[ 7 ] Living my best life

254 45 8
                                    

Jeno menyesap latte yang ia pesan, sesekali matanya melirik ke arah Jisung yang sibuk bercengkrama dengan beberapa kucing. Tangan lentiknya mengelus bulu kucing itu dengan sayang.

Sedari tadi gerak-gerik Jisung tidak lepas dari pandangan Jeno. Dia hanya mengunci pandangannya pada satu hal, Jisung. Dilihatnya senyum Jisung tidak pernah lepas dari wajahnya.

Jeno menghampirinya, mengusak rambut Jisung. Entahlah, mungkin setelah ini mungkin hobi baru Jeno adalah mengusak rambut Jisung. Memang sedikit melunjak si Jeno ini. Tapi biar sajalah, lagipula Jisung tidak keberatan, kan?

"Senang?" Demi tuhan, Jeno tidak pernah melihat Jisung yang saat ini ada didepannya. Nyaris tak bisa ia kenali. Sifatnya yang sekarang ini membuat Jeno hampir gila.

Terakhir kali ia melihatnya begini kapan ya? Saat Jeno membayar biaya PR nya pada Jisung? Pria itu terlihat antusias juga saat itu. Tapi berbeda dengan situasi saat ini.

Jisung mengangguk, tangannya masih sibuk memberi usapan pada bulu-bulu kucing dihadapannya. "Aku sering kemari, tapi aku tidak tahu ada cafe ini"

Jeno terkekeh, "Bagaimana bisa kau menemukan cafe ini jika selama ini saja kau hanya sibuk dengan chocopie."

Jisung menyernyit tidak suka, apa-apaan itu? Apa juga hubungannya dengan chocopie, lagipula chocopie itu kan enak. "Jangan membawa-bawa kekasihku" ujarnya ketus.

Wow, Jeno kaget. Bagi Jisung, chocopie adalah kekasihnya? Tahu begitu Jeno jadi chocopie saja. "Ya sudah maaf, setelah ini ingin pergi kemana?"

Ia mengangkat bahunya acuh, "Terserah padamu saja"

Jeno membuang nafasnya kasar, kenapa Jisung selalu begini sih? Terserah terserah, memangnya Jeno bisa tau apa yang dia pikirkan apa? Ayolah, pria bukan pembaca pikiran.

Tapi mau bagaimana lagi? Jeno naksir, Jeno akan menurut. Meskipun kesal, ia tetap mengedarkan pandangannya, mencari tempat ngedate selanjutnya. Ia masih ingin berlama-lama dengan Jisung.

Jari Jeno menunjuk ke arah jam tiga, disana terdapat kedai ice cream yang sedikit ramai. "Itu, mau pergi kesana tidak?"

Jisung menggeleng, "Tempat itu terlalu ramai, aku tidak suka mengantri"

Jeno mengerucutkan bibirnya, padahal kalau antri kan bagus? Ia jadi lebih lama lagi dengan Jisung.

"Katamu tadi terserah"

Jisung nampak menimbang-nimbang "Ya, terserah saja" tangannya mengibas-ngibas didepan wajahnya.

"Tapi kau yang mengantri, aku akan menunggu disini"

÷

Jeno menghembuskan nafas lega, akhirnya rasa pengap yang ia pendam selama mengantri bisa lepas juga. Wajahnya sumringah, membawa dua cone ice cream yang terlihat menggiurkan.

Ditatapnya ice cream itu, ah Jeno jadi kangen jisung. Coba saja kalau tadi mengantri bersama, dia kan jadi tidak kangen???

Dihampirinya jisung yang ternyata sedang berbincang-bincang dengan seseorang. Ugh, Jeno jadi kepikiran, jangan jangan saingannya? Big no!

Ini bukan hanya spekulasi, lagipula pria yang berhadapan dengan Jisung itu sangat jangkung. Warna rambutnya juga seperti si Jung sialan.

Jeno overthinking, bagaimana kalau memang benar Sungchan, kemudian jisung akhirnya malah pulang bersamanya?.

Namun kemudian lamunannya buyar, disadarkan oleh tetesan ice cream yang mulai menetes di jari jari tangannya.

Chocopie [ Nosung ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang