BAGIAN 11

8.8K 522 27
                                    

"Handy..."

Suara itu memanggilnya. Itu suara mamanya. "Mama!" Handy membalas panggilan itu namun jalannya terlihat gelap. Ia tidak bisa melihat apapun bahkan tidak bisa melihat tangannya sendiri.

"Kakak..."

Handy mendengar suara renyah adiknya. "Nia!!!" Handy berteriak sambil menoleh ke kiri dan ke kanan tetapi tetap tidak bisa melihat apapun. Ia seakan buta.

"Kakaaak..."

Handy mendengar suara adiknya yang lain. "Silviiii! Kamu di mana?" Nafas Handy mulai memburu. Ia berlari dan terus berlari dengan terhuyung-huyung. Tidak bisa melihat apapun. "Apa ini... rasanya buta?", gumam Handy. Kemudian ia membentur sesuatu dan membuka matanya. Ia melihat semuanya serba putih. Lalu didengarnya tawa canda di kejauhan. Ia pun menghampiri sumber suara dan melihat ayahnya sedang berlarian mengejar Nia. Mereka tertawa. Ia juga melihat Silvi sedang bertepuk tangan sambil bernyanyi-nyanyi dengan ibunya. Dada Handy sudah bergemuruh melihat itu. Ia pun berlari sekuat tenaganya untuk bergabung. Tetapi tiba-tiba, semuanya kembali gelap. Tidak ada cahaya sedikitpun. Tidak ada suara. Ia hanya mendengar rintihan seseorang memanggilnya samar-samar...

"Handy... saya kesepian..."

Suara Frida.

Handy mendekati sumber suara di dalam kegelapan lalu membentur sesuatu. Dan matanya pun membuka lagi. Ia melihat Frida tersenyum di hadapannya. Frida mengenakan gaun putih dan tampilannya terlihat sangat sederhana. "Handy... saya udah bebas..." Terdengar bisikan Frida, samar-samar. Lalu sosoknya menghilang.

"AAAAKKKHHHH!!!" Handy berteriak kencang dan terbangun di kamarnya. Ia bermimpi. Nafasnya sudah tersengal-sengal. Degup jantungnya berdetak cepat. Ia pun menyibakkan bed covernya dan langsung bergegas ke kamar mandi. Weker di atas buffet sudah menunjuk ke pukul lima subuh. Ia harus bergegas untuk memulai kepemimpinannya di hari ini.

Handy bercermin, mematut tampilannya yang terlihat sempurna. Hari ini, ia sudah menyiapkan daftar nama-nama anggota klan yang akan dibebastugaskan dari jabatannya di perusahaan yaitu orang-orang yang tidak disukainya. Dan yang pertama kali dilakukannya adalah... membebastugaskan Rommel.

***

Handy memimpin klan-nya hingga sebulan, dua bulan, tiga bulan, dan terus melakukan perubahan ini-itu yang dirasanya pas dengan pengetahuan minimnya. Tetapi ia merasa berhak untuk melakukannya karena otoritas yang dimilikinya atas semua anggota klan.

Handy mulai tidak suka mendengarkan perbantahan, penolakan ataupun perbedaan pendapat. Wajahnya semakin murung dan tutur katanya semakin memahitkan sekelilingnya. Ia selalu merasa tidak aman dan mencurigai setiap orang. Sikapnya menjadi mudah tersinggung dan akan langsung saja menyingkirkan siapapun yang tidak bersikap sesuai dengan aturan mainnya.

"Tuan... tehnya...", kata seorang office boy yang mengantarkan minuman ke mejanya.

Handy mendengus. "Apa kamu 'gak denger kalo saya minta kopi?!"

"ng... tapi..."

"Kamu membantah?! Kamu harusnya tau kalo saya suka kopi!" BRAK!!! Handy menggebrak meja. "Kamu mau berlaku sembarangan sama saya? Apa kamu 'gak tau siapa saya?!!!"

Offibe boy itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai tanda kalau ia tidak memiliki maksud buruk apapun.

"Kenapa kamu geleng-geleng?! Kamu 'ngebangkang?!" Dada Handy sudah bergerak turun-naik. "Kamu saya pecat!!!"

"ap... apa? Tapi... tapi..." Office boy yang sudah bekerja selama belasan tahun itu mulai memohon-mohon pada Handy agar jangan memecatnya. "Tuan... saya 'gak 'ngerti..."

Nyonya BesarWhere stories live. Discover now