Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa...

Per AlviSyhrn

481K 37.1K 9.9K

Dia diterima di jurusan kedokteran. Dia yang lain lanjut kuliah di luar negeri. Dia yang lain lagi mendapatka... Més

0. Kamu... Mau Yang Mana?
1. Bu, Aku Gagal Masuk PTN
2. Terjebak Gap Year
3. Tapi, Aku Nggak Tahu Mau Jadi Apa...
4. Jurusan Kuliah yang Membuatmu Sukses dan Kaya
6. Belum Bisa Lanjut Kuliah...
7. Mengapa Pendidikan di Indonesia Begini Banget?
8. Hanya Murid Rata-Rata yang Tak Penting
9. Aku Cuma Pengin Orangtuaku Bangga
10. Tekanan Anak Pertama
11. Bagaimana Memilih Jurusan Kuliah yang Tepat?
12. Nasib Mahasiswa Kupu-Kupu
13. Orangtuaku Terlalu Banyak Menuntut
14. Surat untuk Anak Rantau
15. Jangan Kuliah ke Luar Negeri. Titik.
16. Dear Pejuang UTBK...
17. ciri-ciri orang sukses - kamu; salah satunya?

5. Pengin Cepat-Cepat Lulus Aja

18.4K 1.9K 176
Per AlviSyhrn

*

There is so much more to life.

Hidup ini bukan sebatas nilai dan peringkat yang mereka banggakan sewaktu sekolah.

Hidup ini bukan sebatas almamater dan deretan prestasi yang mereka banggakan sewaktu kuliah.

Hidup ini bukan sebatas saldo di ATM yang mereka banggakan diam-diam sewaktu kerja.

Hidup ini bukan sebatas bangun, tidur, makan, menikah, punya anak, menanti mati.

Hidup tak seremeh itu.

*

Mengapa hidup jadi sedangkal ini—belajar semalaman penuh hanya karena terobsesi dengan nilai dan peringkat?

Namun, saat aku yang duduk berjam-jam berusaha memahami dan menghafal teori ini-itu, aku tak pernah mendapat hasil terbaik di kelas. Remedial seakan jadi teman baikku. Tugas-tugas terkadang terlalu sulit buatku. Aku bahkan tak paham maksud dari soal-soal tersebut. Lalu, aku juga tak suka ujung dari semua: ujian akhir. Proses belajarmu selama bertahun-tahun divalidasi oleh satu ujian yang hanya dilaksanakan beberapa hari; tak merepresentasikan bertahun-tahun yang kamu habiskan di bangku sekolah. Gagal di hari itu, gagal pula tahun-tahun yang kamu perjuangkan untuk belajar.

Sekolah ini jadi tak ada arahnya. Hanya nilai dan ranking yang jadi obsesi. Belajar mata pelajaran yang tak benar-benar diminati.

Duh, capek sekolah kayak gini terus. Pengin cepat-cepat lulus. Segera kuliah. Biar bebas. Kalau pun banyak tugas, setidaknya, bisa belajar yang difokusin untuk masa depan aja.

Dan, di sanalah kamu berada: melangkah menuju gerbang kampus.

Pepohonan rindang dan lapangan yang luas, orang-orang baru berjalan bergombolan dan tertawa, yang lain duduk di gazebo bersama laptop-laptop, mendiskusikan sesuatu, dan kamu tahu kamu akan menikmati tahun-tahumu di sini.

Lulus tiga setengah tahun, IPK cumlaude, ikut organisasi dan kepanitiaan...

Semester satu-dua; semua terasa baru. Tugas-tugas yang berbeda dari masa-masa sekolah, yang membutuhkan kemandirian mendalam, membuat kepala pening, belum lagi homesick yang datang tiba-tiba saat sedang berjalan sendirian, tetapi masih ada teman-teman yang menyenangkan di sisimu, sehingga semua terasa baik-baik saja — meskipun sedang tak baik-baik saja.

Semester tiga-empat; sudah terbiasa dengan tugas menumpuk. Sayangnya, drama-drama mulai terjadi di sini. Teman-teman dekat mulai berjarak. Beberapa bertahan. Sebagian menghilang. Namun, melangkah ke kampus tak pernah seringan ini, di semester ini.

Semester lima-enam; perang ketiga dimulai. Mata kuliah dan praktikum yang semakin berat. Tugas-tugas yang semakin gila-gilaan — sampai malam di kampus sudah biasa. Teman-teman yang tak pernah selalu ada. Mencari-cari tempat magang tapi tak kunjung ketemu. Setelah menemukan, malah kesulitan mengatur waktu dan mengatur hati yang lelah bersama drama di kampus dan di tempat magang.

Di saat-saat seperti ini, kamu bergumam,

"Ya ampun, capek gini terus. Daripada kuliah, mending kerja aja lah. Ngerjain tugas, dapat duit. Nah ini, dapat lelahnya doang."

Dan, di sinilah kamu berada: di kubikel perdanamu. Bersama laptop di hadapanmu disertai tugas-tugas baru. Senior-senior yang begitu welcome—pada awalnya. Mereka melangkah dengan pakaian-pakaian stylish, secangkir kopi di genggaman, bergosip dan tertawa; little did you know they were talking about you. Lalu, tugas kantor semakin menggila, bos yang terlalu menuntut ini-itu, dirimu yang merasa tak bisa memberi lebih ke perusahaan, deadline yang tak kunjung berakhir, lembur di setiap minggunya. Gaji ini tak mampu membayar rasa letih mental dan pikiran.

"Capek banget gini terus. Pengin nikah aja."

Dan, di sinilah kamu berada: di bangku pelaminan. Seumur hidupmu, kamu tak pernah sebahagia ini, seterharu ini. Seperti mimpi yang menjadi nyata. Seperti kisah-kisah romantis berakhir bahagia. Sayangnya, hubungan-hubungan seperti ini tak selalu berjalan mulus. Emosi, yang anehnya, begitu mudah tersulut pada masalah-masalah sepele. Merasa kesepian dan asing padahal telah bersama. Belum lagi drama-drama melelahkan lainnya.

And, there you said it...

"Pengin mati aja."

Well, selamat datang di kehidupan; sebuah dunia di mana rintangan tak akan pernah berakhir. Kita selalu sok tahu tentang kehidupan. Mengira satu kondisi adalah satu-satunya solusi atas masalah kita. Namun, setelah solusi ditemukan, kita akan bertemu lagi dengan masalah baru. Begitu terus. Melelahkan memang.

Namun, mungkin, ini supaya kita juga sadar.

There is so much more to life.

Hidup ini bukan sebatas nilai dan peringkat yang mereka banggakan sewaktu sekolah.

Hidup ini bukan sebatas almamater dan deretan prestasi yang mereka banggakan sewaktu kuliah.

Hidup ini bukan sebatas saldo di ATM yang mereka banggakan diam-diam sewaktu kerja.

Hidup ini bukan sebatas bangun, tidur, makan, menikah, punya anak, menanti mati.

Hidup tak seremeh itu.

Perasaan-perasaan lelah ada agar kita melihat apa yang tak kita lihat.

Dan, ini juga supaya kita belajar: selama ini, kita terlalu sok tahu tentang hidup kita.

Saat sekolah, kita pikir kuliah akan lebih melegakan. Saat kuliah, kita pikir pekerjaan akan lebih baik. Saat kerja, kita berpikir menikah adalah solusi atas seluruh kelelahan ini. Namun, saat menikah, ternyata ada kelelahan-kelelahan baru; fisik dan mental.

Setiap fase hidup membawa dramanya sendiri.

Iya, ini melelahkan. Rasanya lebih baik tidak lanjut hidup. Tetapi, bukankah kita sudah sok tahu selama ini? Lalu, kita berpikir mati adalah jawaban yang paling sesuai untuk kita? Lihat bagaimana keputusan-keputusan kita yang salah di masa lalu sementara kita berpikir itulah keputusan terbaik.

Mungkin, jawabannya bukan berada di... ingin cepat-cepat lulus, ingin cepat-cepat nikah, ingin cepat-cepat itu;

tetapi, jawabannya adalah menerima apa pun yang kamu hadapi saat ini.

Maksudku, kita bisa apa lagi, sih?

Namun, aku bilang begini bukan berarti kita hanya duduk diam dan tak melakukan apa-apa. Kita harus bergerak. Melakukan apa yang ingin kita gapai. Mengejarnya sungguh-sungguh. Berdoa tanpa henti. Namun, kita juga harus bisa melepaskan kesoktahuan kita tentang hidup. Kita harus belajar biasa saja. Tidak terlalu bahagia, tidak terlalu sedih.

Biasa saja, tetapi tetap kejar yang terbaik, lakukan yang terbaik, syukuri segalanya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dan, untuk melegakan hatimu, aku ingin cerita sedikit. Pernah suatu hari aku ditimpa suatu masalah. Aku ingin tenang. Aku butuh mendengar sesuatu yang melegakan hati. Lalu, saat aku mencari ayat-ayat Alquran, aku menemukan ini...

"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).

Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." [Quran Surah Al-Baqarah: 155–157]

Mudah-mudahan, ini juga melegakan hatimu.[]

***

maafkan aku yang begitu lama "menghilang" dari wattpad.

beberapa waktu terakhir ini, memang cukup sibuk sampai sakit.

sebagai gantinya, untuk hari jumat ini, sabtu ini, minggu ini, aku bakal pos di sini. oke?

btw, gimana pendapatmu setelah baca bab ini? apa yang kamu rasakan?

dan, oh, sudah ada yang punya bukunya?

sudah tersebar di seluruh gramedia. :)

thank you sudah setia menanti di sini. that would be nice kalau kamu juga menyematkan bintang dan meninggalkan komentar untuk bab ini. sebagai bentuk dukungan bagi buku ini. :)

***

Continua llegint

You'll Also Like

879K 91.6K 32
#brothership #homo #gay JANGAN SALAH PLEASE !! BACA TAGAR !! JANGAN BERISIK DI KOMENTAR ! PASSATO yang berarti masa lalu Di saat kepercayaan di dala...
15.6K 1.5K 29
menceritakan regie yang menyukai seorang ketos di sekolah nya,dan cinta yang bertepuk sebelah tangan karena ketos yang ia sukai menyukai orang lain y...
13.3K 1.6K 45
" aku tidak menyalahkan siapapun aku hanya akan menyalahkan diriku sendiri karena ini semua adalah keputusanku dan akan menjadi konsekuensi yang akan...
2.4M 249K 41
just Brothership, Not BL / Homo Alvian namanya, bocah 15 tahun yang tiba-tiba terbangun di tubuh bocah 10 tahun, si kecil dengan mulut pedas nya yang...