Phenex DxD Reborn

Por RakaTrafagar

1.4K 82 52

Seorang Pemuda yang mati tertabrak taksi. Pemuda itu diberikan kesempatan lagi untuk hidup kembali di sebuah... Más

Prolog
01 Dunia Baru
02 Evil Pieces
04 Klub Pustakawan

03 Anggota Pertama

159 10 1
Por RakaTrafagar

Intro:

Cerita ini di ambil dari sebuah anime berjudul Highschool DxD milik Ichiei Ishibumi. Saya hanya meminjam cerita miliknya.

Di cerita ini, saya akan memperkenalkan sosok seorang pemuda yang bereinkarnasi menjadi salah satu bangsa iblis Phenex. Kehidupan barunya akan menjadi pengalaman berharga di setiap chapter.

Selamat membaca yaw!
........

*Ruang UKS*

Tubuh tinggi Gen terbaring lemas di atas brankar UKS. Reyna dan Achazia menunggu dokter sekolah untuk memeriksa kondisinya.

"Bagaimana kondisi dia dok?" tanya Reyna.

"Kondisi temanmu sudah lebih membaik, hanya saja dia harus beristirahat selama seharian penuh. Saya juga telah memberikan obat nyeri dan vitamin." jawab dokter Leona.

Dokter Leona Belphegor, merupakan salah satu iblis bangsawan Belphegor. Ia berkerja di SMA Kuoh kurang lebih dua tahun lamanya. Ia merupakan sosok dokter muda yang cantik dan seksi, ditambah kedua payudara miliknya kira-kira sebesar buah melon.

Achazia dan Reyna menghela napas lega. Mereka pun menghampiri Gen yang masih terbaring lemas. Ketika mereka datang, kedua mata Gen terbuka pelan.

"Bagaimana keadaanmu Gen?" tanya Reyna. Ia memilih untuk duduk di bangku dekat brankar.

"Sudah lebih baik," jawab Gen. Ia merubah posisinya menjadi duduk. Ia sandarkan punggung di tepi brankar.

Achazia tersenyum lega. Ia memilih untuk tetap berdiri dengan kedua tangan dilipat di dada.

Suasana menjadi hening, hanya terdengar suara burung gereja yang berkicau ria di luar. Reyna berdiri, ia datang di momen yang tidak tepat. Ia akan memberikan kesempatan bagi Achazia untuk berbicara empat mata dengan Gen.

Setelah sosok Reyna menghilang di balik pintu. Achazia menghela napas sejenak, lalu ia mulai berjalan menuju ke tempat Gen berada.

"Ada yang ingin aku bic-,"

"Aku bersedia!" potong Gen cepat.

Achazia tersenyum kecut sesaat, lalu berubah menjadi ceria. Ia menatap Gen penuh harapan. Ia mengeluarkan sebuah benda penting miliknya yang berada di dalam tubuh.

Sebuah benda berbentuk kotak muncul di depan Achazia. Ia mengambil kotak itu dengan bangga. Di buka kotak berwarna orange kemerahan perlahan. Enambelas bidak catur sudah tersusun rapi di dalamnya.

Salah satu bidak catur bercahaya terang. Itu adalah sebuah bidak kuda atau knight. Achazia membacakan sebuah mantera sihir. Lingkaran sihir berwarna orange muncul di bawah kakinya.

Bidak raja atau King pertama yang bersinar lalu melayang ke atas. Bidak itu masuk ke dalam tubuh Achazia di antara dada. Tubuh Achazia merasakan sebuah sensasi energi besar .

"Aku telah menjadi seorang Raja sekarang," ucap Achazia senang. Ia lantas melirik ke arah pemuda yang tengah duduk di atas brankar. Gen, pemuda keturunan seorang pembunuh naga berdiri di hadapannya.

Bidak kuda melayang dari tempatnya berada menuju ke arah Gen. Masuk perlahan menembus dada dan pancaran cahaya berwarna orange menyelimuti tubuhnya. Sepasang sayap hitam mirip kelelawar muncul di punggung Gen.

"Selamat datang wahai sang ksatria di keluarga Phenex," sambut Achazia mengulurkan sebelah tangan. Uluran tangan miliknya di sambut hangat oleh Gen. Kini Achazia memiliki anggota pertamanya sebagai ksatria, Gen.

"Saya Gen Siegfreid akan menjadi ksatria terhebat keluarga Phenex!" seru Gen lantang. Ia bergaya seperti ksatria.
.
.
.
.

Hari telah berganti. Achazia bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Kini ia hanya seorang diri, Alvaro sudah terlebih dahulu berangkat untuk mempersiapkan tugas presentasi bersama teman kelompoknya.

Achazia tiba di sekolah setelah menelusuri gang sempit. Ia melihat di depan gerbang sosok Gen berdiri. Ia langsung menghampiri ksatria miliknya.

"Selamat pagi Tuan," sapa Gen hormat.

Achazia tersenyum kecil. Ia menepuk pelan pundak Gen. Keduanya berjalan seiringan yang membuat para gadis berteriak histeris. Wajah tampan dan badan tegak menjadi pemandangan indah bagi para gadis yang melihat kedua pemuda itu.

"Kau tak perlu memanggilku dengan sebutan tuan. Panggil saja aku dengan Achazia, kita kan teman sekelas dan satu keluarga sekarang." bisik Achazia.

Gen agak tertegun, ia menganggukkan kepala kecil. Ia tak menyangka sang raja, ternyata tidak seperti pemikiran liarnya. Sosok Achazia memang pantas menjadi seorang raja yang bijaksana dan royal kepada budak atau anggota keluarganya.

Keduanya terus berjalan menuju kelas. Topik perbincangan hangta tentang dunia tempat tinggal Achazia dan kehidupannya selama di sana.

Gen mengetahui beberapa sifat dan pengalaman dari sang raja setelah ia mendengar cerita langsung darinya. Itu membuat Gen semakin mantap mengambil keputusan yang tepat. Ia tidak akan menyia-nyiakan kehidupan barunya ini.

Reyna melihat kedua pemuda itu, lantas menyambut dengan senyuman manis. Beberapa murid di kelas jatuh pingsan melihatnya. Kedua payudara milik Reyna bergoyang-goyang mengikuti langkah kaki jenjangnya.

"Pemandangan yang indah," ucap Achazia tak sadar. Hal itu didengar oleh Reyna dan ia semakin mempermainkan payudaranya untuk membuat teman kecilnya itu terangsang.

Gen menggelengkan kepala kecil. Ia memilih untuk duduk di bangkunya. Buku pelajaran dan alat tulis dikeluarkan dari tas sekolah miliknya, lalu diletakkan di atas meja. Ia melirik kecil melihat tingkah Reyna yang masih menggoda Achazia.

"Pasti itu berat baginya," ucap Gen tersenyum kecut.

Achazia sudah tak tahan lagi. Ia menarik kedua tangan Reyna dan langsung memeluk tubuhnya. Sensasi lembut dan kenyal sangat terasa di depan. Satu tangan Achazia sengaja menyentuh payudara milik Reyna. Reyna mengeluarkan desahan kecil.

"Hahaha... Jangan pernah bermain-main denganku," bisik Achazia. Ia melepaskan pelukan, lalu berjalan menuju singgahsana miliknya di dekat jendela.

Reyna langsung lemas. Ia menyeringai kecil mengingat tingkah mesum Achazia. Kedua pipinya merona merah seperti tomat.
.
.
.
.

Bel istirahat berbunyi. Murid kelas X-5 berebutan keluar kelas untuk menuju kantin. Cacing-cacing di perut mereka sudah berdemo ingin diisi oleh makanan.

Achazia menuju tempat duduk Reyna. Ia memiliki sebuah urusan penting dengan teman kecilnya itu. Reyna terlihat sedang menunggu seseorang, ia sesekali melirik kecil keluar kelas. Sosok pemuda yang tak dikenal Achazia sudah berdiri di depan pintu.

"Kau lama sekali!" kesal Reyna. Ia berjalan cepat menghampiri sosok pemuda itu.

Achazia dan Gen langsung bergabung dengan mereka. Keempat murid SMA Kuoh saling memberikan isyarat melalui mata.

Suasana kelas sudah terlampau sepi. Lingkaran sihir berwarna orange dan biru muncul di lantai yang mereka pijaki. Keempat sosok itu menghilang dalam hitungan detik.

Halaman belakang sekolah...

Lingkaran sihir kembali muncul di sana. Empat iblis muda sudah tiba. Achazia dan Reyna mengambil beberapa langkah mundur menjauhi bidak mereka. Sepasang sayap hitam mirip kelelawar terbentang lebar di belakang punggung Gen dan pemuda di sebelahnya.

"Apa kalian sudah siap?" tanya Achazia.

"Kami siap!" jawab kedua pemuda itu lantang.

Dalam hitungan detik, Achazia sudah melempari beberapa bola api kecil ke depan. Reyna pun memunculkan pasak es dari bawah tanah.

Sacred gear berupa pedang Balmung sudah berada di tangan Gen. Gen melesat cepat ke depan bagai seekor kuda. Ia mengayunkan pedang miring kanan dan kiri, semua bola api dibabat habis olehnya.

Kini giliran sosok pemuda di sebelah Gen. Tangan kanan pemuda itu diselumuti oleh sarung tangan. Lima variasi warna menghiasi sarung tangan tersebut.

"Sacred gear ... Glove Element's," ucap Achazia. Glove Element's merupakan sacred gear yang memiliki kemampuan memanipulasi 5 jenis elemen.

Achazia mengetahui informasi sacred gear dengan cepat. Kekuatan sacred gear yang ia miliki istimewa dan masih misterius.

Glove Element's mengeluarkan sinar berwarna cokelat. Pemuda itu menghantamkan tangan kanan ke tanah dengan keras. Pasak-pasak salju langsung hancur tak tersisa akibat terkena hantaman serangan tersebut.

Reyna tersenyum kecil. Bentengnya telah menguasai kekuatan dari bidak yang memilihnya. Ia berlari cepat sambil menciptakan pedang es lalu menebas. Pemuda itu reflek mengambil posisi mundur menghindari tebasan pedang es.

Tepat sebelum tebasan itu mengenainya, Gen telah menghalau menggunakan Balmung. Kedua pedang saling bertubrukan membuat sebuah percikan.

Reyna melompat ke belakang. Ia tidak mengira bahwa Gen akan menahan serangannya. Achazia tidak tinggal diam. Ia menciptakan sepuluh bola api berukuran sedang. Ia lemparkan ke arah dua pemuda tersebut.

Gen melakukan hal yang sama, ia menebas satu persatu bola api itu. Tetapi dikarenakan jumlah dan ukuran yang berbeda, ia sedikit kewalahan.

"Keluarkan kekuatan bidakmu Gen!" seru Achazia.

Ia kembali melemparkan sepuluh bola api secara beruntun. Gen menyiapkan kuda-kuda, ia berlari secepat kilat dan melakukan gerakan menebas. Satu, dua, tiga ... dan bola api terakhir berhasil dihancurkan.

Achazia bertepuk tangan kecil. Ia berjalan pelan, namun aura bangsawan begitu terlihat. "Kau harus lebih mengetahui inti dari bidak yang ada di dalam tubuhmu ini," ucapnya.

"Terimakasih atas pembelajaran hari ini," balas Gen menunduk hormat.

Reyna menghentikan aksinya. Ia dan bidak bantengnya berjalan mendekati mereka. Ia melirik sejenak ke arah pemuda di sebelahnya. Pemuda itu mengerti arti lirikan atau kode dari Reyna. Ia pun memperkenalkan diri walau terlambat.

"Perkenalkan saya Zeth Claire. Saya adalah bidak rook milik Reyna," ucap Zeth sopan.

Achazia menepuk pelan pundak Zeth. Gen sendiri hanya menganggukkan kepala kecil. Pertemuan antara dua bidak bangsawan iblis ini tidak melakukan diskusi dahulu. Ini benar-benar dadakan dan kedua iblis muda itu memutuskan untuk mengetes kemampuan mereka.

"Aku lihat kau hanya menguasai satu elemen saja," ujar Achazia mengamati pertandingan Zeth dan Reyna.

"Iya, dia belum terlalu menguasai sacred gear miliknya," jawab Reyna mewakili.

Mereka pun memutuskan untuk berpisah. Waktu istirahat masih berlangsung lama. Pertarungan tadi menggunakan kekuatan iblis untuk membuat sebuah dunia sendiri dan menghentikan waktu sejenak.
.
.
.
.

Achazia dan Gen berada di suatu tempat. Nuansa malam hari membuat penerangan di tempat itu sedikit gelap. Mereka berheti di salah satu bangunan tidak terpakai.

Suara jeritan perempuan terdengar dari dalam bangunan itu. Achazia tersenyum kecil. Ia sudah menemukan targetnya dan siap untuk mengalahkannya.

"Apa kau sudah siap?" tanya Achazia.

"Siap!" jawab Gen lantang. Pedang Balmung sudah dipegang erat olehnya.

Boomz!!

Pintu bangunan itu hancur tak tersisa. Kepulan asap sedikit menutupi pemandangan. Aktivitas di dalam pun terhenti sejenak.

"Siapa yang menggangguku?!" kesal suara seorang pria. Ia terus menatap di arah pintu yang sudah tak ada.

Suara langkah kaki membuat pria itu menatap tajam. Ia lantas mengabaikan mangsanya seorang gadis yang mungkin pingsan. Ia mengeluarkan ekor mirip kalajengking dari belakang tubuhnya.

Ujung ekor yang tajam mampu menusuk tubuh seseorang hingga tewas. Serangan ekor pria itu hanya menembus kepulan asap saja.

Tiba-tiba sosok siluet muncul dari atas. Achazia melemparkan satu bola api berukuran besar. Jika terkena serangan itu, sudah dipastikan akan terbakar hingga tak tersisa.

"Tch!"

Pria itu geram. Ia menghunuskan ekor kalajengkingnya ke arah bola api. Namun, sebuah pedang memblok serangannya. Gen muncul seperti yang direncanakan sebelum tiba kemari.

"Aku akan memotong ekormu itu," ujar Gen tanpa ekpresi.

"Jangan mengganggu!" bentak pria itu. Ia merubah dirinya menjadi sosok monster kalajengking dengan bagian wajah mirip manusia.

Monster kalajengking ini termasuk iblis yang telah mengkhianati atau membunuh tuannya sendiri. Para bangsawan iblis bertujuan untuk memusnahkan mereka baik di dunia manusia maupun underworld.

Bola api milik Achazia berhasil membakar tubuh sang monster. Monster itu menggeliat kepanasan. Bau hangus terbakar tercium jelas di tubuhnya. Ia semakin marah dan menyerang dengan beringas.

Serangan monster kalajengking tidak terlalu mengenai lawan. Gen berhasil menangkis setiap serangannya dengan mudah. Banyak celah yang ditunjukkan sang lawan hingga monster kalajengking harus mengalami beberapa luka cukup serius di tubuhnya.

"Kalian benar-benar membuatku marah!" seru monster kalajengking. Ia akan mengeluarkan serangan pamungkasnya, namun pusaran api berhasil menghentikan.

Monster kalajengking tidak bisa menghidar hingga ia tewas terbakar. Kini hanya bekas abu yang tersisa.

"Terlalu banyak bicara," ujar Achazia.

Achazia terbang menghampiri seorang gadis yang menjadi korban monster itu. Pakaian gadis itu sudah terkoyak, hanya menutupi bagian bawah dan kedua dadanya.

Gen menghampiri Achazia. Pedang Balmung sudah ia simpan kembali di dalam dimensi buatannya. Jadi, ia bisa memanggil kapanpun pedang Balmung sesuka hati.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Gen sopan.

Achazia telah selesai memeriksa tubuh gadis itu. "Hanya syok ringan dan beberapa luka lebam di tubuhnya," jawabnya tenang. Ia sudah meminumkan air phoenix untuk gadis tersebut. Mungkin kesadaran gadis itu akan kembali pulih.

Achazia merasakan sebuah energi yang disembunyikan gadis itu. Ia pun memutuskan untuk membawanya ke rumah Gen atau bisa disebut sebagai markas sementara.

Rumah Achazia yang baru akan dibangun dalam kurun waktu seminggu di dekat SMA Kuoh untuk ditinggali oleh anggota keluarganya sendiri. Ia jadi tak sabar untuk segera meninggali rumah itu.
.
.
.
.

Rumah Gen ...

Achazia, Gen dan seorang gadis telah tiba di rumah kediaman Gen. Hanya sebuah apartemen berukuran minimalis, tetapi terlihat nyaman untuk dihuni.

"Kita akan mengawasi gadis itu," ucap Achazia setelah meletakkan gadis tersebut di salah satu kamar kosong. Ia juga membuat sebuah penghalang di sekitar apartemen Gen untuk berjaga-jaga.

"Baik. Aku memiliki firasat bahwa gadis itu mempunyai suatu hal yang menarik," balas Gen. Ia duduk di sofa ruang tamu bersama dengan sang Raja.

Achazia tersenyum kecil. Kepekaan Gen terhadap sebuah kekuatan memang hebat. Ia memang tak salah telah memilihnya.

"Haha ... kau peka juga," tawa Achazia. Ia mengambil sebuah kudapan kue khas Jepang. Sudah lama ia tak menikmati suasana ini.

Gen turut bersantai. Ia menatap lurus wajah Achazia. Ia bersumpah dalam hati untuk selalu setia kepadanya dalam keadaan apapun.

"Bersambung"

(Jumat, 20 November 2020)

Seguir leyendo

También te gustarán

469K 46.9K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
319K 26.3K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
97.3K 17.7K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
236K 35.4K 64
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...