7

395 96 8
                                    

Cinta memandang isian formulir elektronik rencana studi lanjut yang dibagikan wali kelasnya di layar iPad dengan tatapan nanar. Sebenarnya formulir rencana itu sudah dibagikan dari semester satu tapi Cinta masih juga belum mengisinya hingga semester dua. Setiap Bu Sinta menanyakan alasannya, Cinta hanya terdiam. Bu Sinta cukup paham karakter Cinta yang pendiam oleh karena itu Bu Sinta tak memberikan batasan waktu pengumpulan formulir dan memilih untuk menunggu Cinta mengirimkannya sendiri.

Sejak dulu Cinta ingin menjadi profesional programmer tetapi orang tuanya menginginkan hal yang berbeda. Masalah pemilihan jurusan menjadi semakin rumit semenjak orang tuanya bercerai. Ayahnya ingin Cinta meneruskan perusahaan keluarga dan meminta Cinta mengambil kuliah di bidang bisnis tetapi Ibunya menginginkan Cinta menjadi dokter. Sulit untuk mengabaikan permintaan keduanya, mengingat yang akan membiayai kuliah ada orang tuanya.

"Ta!" suara bass Kala memenuhi kelas IPA1, membuat semua orang menoleh ke sumber suara.

"Kala?" panggil Sarah, ketua kelas IPA 1 yang terkenal dengan kecantikan dan kepintarannya. "Tumben lo ke sini," lanjut Sarah bermaksud ingin menghampiri Kala.

Dengan nafas tersengal Kala mengabaikan Sarah kemudian berjalan menuju kursi Cinta yang terletak di paling belakang. Cinta yang panik segera mematikan layar iPad.

"Lo tega banget berangkat sekolah duluan. Gue ke rumah lo tahu." Kalimat Kala membuat seisi kelas IPA 1 bersorak riuh.

Bola mata Cinta bergerak tak beraturan, tak tahu harus bereaksi apa ketika seluruh kelas menatap ke arahnya.

"Lo ngapain ke sini?" ucap Cinta nyaris seperti berbisik.

"Nih, janji gue." Kala meletakkan satu liter susu rasa coklat di meja Cinta. "Gue kan janji mau ngasih lo susu tiap hari."

Cinta memasang wajah kecut melihat satu kotak besar susu coklat di depannya.

"Janji apa tu?" celetuk Aldo teman kelas Cinta yang langsung disambut suara celetukan anak-anak lain. Jam istirahat di IPA 1 nggak pernah seramai ini sebelumnya.

"Ntar dulu Al, urusan pribadi nih."

"Yadeh yang mulai pribadi-pribadi."

Kala mulai salah tingkah.

"Nanti pulang bareng ya?"

Cinta menggaruk alisnya yang tak gatal sambil mengintip reaksi teman-teman sekelasnya. Beberapa teman ceweknya terlihat saling berbisik sembari memandang Cinta dengan tatapan heran, setengahnya tertawa melihat tingkah Kala sisanya lagi tak terganggu dengan keberadaan Kala.

"Iya."

"Ah bohong."

"Terus lo mau gue jawab apa?"

"Kalau jawabnya cepet gini pasti bohong. Lo kan biasanya nolak dulu."

"Lo mau ngajak berantem apa ngajak pulang bareng?" Cinta hampir habis kesabaran, hanya Kala yang bisa membuatnya berbicara panjang lebar.

"Ya ngajak pulang bareng lah."

"Yaudah, iya."

"Beneran ya? Bukan karena biar gue keluar dari kelas, kan?"

Cinta menelan ludah, pikirannya seperti terbaca.

"Nggak."

"Kalau nanti gue ke sini lo udah pulang, gue ngambek lho."

Bibir Cinta berkedut menahan tawa. Memang apa ruginya kalau Kala marah padanya.

"Suara lo jangan keras-keras."

"Biarin aja, biar semuanya jadi saksi kalau lo udah janji pulang bareng gue," kata Kala semakin menaikan nada suaranya membuat Cinta spontan menarik ujung baju Kala lalu membawanya keluar kelas.

Kala Cinta BertemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang