀⠀⠀⠀"Suara perutnya Megirot ternyata!!" serentak Sylvinne dan Najim bereaksi.

***

⠀⠀⠀⠀Najim dan Sylvinne menanyakan keadaan sekitar. Jadi sambil menyiapkan makanan, Gadis itu bercerita tentang reruntuhan ini dan bagaimana asal-usulnya. Dahulu reruntuhan itu merupakan daratan yang sangat subur rerumputan hijau namun, banyak monster buas berkeliaran. Seorang guru Ksatria memberinya tugas tahap terakhir kepada gadis itu untuk menjadi seorang ksatria, yaitu dengan berdiri di daratan itu dan melenyapkan setiap ancaman yang mendekatinya.

⠀⠀⠀⠀Suatu ketika gadis itu membunuh monster yang akan menyerang anak manusia, meski dengan tujuan melenyapkan ancaman bukan untuk melindungi. Selang waktu beberapa orang ikut berteduh, mendirikan tenda, mulai mengolah tanah, bercocok tanam, semakin banyak lagi yang datang. Hingga menjadi sebuah kerajaan yang makmur dengan sumber daya melimpah. Gadis itu tidak bergeming hanya fokus pada tugas yang dia jalankan.

⠀⠀⠀⠀Membunuh setiap ancaman yang mendekat, Kerajaan itu menjadi sangat besar. Penduduknya menjadi sangat angkuh karena merasa dilindungi dan aman. Hingga beberapa kerajaan di sekitarnya yang tidak suka mulai menyerang. Tentu saja tidak satupun penyerang yang berhasil, sebab semuanya akan berhadapan dengan gadis ksatria itu karena dianggap ancaman.

⠀⠀⠀⠀Sayang sekali keruntuhan kerajaan tidak dapat dihindari. Banyak hal yang terjadi, diantaranya moral penduduk yang merosot, penggunaan sumber daya yang boros, sumur-sumur mulai mengering, kerusuhan dimana-mana, banyak penduduk yang memutuskan untuk pergi dari kerajaan, dan entah sampai hanya gadis ksatria itu yang tersisa.

⠀⠀⠀⠀Gadis itu bercerita sambil menghidangkan santapan lezat dari hasil perkebunan kecil yang diolah oleh robot otomatis miliknya. Najim yang tertegun mendengar cerita tersebut bertanya.

⠀⠀⠀⠀"Cklatak" sfx: suara sendok jatuh.

⠀⠀⠀⠀"Ja-jadi umurmu berapa mbak?" tanya Najim.

⠀⠀⠀⠀"Ssssst! Najim gak sopan tanya umur ke seorang Gadis!" tegur Sylvinne.

⠀⠀⠀⠀Gadis itu terdiam seperti tidak merespon hanya mulai meneteskan air matanya.

⠀⠀⠀⠀"Tuh kan!!" seru Sylvinne dengan nada menyalahkan.

⠀⠀⠀⠀"Ah bukan, ini hanya ..." Gadis itu segera menghapus air matanya.

⠀⠀⠀⠀"Sebenarnya aku juga memendam pertanyaan yang sama, aku bisa mengingatnya dengan sangat jelas seakan itu adalah pengalamanku sendiri."

⠀⠀⠀⠀"...Apakah diri ku ini hanyalah salinan dari kesadaran yang meninggalkan sebuah penyesalan?" Gadis itu termenung sedih.

⠀⠀⠀⠀Sylvinne yang terharu memeluknya dengan perlahan.

⠀⠀⠀⠀"Cting" sfx: suara logam dan keramik yang berbenturan. Serentak mereka menoleh ke arah sumber suara.

⠀⠀⠀⠀Megirot membalik sendok dan garpu yang dia pakai, menandakan bahwa dia sudah selesai makan. Terlihat dua tumpukan piring dan gelas kosong di mejanya Megirot.

⠀⠀⠀⠀"Terimakasih makanannya" Megirot berdiri dan segera meninggalkan bangku.

⠀⠀⠀⠀"Eh, Megi sudah mau pergi?" tanya Sylvinne spontan.

