MARITARE

Par Roses_Series

4.6M 96.8K 2.9K

Alex, CEO berusia 31 tahun, tiba-tiba dijodohkan oleh sang kakek dengan Rosana, seorang pelajar dengan latar... Plus

01 ● BEGINNING
02 ● FIND OUT
03 ● REASON
04 ● ENCOUNTER
05 ● ADDRESSING WILL
06 ● DINNER
07 ● REFUSAL
08 ● HARDSHIP
09 ● ENGAGE
11 ● STAY
12 ● FIRST KISS
13 ● BROKE UP
14 ● WEDDING
15 ● AFTER PARTY
16 ● NEWLYWED LIFE
17 ● LITTLE SCRATCH
18 ● DISAPPOINTMENT
19 ● HEATED NIGHT
20 ● INVITATION
21 ● AMELIORATE
22 ● IRONY OF FATE
23 ● COCKTAILS AND TEARS
24 ● BAD INTENTION
25 ● FALLS APART
26 ● REMEDY
27 🖤 NIGHT IN THE WOODS

10 ● VISIT

72.3K 3.3K 41
Par Roses_Series

Bak seorang pembalap, Alex melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pria itu terlihat mudah saja menyalip kendaraan-kendaraan yang ada di depannya. Rosa menggenggam tangannya dan terus berdoa dalam hati. Semoga ia bisa sampai ibukota dalam keadaan selamat dan bisa menjenguk Kakek Marwan.

Hari sudah menjelang sore ketika Alex dan Rosa tiba di rumah sakit. Jalanan yang cukup macet menghambat keduanya untuk sampai sesuai waktu perkiraan. Rosa langsung mengikuti Alex dari belakang begitu mereka masuk ke dalam bangunan rumah sakit tersebut. 

Ting

Pintu lift terbuka, Alex dan Rosa keluar untuk menyusuri lorong lantai tempat Kakek Marwan dirawat. Dengan langkah cepat Alex segera menemukan kamar tempat kakeknya berada.

Sebelum Alex masuk ke dalam, Ia terlebih dahulu bicara pada Rosa yang sedari tadi mengekor di belakangnya.

"Kamu tunggu disini dulu-" kata Alex saat keduanya melintasi ruang tunggu area VVIP.

"Kakek bisa tambah khawatir kalau lihat kamu kayak gini" ia menambahkan. Alex bukannya melarang Rosa untuk melihat sang kakek. Ia hanya tak ingin kakeknya yang sudah lemah bertambah cemas jika melihat keadaan Rosa yang menyedihkan.

Rosa memaklumi alasan Alex. Ia mengangguk menuruti permintaan pria itu.

"Iya om" jawabnya.

*

Ceklek

Alex membuka pintu kamar VVIP tempat Kakek Marwan dirawat. Ia masuk lebih dalam dan melihat sang kakek ternyata tengah tertidur di atas hospital bed, lengkap dengan infus dan oksigen yang terpasang.

Alex kemudian beralih pada Pak Hilman dan ART sang kakek yang bernama Bi Siwi yang tengah duduk di sofa. Keduanya terlihat lelah. Mereka langsung berdiri begitu tau sang majikan datang.

"Gimana keadaan kakek?" Tanya Alex pada dua orang pegawainya itu.

"Baik Mas, baru saja Pak Marwan di visit sama dokter, katanya cuma kecapaian saja, tensinya agak naik" jawab Bi Siwi mewakili.

Alex manggut manggut, hatinya lega mengetahui kondisi sang kakek baik-baik saja. 

"Tadi sempat sadar, Pak. Tapi ini tidur lagi sehabis di kasih obat" ujar Pak Hilman menambahkan.

"Bagus. Biar kakek istirahat dulu" gumam Alex.

"Om Albert sama tante Deta belum kesini?" Alex menanyakan perihal kehadiran kerabatnya yang lain. Om dan tantenya itu adalah keluarga terdekat Alex yang tinggal dalam satu kota.

"Katanya nanti agak malam, mas. Pak Albert masih banyak kerjaan soalnya" bi Siwi kembali memberikan informasi. Alex hanya ber 'oh' singkat mendengar penuturan sang asisten rumah tangga.

Kemudian ketiganya tampak mengobrol satu sama lain. Alex tampak menanyakan beberapa hal pada Pak Hilman dan Bi Siwi.

Setelah beberapa saat berbincang, Alex melihat jam di tangannya dan langsung teringat akan Rosa yang sedang menunggu di luar.

"Man, ikut saya sebentar, Bi Siwi disini dulu ya. Jagain Kakek kalau bangun" pinta Alex pada wanita paruh baya itu.

"Iya Mas Alex, biar Pak Marwan saya yang jagain" patuh Bi Siwi tanpa perasaan keberatan. Alex langsung memimpin Pak Hilman untuk keluar ruangan.

Rosa sontak berdiri begitu ia melihat Alex dan Pak Hilman berjalan ke arah tempatnya duduk.

"Gimana keadaan kakek om? Baik-baik aja kan?" Tanya gadis itu penuh kecemasan.

"Baik" jawab Alex singkat namun melegakan.

Pak Hilman yang berdiri di belakang Alex tampak terkejut begitu melihat Rosa dengan kondisi wajah lebam. Namun kemudian ia tersenyum membalas sapaan gadis itu. Pak Hilman tak menyangka ternyata bosnya datang bersama seorang tamu yang ia kenal itu.

Alex menggeser tubuhnya untuk bicara pada Pak Hilman.

"Man, anterin Rosa cari makan ya, dari tadi dia belum makan" perintah Alex pada sang supir pribadi.

"Oh iya Pak. baik baik" ucap Pak Hilman cepat tanpa bantahan.

"Tapi Om gimana? Om juga belum makan" tanya Rosa menyela. Raut wajah gadis itu menampakkan kekhawatiran yang tulus.

"Kamu gak usah pikirin saya. Saya bisa pesan makan dari sini" jawab Alex. Ia tak menyangka Rosa cukup perhatian padanya.

Rosa menggigit bibir. Ia tau Alex pasti juga lapar dan lelah apalagi tadi ia mengemudi lintas kota, belum lagi menghadapi kemacetan ibukota yang pasti membuat stress.

Alex meraih dompet di dalam saku celana. Ia kemudian mengeluarkan salah satu kartu kreditnya dan mengulungkannya pada Rosa.

"Pakai ini buat makan kamu sama Pak Hilman" kata Alex dengan entengnya. Ia yang menculik Rosa tentu tau gadis itu tak membawa persiapan apapun.

"Tapi saya bawa uang, Om" tolak Rosa secara halus yang ternyata membawa dompet di saku roknya.

Hhhh..
Alex mendengus.

"Nurut aja, Rosana... Sekalian belanja kebutuhan kamu buat nginap tempat saya. inget?"

"Om..."

"Belanja apa aja yang kamu mau, jangan sampai kelupaan..."

"Man, nanti sekalian antar Rosa ke supermarket" tambah pria itu pada Pak Hilman yang kembali manggut-manggut.

Rosa pun enggan membantah lebih lanjut.

"Om mau nitip apa? Mau sekalian Rosa bawain makan?" Gadis itu hanya bisa menawarkan sedikit bantuan untuk Alex yang sudah berbaik hati mencukupi kebutuhannya.

"Gak usah, nanti saya beli sendiri. Sudah sana buruan, gak lapar apa kamu?" Ucap Alex sambil mendorong pelan pundak gadis itu agar cepat melaksanakan perintahnya.

Rosa hanya bisa pasrah, ia dan Pak Hilman lalu segera turun ke parkiran untuk keluar mengisi perut yang sudah keroncongan.

***

"Mbak Rosa, kenapa?" Tanya pak Hilman penasaran sambil melirik wajah Rosa sekilas yang berada di sampingnya. Rosa memilih duduk di kursi depan mobil karena tak ingin berlagak seperti nyonya dengan sang supir.

