3. JUST DEAL WITH IT

77 13 1
                                    

***

"Tadi itu siapa?" Evan, salah seorang teman semasa kuliah Reagan bertanya kepeadanya sesaat setelah pria itu masuk ke dalam rumah dengan wajah kesal.

Dandi dan Tovin yang juga teman karib Reagan semasa kuliah ikut menoleh padanya seolah menuntut jawaban yang sama seperti Evan. Wajah Reagan tampak kusut padahal ia baru saja bertemu dengan tetangga baru yang luar biasa cantik nan bening bak idol Korea dan hal itu membuat tiga orang yang baru saja ingin merayakan kenaikan jabatan Reagan dengan makan-makan di rumah pria itu pun merasa heran.

"Bukan siapa-siapa," jawabnya singkat, padat nan jelas.

Meski Reagan sudah memberi jawaban, tapi teman-temannya masih belum puas dengan jawaban yang diberikan.

"Tapi kelihatannya lo kenal sama dia," Kali ini Dandi bersuara.

"Hanya seseorang yang kukenal di kantor." Reagan kemudian membuka lemari es, mengambil sebotol cola dan beberapa kaleng bir lalu diberikan pada teman-temannya.

Mata Tovin melebar. "Karyawan baru di kantor? Atau karyawan lama? Wah... Kenapa nggak bilang-bilang kalau punya teman kantor secantik itu? Bisa dong dikenalin ke kita-kita?"

Evan tampak setuju dengan ucapan Tovin sehingga ia pun menambahkan. "Jangan bilang lo sengaja nggak ngenalin dia ke kita untuk dimonopoli sendiri?"

Mendengar itu, Reagan mendecih sinis, membuat tiga pasang mata semakin menatapnya lekat penuh curiga.

"Semuanya salah," kata Reagan sambil meneguk gelas berisi Cola, ia kemudian menatap tiga temannya dan berkata, "Justru dia bosnya."

"APA?" Tiga orang itu bersuara dengan kompak. Tovin yang sedang minum sampai tersedak minuman yang ia minum sampai terbatuk-batuk.

"Serius nih, Gen?" Evan menegakkan tubuhnya menatap sohibnya dengan serius.

Reagan tidak menjawab, dan hanya memberi jawaban dengan sebuah anggukan.

"But she looks too young to be a boss." Komentar Dandi.

"Dan gue agak meragukan sikap lo yang luar biasa jutek untuk seorang bos. Kalaupun benar dia bos lo, rasanya ada yang janggal. Kalian bersikap seperti sudah kenal lama." tukas Evan, sementara Tovin sedang sibuk mencari air minum dengan menggeledah isi kulkas Reagan.

"Memang iya," jawaban Reagan yang hanya sepotong itu membuat tiga temannya semakin tertarik untuk mengorek informasi dari teman mereka yang sudah terkenal dingin sejak kuliah. "Dia hanya adik seorang teman lama, yang suka mengikuti kemana pun gue pergi, dan gue merasa terganggu. Sampai sekarang."

"Memangnya sejak kapan dia ngikutin lo?" Tanya Tovin.

"Sejak dia SD dan gue SMA."

Mata Tovin kontan melebar. "Ya ampun, itu kan jaman bocil, Gen. Lo dendam sama bocil? Seriously?"

"Dia bukan bocil biasa, sobat." kata Reagan kepadanya. "Bocil macam apa yang sudah bisa nyogok anak SMA biar anak SMA itu mau menikah dengannya?"

"Gimana maksudnya? Dia nembak lo yang dulu anak SMA waktu dia SD?" Dandi tampak berpikir keras. Menurutnya mau dipikir bagaimanapun juga, cerita singkat Reagan masih tidak cukup masuk akal baginya.

Reagan menghela nafas. Ia tidak mau menceritakan alasan sesungguhnya yang membuatnya membenci Sierra sampai seperti ini pada teman kuliahnya. Mau dijelaskan pun mereka tidak akan pernah mengerti bahwa betapa mengerikannya gadis kecil yang terus menguntitnya sampai sekarang.

"Intinya dia adalah tipe yang sangat gue benci, menghalalkan segala cara demi mencapai apapun yang dia mau. Kepindahannya hari ini mungkin saja salah satu rencananya."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 04, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'M YOUR WALKING ATM (SEQUEL MY MONEY TREE)Where stories live. Discover now