The Meaning Of Let Go Off - J...

By writebyef

2K 74 16

Katanya cinta pertama semasa SMA selalu gagal? Bagaimana dengan kisah Kala dan Jeffri? Lalu saat mereka diper... More

About Three Person I Write On This Story
Study Is Only Another Killing Time For Him
The Tall One Who Stole The Show
The Bitter Of Coffee That You Enjoy
The Open Gate And Confused Princess
Searching A Reason To Love You
All You Have To Do Is Just Wait
The Reason Behind Wall Calendar
The Proper Date And Classic Movie Scene
The Queen Who Broke The Crown
The Day After Hurricane When You Came
I'll Build A Castle To Hiding From You
All The Memories Comeback Remain
The Queen Is Coming Back As Your Worst Dream
The Worst Scenario Is Coming
Keep Stay On Our Position
Theirs
All The Things Happens
Say Goodbye To Our First Love
The Sad Love Story I've Ever Had
Like A Bright Star In The Dark Night
Until Now You Still Not Mine
The Feeling That We Can't Deny
All You Have To Do Is Stay
The Place When We Start Everything
Last Night For Our Last Chance
The Meaning Of Let Go Off
An Uncertain Bonding
The Moment Will You Cerish Forever
Creating Our Ending

The Smell Of The Sun in This Town

136 4 0
By writebyef

8 Desember 2018

Seperti biasa saya duduk di kantin saat jam istirahat sambil menikmati makan siang bersama teman perempuan saya satu-satunya bernama Aska, ketua kelas dan gadis terpintar satu angkatan saya.

Saya sendiri, Kala lengkapnya Ananda Kala. Murid biasa-biasa saja tidak menonjol, tapi ya bisa dibilang terpintar kedua setelah Aska apabila dilihat dari tingkatan juara umum sekolah. Kalau bukan karena saya lemah di mata pelajaran fisika pasti saya bisa sejajar dengan Aska.

Walaupun terdengar seperti saingan, kami cukup akrab dan berteman dengan baik sejak pertama kali masuk SMA ini. Setelah penempatan kelas dan tidak mengenal siapapun di sekolah ini, saya dengan tidak sengaja duduk sebangku dengan Aska di kelas. Setelah perkenalan yang sedikit canggung akhirnya kami mulai dekat larena memiliki banyak kesamaan.

Kami sering belajar dan makan siang bersama, hanya sekedar itu dan tidak seperti kebanyakan pertemanan perempuan lain yang butuh energi lebih banyak untuk bersosialisasi sekedar nongkrong, shopping bareng, atau bergosip tentang seisi sekolah.

Obrolan saya dengan Aska hanya sebatas pelajaran atau serial netflix genre thirller, mungkin karena itu kami cepat cocok.

Karena fokus saya hanya belajar untuk dapat beasiswa di Swiss, seperti ETH Zurich atau University of Bern.

Alasannya karena cita-cita saya bukan sekedar kuliah di Swiss nya tapi ingin menghabiskan masa tua di negara indah dan damai seperti Swiss, kolot memang kedengarannya.

Tapi saya berfikir semua itu bisa dimulai dari kuliah di negri itu, keluar dari rumah dengan alasan melanjutkan pendidikan, padahal tujuannya untuk jangka panjang.

Tiba-tiba seisi kantinn mulai riuh dengan bisikan-bisikan anak perempuan yang terdengar di kuping saya
"OMG ganteng banget!"
"parah sih ga wajar gantengnya"
"lucky banget sumpah yang jadi cewenya"
"ini nih yang bikin gue selalu semangat jam istirahat"

Jeffri Adiyaksa, ya dia yang membuat kericuhan anak-anak perempuan satu kantin ini. Dia senior satu tingkat diatas saya, yang membuatnya sangat terkenal adalah ketampanannya yang melebihi orang-orang Indonesia pada umumnya, lebih tepatnya pulau di Indonesia bagian paling tropis ini.

Berlebihan memang, tapi dia memang setampan itu. Postur tubuh tinggi, kulit putih dan sepertinya serajin apapun saya perawatan kulit hasilnya tidak akan sama seperti dia, hidungnya mancung, rahang tegas, dan rambut tebal kelihatan sehat terawat atau memang anugerah yang dia miliki sejak lahir.

Menyebalkan sekali saya harus mendeskripsikan dia seperti perempuan-perempuan groupiesnya itu, tapi ya memang begitu.

Dia seolah seperti 'untouchable' dari siapapun karena terlalu terihat sempurna, ahli menimbulkan jiwa insecure perempuan yang bermimpi jadi pacarnya. Tapi berhubung mimpi saya ke Swiss bukan jadi pacar si Jeffri Jeffri ini saya gak perlu repot-repot merasakan insecure yang tidak penting itu.