"Gak apa-apa pak" jawab gadis itu klise.

"Pasti karena om-tante mbak Rosa ya?"

Rosa menengok heran.

"Kok pak Hilman tau?" Ia penasaran dengan ilmu ramal sopir Alex.

Pak Hilman tersenyum kecut.

"Bener kan, kemarin aja pas pulang om tante mbak Rosa mukanya dah kayak mau bunuh orang, duh serem..."

"Kasihan ya mbak Rosa ini..." lontar Pak Hilman sambil memandang penuh simpati pada gadis disampingnya. Sementara Rosa hanya menyimpulkan senyum tipis.

Setelah mencari cukup lama akhirnya Pak Hilman dan Rosa memutuskan untuk mengisi perut di restoran cepat saji.

Di tengah sesi makan, Pak Hilman tiba-tiba mendapat telfon dari Alex yang berada di rumah sakit.

Rosa hanya bisa mendengar Pak Hilman berkata; iya pak, baik, siap Pak.. ketika bicara dengan atasannya tersebut.

"Ada apa Pak?" Tanya Rosa penasaran ketika Pak Hilman sudah memasukkan kembali ponselnya ke saku celana.

"Kakek Marwan baik-baik aja kan?" Cemas Rosa.

"Gak papa..." Pak Hilman mulai menjelaskan.

"Tadi Pak Alex bilang, katanya saya suruh antar Mbak ke tempatnya Bu Delia"

"Bu Delia? Bu Delia itu siapa Pak?" Tanya Rosa antusias.

"Teman pak Alex" jawab Pak Hilman enteng.

***

Rosa sudah kembali berada di dalam mobil mercedez hitam milik kakek Marwan yang disopiri Pak Hilman. Ia dan Pak Hilman tengah dalam perjalanan menuju tempat "Bu Delia". Rosa terus saja memikirkan kira-kira siapa sebenarnya sosok Bu Delia itu.

'Apa mungkin pacar Om Alex? Apa aku jadinya mau diinapkan disana ya? Gak mungkin juga aku tinggal satu rumah sama Om Alex. ahhh pasti dia gak mau orang kira yang enggak enggak. Apalagi pacarnya...'

"Bu Delia itu siapa sih, pak?" Rosa memberanikan bertanya untuk yang kedua kali. Entah kenapa ia begitu penasaran dengan sosok tersebut.

"Lah kan saya udah bilang mbak tadi. Bu Delia itu temannya Pak Alex"

"Maksud saya... teman apa pak? Teman dekat ya? Atau pacarnya om Alex?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Rosa. Ia sudah tak bisa menahan rasa ingin taunya.

"Hahaha" Pak Hilman terkikik kecil mendengar pertanyaan tersebut.

"Temannya mbak" terangnya sambil menahan tawa.

"Oh..." entah mengapa tiba-tiba hati Rosa merasa lega.

"Kalau pacar Pak Alex namanya Bu Shely" celetuk Pak Hilman tiba-tiba, memberi informasi yang sebenarnya tidak Rosa minta namun sangat ingin tau.

'Shely... jadi itu namanya, pasti cantik' Rosa membatin, entah kenapa membayangkan pacar Alex membuat dadanya sesak.

"Kenapa mbak? Cemburu ya?" Seloroh Pak Hilman karena melihat rosa yang langsung terdiam saat disinggung tentang kekasih pria itu.

"Enggak Pak. Pak Hilman kok bisa ngomong gitu?" Rosa langsung membantah. Tapi suasana hatinya sepertinya membenarkan dugaan Pak Hilman.

"Hehe.. maaf, bercanda. Ngomong-ngomong mbak jadi nikah ni sama pak Alex? Kok ikut ke sini"

Rosa menatap lebar pak Hilman.
'Apa semua pegawai itu mesti kepo ya sama bos nya? Lumayan buat bahan gosip di kantor gitu?' Kata batin sang gadis penuh tanya. Padahal ia sendiri juga kepo dengan kehidupan pribadi Alex.

