SEBERANG 6

177 16 2
                                    


#DAVA

Aku mencoba mencari kontak Acha dan melakukan panggilan. Namun, tidak ada sambungan apapun hingga terdengar suara operator yang berbicara dengan otomatis.

"Gimana?" Gita bertanya dengan khawatir.

Aku menggeleng. Sudah jelas tidak ada jawaban dari gadis itu.

Gita berdecak sebal. "Kemana sih tu anak? Tumbenan banget ga datang hari ini. Mana gada kabar lagi!"

Ervin melangkah masuk ke dalam kelas dan mendekat. "Gimana? Uda ada kabar dari Acha?"

Gita menggeleng sambil memanyunkan bibirnya. "Belum.."

"Gue cabut luan," Ujarku meraih tas dan langsung melangkah keluar kelas.

"Yaudah, lo duluan gih, mulai terus rapatnya. Biar ga kelamaan." Jelas Ervin pada Gita.

Gita mengangguk pelan. Mengerti.

Acha? Entahlah. Semalam, terakhir diliat baik-baik aja. Biasanya, Hal-hal kecil pun pasti akan dikabari oleh gadis itu. Tante Ratna juga tidak memberiku kabar apapun. Apa aku perlu mengunjunginya?

Tapi, Kenapa harus?

***

Aku semakin merasa bingung ketika tiba tepat di depan pintu rumah sebelahku. Aku juga merasa tidak seperti biasanya. Entah hal apa yang membuatku tergerak untuk melakukan ini. Berdiri di depan rumah gadis itu sambil membawa cheesecake dingin dan menunggu hingga pintu pun dibuka oleh tante Ratna.

"Dava?" Tante Ratna menyambutku.

"Tante," aku menyapa pelan. "Ini, Dava ada bawa Cheesecake."

"Oh? Bagus dong! Coba kamu samperin Acha deh, diatas. Tante gatau dia kenapa dari semalem." Tante Ratna membawaku masuk. "Oh ya, Maaf... Tadi pagi tante ga sempat ngabari apa-apa sama kamu soal kondisi Acha,"

"Gapapa kok Tante. Kalau gitu Dava keatas dulu," ujarku pelan.

Rasa aneh semakin menyelimuti ketika perlahan langkahku mulai mendekati pintu kamarnya. Tanganku baru akan mengetuk pintu itu kalau saja pintu kamar itu tidak dibuka dengan tiba-tiba. Tatapanku langsung bertemu dengan gadis itu.

"Dava?" Acha bertanya bingung, mendapatiku tepat di depan pintu kamarnya. "Dava ngapain di depan pintu kamar Acha?'

Bukannya menjawab, aku malah balik bertanya. "Lo mau kemana?"

"Acha mau turun, ngambil cemilan di bawah."

Aku langsung menyodorkan sebungkus cheesecake ke arahnya. Dia menatapku dengan bingung, dan langsung menerimanya dengan datar. "Makasih,"

Tidak seperti biasanya.

"Acha tiba-tiba ngantuk. Dava mending pulang dulu aja deh."

Sebelah alisku terangkat. Bingung dengan sikapnya yang aneh. Tapi, itu bukan masalah yang serius bukan?

Aku mengangguk. "Oke. Sore ini.."

"Iya, Dava ga perlu khawatir. Acha dateng kok, kayak biasanya." Acha memotong perkataanku pelan dengan senyum yang terlihat dipaksakan.

Aku langsung berbalik dan melangkah menuruni tangga. Namun, aku sempat menoleh kembali ketika gadis itu memanggilku pelan. "Dava,"

"Apa Paman yang minta Dava datang kesini?"

Aku terdiam. Apa Papa adalah alasanku untuk datang? Bukankah aku datang atas kehendakku sendiri? Tapi, apa itu terasa sedikit aneh?

Aku mengangguk pelan. "Ya"

SEBERANG [2021] - [On Going]Where stories live. Discover now