Sudah cukup saya merasa insecure dengan nilai yang diperoleh teman sebangku saya Aska, jangan lagi ada perasaan rendah diri apalagi hanya karena masalah laki-laki.

Saya tidak berniat menghabiskan masa remaja saya untuk mengurusi cinta monyet ataupun menjalankan kehidupan sosial remaja yang merepotkan, maka dari itu sejak awal masuk SMA saya berusaha bersikap transparan atau tidak menimbulkan perhatian agar dapat lulus sekolah dengan tenang.

Jeffri selalu datang ke kantin dengan teman satu geng nya, ya bergerombol seperti di drama-drama cheesy yang biasa kalian tonton. Teman-temannya kumpulan dari cowok-cowok populer, pintar, atau anak orang kaya.

Sebagian besar temannya anggota basket sekolah, ya kurang sempurna apalagi? Jeffri juga anak basket dan yang lebih hebat dia juga anggota perwakilan lomba Olimpiade mata pelajaran sekolah dari sejak duduk tingkat satu atau kelas 10, dia perwakilan bidang matematika.

Sungguh menyebalkan mndeskripsikan seseorang terlalu sempurna seperti itu; tampan dan berotak encer.

Setidaknya saya bisa belajar dengan baik tapi lemah di pergaulan namun tidak dengan Jeffri, dia sangat ramah dan pintar bergaul. Kalau kalian temui dia berjalan di koridor sekolah dari ujung ke ujung mungkin hampir semua orang menyapa kearahnya, bahkan satpam sekolah pun dekat juga dengan Jeffri.

Beda dengan saya yang tidak bisa bergaul dengan baik apalagi anak-anak perempuan. Mereka sebagian besar menganggap saya dingin, gak asik, sombong, penjilat guru dan sebagainya. Hanya Aska yang tidak berfikiran seperti itu untungnya, mungkin karena kami sama.

"Norak banget", celetuk Aska sambil memutar bola matanya

"ssttt! Aska nanti kedengeran loh", ucap saya menahan tawa

"Gak akan kedengeran Kal, suara gue kalah saing sama puji-pujian Jeffri lovers, berasa Peter Kavinsky kali ya", cibir Aska

Peter Kavinsky, tokoh utama pria di film netflix To All The Boy I've Loved before. Sosok cowok paling popular dan tampan di sekolah.

"eh btw Kal, hari ini penguman anggota Olimpiade 2018 angkatan kita", ucap Aska

"oh iya, saya masuk gak yah?", tanya saya ragu sambil menggaruk kepala yang jelas tidak gatal

"pastilah! siapa yang macarin matematika selain lo Kala?"

"hahahaha... soalnya piagam olimpiade salah satu syarat beasiswa Zurich saya nih"

"ya pasti masuk lah, kita pasti masuk, lo wakilin matematika dan gue fisika "

"kalau lo gausah ditanya deh Aska, pasti lolos"

Jam istirahat telah habis dan kami kembali ke kelas melanjutkan jam pelajaran berikutnya, di tengah jam pelajaran Ibu Yola wakil kepala sekolah kami memasuki ruangan kelas sambil membawa map merah.

"Siang anak-anak maaf mengganggu pelajarannya, Ibu mau memberikan pengumuman mengenai anggota Olimpiade kelas 10 tahun ini yang berhasil menjadi perwakilan sekolah kita untuk mengikuti Olimpiade tahun ini", ucap Bu Yola

"kebetulan dari kelas kalian ada dua siswi yang berhasil menjadi perwakilan dua mata pelajaran dan untuk lengkapnya juga akan Ibu tempel di mading ya, list perwakilan mata pelajaran seluruh angkatan", sambungnya sambil melirik ke arah meja saya dan Aska.

Saya tiba-tiba gugup saat bu Yola menyampaikan penguman tersebut, karena ini adalah langkah awal saya bisa tinggal di Swiss, salah satu syarat terpenting untuk mendapatkan beasiswa yang saya idam-idamkan.

"Untuk bidang mata pelajaran fisika diwakilkan oleh Aska Asyana"

"Wow! keren banget woy Aska!", seru teman-teman sekelas saya sambil bertepuk tangan dan diantaranya hanya melirik tidak peduli

"Untuk bidang mata pelajaran matematika diwakilkan oleh Ananda Kala"

"wah gila sebangku yang lolos!", sambung anak-anak kelas sambil kembali bertepuk tangan

"Untuk siswi yang telah terpilih dimohon nanti sepulang sekolah bisa ke ruang kesiswaan ya untuk pembagian jadwal belajar dan mentoring", sambung Ibu Yola

Akhirnya yang saya harapkan terwujud, satu Langkah awal untuk mencapai goals saya saat ini. Tidak sia-sia begadang semalaman setiap ada ujian bahkan menguasai materi sebelum pelajaran dimulai.

Pulang sekolah saya pun langsung bergegas ke ruang kesiswaan, Aska sudah masuk duluan ke ruangan lain, karena ternyata setiap perwakilan mata pelajaran masuk ke ruangan terpisah. Dikelompokan bersama guru pembimbing dan siswa perwakilan sesuai mata pelajaran.

Saat sampai di depan ruang kesiswaan ternyata pintu masih terkunci dan belum ada satu orang pun yang datang. Sekolah pun sudah lumayan sepi karena sebagian siswa sudah jam pulang.

Hingga Ibu Yola datang menghampiri saya dan berkata "Kala sebentar ya tunggu 15 menit lagi, guru pembimbing kelompok matematika kan Pak Salim, beliau masih rapat guru sebentar, kamu tunggu dulu ya"

"oh baik bu", jawab saya.

Saya pun duduk di pinggiran lapangan basket, karena ruang kesiswaan tepat berada di depan lapangan. Terlihat beberapa anak basket sedang berlatih, lalu mengeluarkan headset dan mulai mendengarkan lagu.

Matahari sedang terik-teriknya, walaupun kota tempat saya tinggal ini memang panas sekali dan selalu diterangi oleh matahari bahkan hampir jarang sekali turun hujan.

Anehnya saya menyukainya, saya suka terik matahari yang menerangi apapun yang ada di bumi, terkesan tidak ada yang bisa disembunyikan, tidak seperti malam gelap yang penuh dengan tanda tanya karena tak terlihat dan minim cahaya.

Matahari juga meninggalkan wangi yang khas menurut saya, wangi matahari yang menempel di rambut bila terpapar terlalu lama, bahkan ke baju yang kita gunakan, dan juga wangi matahari yang menempel ke tanah.

Tiba-tiba saya merasa lengan saya di sentuh dengan jari berkali-kali seperti ditusuk-tusuk pelan hingga saya membuka mata dan melepas headset saya.

"Lo dipanggil Pak Salim dari tadi tuh", ucapnya sambil menunjuk ke arah ruang kesiswaan di belakang saya

Dia, Jeffri Adiyaksa menggunakan seragam basket tim sekolah dengan rambut basah bercucuran penuh keringat berada di depan saya.

"oh... iya", ucap saya seadanya dan langsung bergegas pergi

Begitu memasuki ruang kesiswaan saya diberikan beberapa buku materi, kertas-kertas latihan soal, dan diminta mencatat jadwal belajar pemantapan teori dan mentoring.

"oh iya Kala mentor kamu itu pemenang olimpiade matematika tahun lalu, udah tau?", tanya Pak Salim

"hah?", saya masih belum bisa mencerna pertanyaannya

"hari ini dia ga bisa join pembagian jadwal karena latihan basket", sambung Pak Salim, lalu beliau pergi ke ambang pintu dan melambaikan tangan

"JEFF JEFF SINI SEBENTAR", serunya dan tak lama Jeffri Adiyaksa datang, duh kenapa saya harus menyebut nama lengkapnya di kepala saya?

"Yo Pak Salim", serunya sambil memasuki ruangan

"Jeff ini Kala, yang wakilin matematika kelas 10 tahun ini, udah kenal kalian?", tanya Pak Salim

"belum", jawab saya
"sudah", jawab Jeffri bersamaan yang membuat saya dan Pak Salim menaikan sebelah alis kebingungan.

"udah apa belom nih?", tanya Pak Salim heran

"belum deng belum", jawab Jeffri cengengesan

"Jeffri Adiyaksa", sambungnya sambil mengulurkan tangannya yang putih, besar dan terlihat semburat berwarna ungu.

"Ananda Kala, Kala aja", saya menyambut jabatan tangannya.

Jeffri masih berkeringat karena bermain basket, wangi rambut dan bajunya mungkin dari badannya juga, sangat wangi matahari yang menyengat siang ini.

•••

Continue Reading

You'll Also Like

94.7K 9.2K 26
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
16.3M 546K 35
Down-on-her-luck Aubrey gets the job offer of a lifetime, with one catch: her ex-husband is her new boss. *** Aubrey...
192M 4.6M 100
[COMPLETE][EDITING] Ace Hernandez, the Mafia King, known as the Devil. Sofia Diaz, known as an angel. The two are arranged to be married, forced by...
199K 9.8K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...