nestapa asa, kelahiran dua ri...

sisiloveu által

38.4K 3.1K 375

(☆) dan bandung menjadi tempat dimana cerita milik kita terukir. hak milik sisiloveu. i. kelahi... Több

natraprira dengan manusia unik di dalamnya, bagian satu.
natraprira dengan manusia unik di dalamnya, bagian dua.
i, skenario semesta.
ii, alur pertemuan.
iii, ruang nostalgia.
iv, cerita selepas penat.
v, skema patah hati.
vi. rantai permainan.
vii, perihal persaan, siapa yang hendak mengelak?
ix, segala persiapan di hari ahad.
x, gema rasa angkasa
xi, panah asmara milik sang pejuang.

viii, antara harapan dan juga logika.

769 104 6
sisiloveu által

perhatian, diketik menggunakan huruf kecil

...

"pulang, yuk!" ajaknya sembari memakai sepatu yang tadi ia lepas ketika memasuki ruangan.

darin menoleh sirah saat suara dari langit memanggilnya, apa ia tak salah dengar sampai-sampai lelaki senyum bulan sabit ini mengajaknya pulang.

ia mengernyit sesaat. "gue ga salah denger nih?"

bukan jawaban yang ia dapat melainkan senyum bulan sabit dari sang pemuda yang asmanya langit itu, ia tersenyum sembari menyodorkan sebuah pelindung kepala.

"engga lah, anggap aja ini sebagai ucapan terimakasih karena pinjemin novel lo,"

ucapan terimakasih katanya, padahal jikalau mau melakukan pendekatan ia bisa langsung mengatakannya.

darin terkekeh dibuatnya, ada-ada saja kelakuan anak ini. "yaudah sini helmnya. kita balik,"

raganya menegak mensejejerkan dirinya disamping pemuda yang tingginya beda beberapa jengkal dengannya, ia menerima pelindung kepala itu dan memakainya.

"kirain mau sekalian dipakein juga helmnya?" goda langit berhasil membuat netra milik darin berdebar kencang sampai-sampai seperti ingin keluar dari tempatnya.

darin mendecih."sembarangan." tungkainya ia langkahkan mendahului sang pemuda yang kini tengah mengukir kurva. bisa-bisanya terjadi sebuah pertemuan tak terduga dari buku novel.

ah, sepertinya semesta memang sudah mengabulkan mimpi darin yang ingin kisahnya seperti novel romansa. toh, buktinya saja sang pangeran sudah datang tapi tidak dengan kuda putih melainkan dengan motor vespa kesayangannya.

"kalau udah gini, mending lo mundur aja, ji." alka menepuk bahu sang pemuda yang sedari tadi memandang kepergian kedua insan.

benar juga, tapi selama hati sang putri belum direbut. bukankah masih ada kesempatan yang terbuka?

aji menghela nafasnya sesaat.

"engga, ka. masih ada kesempatan disana."

ya, ini merupakan sebuah resiko ketika rasa yang harusnya muncul ini ditempatkan kepada seseorang yang jelas-jelas tak akan membalasnya. benar-benar resiko dari menyukai seorang teman.

kesempatan yang sangat dikit tentunya.

"lan, gue tuh ga paham gimana si karta bisa ditelpon bundanya,"

hari ini sehabis pulang sekolah, bulan segera bergegas menemui arya yang sedang latihan bersama pasukan alambayan. bukan karena ia minta tumpangan melainkan perihal keadaan seorang pemudi.

bulan mendelik. "lo kalau bohong keliatan banget, cepet cerita!" ancamnya sambil pasang muka garang.

membuat arya mengehela nafasnya kasar, sembari menyedekapkan hasta didepan dadanya. "yaudah nih gue kasih tau, tapi gausah ribut. paham?"

mendengar penjelasan arya lantas membuat bulan menganggukan sirahnya, jemarinya membentuk huruf o sebagai bahasa tubuh yang digunakan.

"pas itu karta cerita, dia disuruh balik jakarta sama bundanya. tapi dia ga mau dan bundanya maksa tapi ya mau gimana restu orang tua itu ibaratkan restu tuhan, dia ga mungkin berani ngebantah orang tuanya," jelasnya.

sial sekali, jikalau sudah begini bagaimana bisa ia bisa menahan satu pemudi pergi. sungguh rumit.

"terus, yang lain pada tau gak?"

arya menggeleng sirah. "engga, baru gue, lo dan acan yang tau,"

pemudi yang asmanya bulan itu sekarang tengah dilanda pusing, sirah ia tepuk-tepuk sebagai tanda kekesalan. ah, sial! semesta bagaimana bisa kau mengambil salah satu bagian dari kami dengan cara yang pelik!

sungguh itu sangatlah tidak adil dibuatnya.

netranya menatap sayu netra sang lawan bicara. "apa lo sama anak adip gabisa bantu kita buat nahan karta pergi?"

segala cara sudah pasti akan segera ditunaikan demi mendapatkan sang pilar dari persahabatan. ya, semesta kumohon kabulkan harap muda-mudi tanah bandungmu ini.

jangan, kau beri....

harapan padaku

seperti ingin tapi

tak ingin....

suara petikan gitar milik bian menemani nabastala bandung yang kian gelap, hanya ditemani dengan beberapa cangkir kopi tidak dengan rokok kali ini.

para pemuda memutuskan untuk tidak merokok dikala ada beberapa pemudi yang sibuk menemani.