"Enggak pak, saya cuma pengen lihat keadaan kakek Marwan" jawab Rosa memberi alasan yang masuk akal. Padahal sebenarnya Alex lah yang memaksanya kesana. Namun ia tak ingin ada kesalahpahaman mengenai hubungannya dengan Alex.

"Ohh begitu..."  Pak Hilman pun menggumam pelan.

***

Pikiran Rosa yang mengira akan dibawa ke tempat teman Alex untuk mendapat tempat menginap ternyata salah. Ia justru diturunkan oleh Pak Hilman di depan sebuah butik yang tak jauh dari rumah sakit.

"Sudah sampai mbak" kata Pak Hilman.

"Mbak Rosa masuk saja. Bilang mau ketemu Bu Delia, bilang juga mbak ini temannya pak alex. tadi pak Alex nitip pesan kayak gitu. Saya tunggu sini ya"

"Iya Pak" angguk Rosa tanda paham.

Gadis itu kemudian turun dari mobil dan melangkah menuju pintu masuk. Ia tak perlu repot mendorong pintu karena sudah ada yang membukakannya dari dalam.

"Selamat Sore..." sapa seorang greeter wanita. Ia berusaha menyembunyikan kekagetannya begitu melihat wajah Rosa yang penuh tanda biru.

Rosa tersenyum untuk membalas sapaan greeter tersebut.

"Mari silahkan..." selanjutnya seorang pramuniaga muncul dan mengarahkan tangannya menunjuk dalam butik. Rosa tersenyum kembali sambil menghampiri pramuniaga tersebut.

"Mbak..." panggilnya pada sang pramuniaga.
"..saya mau ketemu Bu Delia"

"Oh Bu Delia.. dengan kakak siapa? Sudah bikin janji ya?"

"Belum sih" rosa menggeleng

"Saya Rosa, temannya Pak Alex" gadis itu menambahkan sesuai dengan yang diajarkan pak Hilman.

"Oh pak Alex. Baik kak. Tunggu disini dulu ya" angguk pramuniaga tersebut begitu mendengar kata Alex yang seolah kata kunci ampuh. Ia pun masuk ke dalam butik untuk menyampaikan pada Delia.

Setelah menunggu dengan sabar, tak berapa lama sang pramuniaga muncul lagi bersama seorang wanita cantik yang berjalan di depannya. Wanita itu masih cukup muda, mungkin sekitar akhir 20an, tampak modis ditunjang badannya yang aduhai serta enak dilihat seperti artis-artis yang biasa Rosa lihat di televisi.

"Jadi ini yang namanya Rosa..." Suara nya terdengar begitu menyenangkan.

"Delia" katanya sambil mengulurkan tangan. Rosa menyambut dan menjabat tangan wanita cantik itu.

"Rosa"

"Muka kamu kenapa?" Tanya Delia kaget.

"Oh ummmm.. ini..." Rosa bingung harus menjawab apa.

"habis jatuh" jawab Rosa sekenanya.

Delia mengernyitkan dahi sesaat. Namun ia tak berusaha bertanya lebih lanjut. Ia kemudian malah tampak manyun.

"Heran deh muka bonyok tapi masih aja cantik" ucapnya frontal sembari melemparkan pujian. Rosa hanya tersenyum sesaat ketika dipuji oleh wanita sesempurna Delia.

"Anyway, jangan panggil aku Bu ya, aku belum tua-tua amat kok" celetuknya.

"panggil Delia aja atau kak juga boleh" pinta Delia yang menduga Rosa memang jauh di bawah usianya.

Rosa mengangguk paham sambil tersenyum.

"Ya udah, ikut aku yuk, Alex minta aku pilihin baju buat kamu"

'Hah?'

Rosa tak sempat protes. Ia hanya mengikuti Delia yang sudah berjalan memunggunginya.

**

Butik yang ternyata milik Delia tersebut terbilang mewah. Pakaian, tas dan sepatu yang dipajang umumnya merupakan barang barang branded atau keluaran desainer luar negeri. Interior butik pun terlihat sangat glamour dengan lampu, etalase dan hiasan yang tertata rapi.