⠀⠀⠀⠀Megirot berhenti dan membalikkan badan.

⠀⠀⠀⠀"Kenapa?" jawab tanya Megirot.

⠀⠀⠀⠀"Jangan harap aku akan mengajak nona ini!!" Megirot ketus.

⠀⠀⠀⠀"Bu-bukan begitu. Tapi tidak sopan kan, setelah makan langsung pergi. Apalagi setelah mendengar-" Sylvinne cemas.

⠀⠀⠀⠀"Huh~ ... singkatnya Nona ini juga punya sesuatu yang harus dilakukan." sanggah Megirot.

⠀⠀⠀⠀"Entah itu tiruan atau apa, yang jelas ingatanmu hanyalah milikmu seorang!"

⠀⠀⠀⠀"...dan itu, berlaku untuk ku juga. Kita sama ..." terus Megirot.

⠀⠀⠀⠀"Bukannya kamu tetap berdiri di sana untuk menunggu mereka kembali?" tegas Megirot.

⠀⠀⠀⠀Mata gadis itu berkaca-kaca setelah mendengar kata-kata Megirot. Dia mencoba menjawabnya dengan sepenuh hati.

⠀⠀⠀⠀"Iya!"

⠀⠀⠀⠀"...Megi, kamu ternyata-" panggil Sylvinne pelan.

⠀⠀⠀⠀"Aa nyam-nyam~ yang semangat mbak! nyam-nyam" kata Najim sambil megunyah makanannya.

⠀⠀⠀⠀"Ditambah... dua orang di samping mu itu adalah temanku, ... tapi kalau kamu suka boleh kamu bawa."

⠀⠀⠀⠀"OI MEGI!! GRRRR!!" serentak Sylvinne dan Najim menghampiri Megirot dengan tampang seram siap untuk menghajar kapanpun.

⠀⠀⠀⠀"Itu balasannya karena kalian selalu memanggil begitu." Megirot mengalihkan pandangannya.

⠀⠀⠀⠀"Memang Megi kan? Dari Megirot. Megi! Megi! Megi!" Najim dan Sylvinne bersahut-sahutan.

⠀⠀⠀⠀"Oi hentikan! Luka ku sudah terlalu dalam jangan malah ditaburi garam!" balas Megirot.

⠀⠀⠀⠀"Bikin kesel! Lagian yang kamu makan tadi itu porsi ku!" tuduh Sylvinne kepada Megirot.

⠀⠀⠀⠀"Se-setidaknya aku akui makanannya memang enak. Anuu~ itu! Cewek yang kebanyakan makan bisa gendut!" Megirot yang berusaha mengalihkan pembicaraan.

⠀⠀⠀⠀"Aku-nya yang malah belum makan, hiks ..." Sylvinne malah merengek.

⠀⠀⠀⠀"Pfft" Gadis itu tertawa kecil dengan senyuman tipis. Mereka bertiga menoleh.

⠀⠀⠀⠀"Tenang saja, makanannya masih banyak." ujar Gadis itu memecah suasana.

⠀⠀⠀⠀"Meski suatu saat akan berakhir seperti pertemuan kita hari ini namun, ada saat-saat yang menyenangkan terjadi."

⠀⠀⠀⠀"Aku pasti tidak akan sabar menunggu kalian kembali. Terimakasih." wajahnya berseri-seri.

⠀⠀⠀⠀"Ehehehe" Sylvinne dan Najim tersipu malu.

⠀⠀⠀⠀"Ah satu lagi, kalau bisa jangan ada ilusi di depan atau malah akan membuat pengelana kebingungan!" tambah Megirot.

⠀⠀⠀⠀"Ilusi? Aku tidak bisa membuat ilusi." jawab Gadis itu.

⠀⠀⠀⠀"Eh loh, la terus-"

⠀⠀⠀⠀"DERRRRRRR!!" sfx: terjadi getaran yang mengguncang tanah.


(Save point: silahkan lanjut)

Varekh+ (Side story: Guardian Ruin)Where stories live. Discover now