"kak wirda, ini gimana caranya?" si yang paling kecil, diantara mereka sudah pasti bertanya perihal sesuatu yang tak ia tau.

wirda mendelik melihat beberapa soal fisika yang belum sempat jelly jawab, kurvanya tersenyum ketika melihat beberapa soal itu. sangat mudah baginya jika ia mengerjakan soal itu.

"sini jell, aku tulisin rumusnya. nanti kamu kerjain ya,"

"seumur-umur gue dicekokin fisika kagak ada tuh yang masuk ke otak gue, kenapa ya?" ujar abichandra sembari menangkupkan rupanya dihasta.

"soalnya lo tidur terus, gimana ga paham, eh. gue cabut ya," bian membalas perkataan acan. daksanya ia tegapkan, aksara yang tadinya ia keluarkan kini membuat para muda-mudi bertanya-tanya.

"gelo sia! gue kagak tidur cuman merem aja," bela acan sembari membuat gerakan hasta dikepal seakan-akan ingin melayangkan pukulan kepada pemuda yang asmanya bian itu.

nares menggeleng sirah, tak habis pikir dengan kelakuan teman ajaibnya ini. "kenapa lo mau balik?"

bian meringis dibuatnya. "aduh, ada mbak kunti dari tadi deket-deket gue terus jadi pengen balik aja," nares yang sedari tadi hanya memperhatikan keadaan kian menampakkan suara kotak tertawa miliknya, sungguh melihat raut muka yang ditampilkan bian sudah pasti akan membuat kau tertawa dibuatnya.

"gini, an. percuma lo lari kemana aja, itu kunti udah pasti pada ikut," jelasnya sembari tertawa. "sembarangan lo! gue gamau jadi cokibernya para kunti anjir! udah ah mau balik aja."

tungkai miliknya ia langkahkan menuju motor kesayangannya. tak lama semburat asap muncul menyeimbangi udara yang ada di bumi bandung ini.

"wir, lo engga balik sama naufal?" tanya nares, membuat wirda menggeleng sebagai jawab. "engga,"

"kenapa ga minta jemput kak bintang aja?"

aksara yang dikeluarkan oleh jelly berhasil membuat netra milik nares dan acan berdebar dibuatnya, benar-benar anak yang polos sekali. membuat acan langsung memberi perintah. "jel, mending fokus belajar sana,"

jelly mendelik mendenger perkataan pemuda yang asmanya abichandra itu. memangnya kenapa jikalau wirda diantar oleh bintang. sedangkan pemudi yang asmanya wirda itu tengah dibuat bingung. "kalian pada kenapa sih?"

"loh kak wirda ga tau kan kak bintang suka sama kakak,"

nares lantas mendebarkan aksanya, sembari menatap sang pemudi yang memasang raut wajah tak bersalah. "jell."

"hehehe, maaf."

ya jikalau sudah begini sebuah rahasia yang kau tutupi tak akan ada gunanya bila sudadiketahui sosok yang dibicarakan itu.

"gue tuh bingung,"

"terus?"

"ya, gue tuh lagi bingung lo paham ga?"

sinta, pemudi yang sedang mengunyah keripik kentang itu merotasikan matanya menatap rupa saudara kembarnya itu. bisa-bisanya ia meminta saran tapi tak memberitahu masalahnya. "lo aja ga ngasih tau lo bingung kenapa, gimana gue paham,"

"oh iya, bener juga, tumben pinter," ujar raden sembari mengusak sorai legam pemudi itu. membuat sinta menyingkirkan tangan raden dari sirahnya.

"berantakan rambut gue jadinya, cepet lo bingung kenapa?"

"bingung mau nembak siapa,"

mendengar aksara yang raden keluarkan berhasil membuat sinta terperangah dibuatnya. bisa-bisanya pemuda ini bingung dalam urusan percintaan, padahal setaunya raden bukanlah seorang pemula dalam urusan percintaan.

mungkin bisa disebut ia merupakan seorang arjuna dalam masalah hati.

"gila, kok bisa bingung. ini lo mau nembak buat mainan doang ya?"

raden mengukir kurva. "hehehehe, iya ini buat dare,"

astaga, bisa-bisanya mereka membuat sebuah permainan yang melibatkan perasaan manusia. ah, jika sudah begini sinta akan turun tangan dibuatnya membiarkan semesta bekerja dengan sendirinya.

"bodoh. kalau yang kaya begini, gue ga ikutan. nanti pada sakit hati, gue cuman bisa bilang hati-hati kena karma lo den."

pemudi itu menyimpul kurva dengan tungkai yang menjauh menuju seorang pemudi yang tengah melambai hasta kepadanya, hartanti chezania dwiantias.

...

Olvasás folytatása

You'll Also Like

396K 40.5K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
61.8K 7.5K 33
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
72.4K 11.4K 16
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
88.2K 12.6K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...