Tale 16 - Kepingan Puzzle (II)

1.9K 611 190
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

My lovely Cacha,

I am so sorry. I am really sorry. My life is kinda fucked up, right here. But, please always remember, I love you. And I really hope we can meet soon. Salah satu keinginan aku adalah denger cerita-cerita kamu secara langsung. I am sure you are lively and lovely person.

Yours,
Pram.

***

Bukannya pulang ke indekos, tapi aku bersama Mas Yudhis---yap, lelaki itu tiba-tiba berada di boncengan motorku entah sejak kapan---menuju taman kampus setelah membeli satu cup Hazelnut Cocho dan hamburg curry mayo di kedai Jiwa Toast, karena perutku keroncongan. Kami berdua duduk di rumput, di bawah rindangnya pohon sawo yang tumbuh. Lelaki itu tengkurap, matanya tertutup saat semilir angin membuat rambutnya bergoyang.

"Lo sejak kapan tahu kalau Mbak Rista pacaran sama dosen Sastra Jepang?" tanyaku karena Mas Yudhis terlihat tenang dan tidak banyak bertanya. Tanganku sibuk membuka bungkusan toast yang masih hangat.

"Kemarin," jawabnya singkat. "Sebenernya gue udah hafalin nomor tuh dosen, tapi nggak enak mau minta tolong lo, karena lo juga masih kalut banget."

Aku meringis, merasa bersalah. "Maaf, Mas."

Dia cuma tersenyum lalu bangun dari posisi tengkurapnya, dan duduk bersila di hadapanku. "Kalau lo gimana? Udah ketahuan siapa Celoteh Senja?"

Aku mendengkus saat mendengar nama perempuan itu. "Gue udah ketemu orangnya hari ini. Dia nggak ngaku kalau ambil bukunya. Nyebelin banget."

"Siapa, sih?" Kerutan nampak pada kening lelaki itu.

"Kania, Sastra Korea. Se-angkatan sama lo."

"Oh, Kania," gumas Mas Yudhis manggut-manggut seperti mengenal gadis itu. "Gue kenal sih, sama dia."

"Deket?"

Mas Yudhis mengembuskan napas. "Gue sebenernya males cerita ini, tapi nggak apa, lah. Lagian lo nggak akan bocor, kan?" Dia memicingkan matanya ke arahku.

"Gue pernah naksir sama dia. She is so lively. Dia puitis. Dia mengingatkan gue sama seseorang. Gue coba deketin dia dan waktu hubungan kita semakin dekat, gue merasa bersalah, karena seharusnya gue nggak bisa deketin cewek, di saat gue punya cewek."

Mataku melebar, mendesis kencang. "Lo selingkuh?"

"Almost, belum jadi." Dia mengangkat tangannya. "Pedekate selama dua minggu, and it was done. Gue merasa deketin Kania bukan karena gue jatuh cinta sama dia, tapi karena dia mirip seseorang I am craving of. Seseorang yang udah lama mengisi hati dan hari gue."

Our Magical Tale (END) Where stories live. Discover now