"Pilih aja Sa, bebas mau ambil apa aja. Gak usah malu-malu..." ujar Delia pada Rosa di belakangnya.

"Semua Alex yang bayar, tenang" tambahnya sambil mengedipkan sebelah mata. Ia kemudian memeriksa Rosa dari atas kepala sampai ujung kaki dengan mata lentiknya.

"Hmm.. ukuran kamu S kan?"

"Iya kak" jawab Rosa membenarkan perkiraan Delia.

"Tapi boobs kamu gede juga ya. Harus cari yang agak longgaran di atas nih" gumamnya bermonolog.

Rosa langsung melirik dadanya ketika Delia mengatai bagian tubuhnya itu besar. Yah badannya yang mungil dan ramping memang kontras dengan dadanya yang cukup menonjol.

"Oke then" bisik Delia sembari menghambur ke sebuah rak gantung pakaian.

Sementara Delia sibuk memilih pakaian, Rosa juga mencoba berkeliling. Ia meraih satu dress cantik yang digantung di dekatnya.
Gadis itu langsung melotot ketika melihat harga yang tertera pada price tag.

"Hah? Lima juta?" Pekiknya kaget pada diri sendiri sembari bergidik ngeri. Ia buru-buru mengembalikan dress tersebut pada tempatnya.

Cukup lama Rosa menunggu Delia. Tapi kemudian wanita itu muncul lagi dengan wajah sumringah.

"Loh? Kamu gak pilih baju?" Tanya Delia.

Rosa menggeleng.
Delia mengulum senyum tipis.

"Gak masalah, karena aku udah pilihin baju-baju kece buat kamu. Yuk" ajaknya sambil meraih lengan Rosa dan menggandengnya menuju kasir. Rosa bisa melihat di belakang mereka para pramuniaga mengekor sambil membawakan beberapa pakaian.

"Mana?" ujar Delia sambil menengadahkan tangan kanannya.

"Apanya kak?" Tanya Rosa bingung.

"Kartu kredit-nya Alex"

"Ooh"

Rosa buru-buru mengambil kartu yang ada di dompetnya dan mengulungkannya pada Delia.

Sesaat kemudian Delia pergi ke kasir, menggesekkan kartu kredit Alex dan setelah selesai mengembalikan lagi pada Rosa.

"Nih. Kasih Alex ya" ujar Delia sambil menyerahkan kembali kartu tersebut berikut struk pembelian baju di butiknya.

Betapa terkejutnya Rosa ketika ia melihat nominal yang tertera pada struk sekitar 35 juta lebih. Rosa langsung merasakan pusing di kepalanya.

"Kak Delia maaf, tapi ini..."

"Oh itu. Dont worry, kamu tenang aja, bagi Alex uang segitu mah cuma kayak uang parkir doang. Udah, gak usah kamu pikirin. Lagian ini juga Alex kok yang minta.." kata Delia tanpa beban sembari menepuk-nepuk bahu Rosa.

Rosa tetap saja merasa tak enak Alex harus menggelontorkan uang sebanyak itu untuk membelikannya baju ganti. Dan yang lebih parah lagi ternyata tidak hanya satu baju yang ia terima. Melainkan tiga buah shopping bag besar yang harus ditentengnya pulang.

'Astaga.. aku kan cuma nginap sehari' batin Rosa heran sendiri.

*****

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

SCH2 Par xwayyyy

Fiction générale

139K 19K 49
hanya fiksi! baca aja kalo mau
68.8K 2.9K 30
Problematic Student with her Pedopil Teacher Start: 14 Juli 2019 End: 12 Januari 2020 Cerita ini tidak untuk di revisi. Karena akan dijadikan bahan p...
423 94 21
Jaka baru saja meninggal, namun dia bereinkarnasi ke dunia lain yang dimana terdapat manusia yang mampu menggunakan berbagai senjata dan sihir. Di du...
My sekretaris (21+) Par L

Fiction générale

412K 3.8K 23
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra