ALKANA [END]

De hafifahdaulay_

795K 38.4K 3.1K

Alkana Lucian Faresta dan pusat kehidupannya Liona Athena. Alkana mengklaim Liona sebagai miliknya tanpa pers... Mais

PROLOG
CAST
Trailer
CHAPTER 01
CHAPTER 02
CHAPTER 03
CHAPTER 05
CHAPTER 06
CHAPTER 07
CHAPTER 08
CHAPTER 09
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
EPILOG
New Story! (Squel)

CHAPTER 04

23K 1.1K 79
De hafifahdaulay_

"I'm yours and you're mine."

~Alkana Lucian Faresta~

Langit yang gelap kini berubah terang, cuaca yang hujan lebat kini berganti dengan cuaca cerah. Matahari menampakkan dirinya dengan bangga untuk menyinari semesta. Begitu juga dengan dua insan yang kini masih terlelap dalam tidurnya, sepasang muda mudi tanpa status dan ikatan itu tertidur dengan saling berpelukan.

Entah siapa yang memulainya lebih dulu, yang jelas posisi mereka saat ini membuat siapapun yang melihatnya akan berfikiran yang bukan-bukan. Sang gadis lebih dulu bangun, netra cokelat itu terbuka nampak indah dan jernih sacara bersamaan saat di terpa sinar matahari.

Dada bidang tanpa penutup apapun langsung menyambut pengelihatan Liona, kaget! Liona berniat menjauh, namun gagal karena lengan pria itu memeluk pinggangnya sangat erat, terlalu fokus melepaskan diri Liona tak menyadari bahwa Alkana telah membuka matanya.

"Pengen kabur hm?" suara serak itu membuat sekujur tubuh Liona merinding. Terlebih lagi lelaki ini berbicara tepat di lehernya. Tubuh atletis Alkana semakin menempel pada tubuhnya yang hanya memakai gaun tipis. Otot perut pria itu begitu keras menyentuh perutnya. Kedua tangan yang tadinya berada di pinggangnya, kini salah satunya mulai naik mengusap punggungnya. Sialan! Liona tidak akan membiarkan Alkana bersikap kurang ajar lagi padanya.

"Lepas Alkana! Gue mau pulang!." Liona terus berusaha melepaskan diri.

"No baby, lo masih sakit." mendengar ucapan Alkana, Liona lantas memegang dahinya. Masih sedikit panas namun ia merasa sudah sudah sehat sekarang.

"Tapi gue mau sekolah, ada ulangan." bantah Liona cepat. Alkana menghela nafas, ia lantas mengangguk lalu meraih ponselnya di nakas. Tanpa melepaskan Liona Alkana mengirim pesan pada salah satu anak buah keluarnya untuk membeli seragam sekolah dengan ukuran tubuh Liona.

"Sekarang lepas!" kesal Liona.

"Morning kiss?" bisik Alkana di telinganya, Liona lantas menjauhkan kepalanya lalu melotot menatap Alkana.

"Nggak ada! Lepas!"

Namun sayang, Alkana tidak pernah menerima penolakan, dengan cepat ia menarik tengkuk Liona lalu mencium gadis itu, melumat bibir kesukaannya yang sekarang menjadi candu untuknya. Menyesap setiap inci dan bagian mulut gadis itu Alkana tersenyum puas dalam hati. Liona meronta, namun Alkana terus memperdalam ciumannya. Liona tidak bisa bernafas, ia memukul-mukul dada bidang Alkana hingga akhirnya lelaki itu menghentikan aksinya.

Liona kemudian menampar Alkana, nafas gadis itu memburu, Alkana terkekeh dengan reaksi Liona. Bukannya marah Alkana malah mengelus bibir gadis itu yang nampak bengkak karenanya.

"Brengsek!" umpat Liona lirih, matanya berkaca-kaca.

"Don't cry baby, gue cuma mau lo terbiasa dengan keberadaan gue. Karena selamanya kita akan terus bersama..." ucap Alkana yang membuat Liona merinding ketakutan.

"Ingat? I'm yours and you're mine,"

Ini kedua kalinya Alkana mengatakan kalimat itu, yang dimana seluruh tubuhnya bergetar ketakutan dan merinding di buatnya.

"Siap-siap, mau sekolah kan?"

******

Sepanjang perjalanan dari gedung apartemen sampai ke SMA Venus, tidak ada yang membuka percakapan. Liona sibuk bertengkar dengan isi kepalanya sendiri, dengan Alkana yang selalu melirik ke arahnya.

Sampai di halte sekolah, Liona menyuruh Alkana menurunkannya di sana, namun Alkana menolak, ia justru membawa gadis itu turun setelah mobil lelaki itu terparkir manis di parkiran. Liona hanya tidak ingin seperti sekarang, di mana mereka menjadi pusat perhatian.

Langit, Bintang, dan Kenzo menatap keduanya dari ujung parkiran roda dua, bukan hanya mereka, Mela juga melihat hal itu. Mungkin nanti ia akan mengintrogasi Liona saat di kelas.

"Gue gak nyangka, ternyata Alkana serius sama ucapannya waktu itu." Langit berucap sambil mengingat ucapan Alkana di rumah sakit.

"Gue sih nggak kaget lagi, sekali Alkana meng-klaim sesuatu sebagai miliknya, dia nggak akan pernah berhenti untuk dapetin hal itu. Karena Alkana selalu bisa dapetin apapun yang dia mau, dengan cara apapun." Bintang berucap dengan yakin, ia sudah mengenal Alkana dengan baik, terlebih lagi sifat penguasa lelaki itu.

"Kayaknya bakalan banyak hal yang terjadi nantinya, secara kalian tau, Liona masih pacarnya Malvinjing." Langit memperbaiki letak tali tas di salah satu bahunya.

"Dan Alkana bakalan ngelakuin segala cara supaya mereka putus dan Liona jadi milik dia" Bintang menambahi, dari kejauhan Alkana terlihat mengantar Liona ke kelasnya.

"Cabut!" kita tunggu Alkana di rooftop." Kenzo berjalan terlebih dahulu diikuti keduanya.

Tangan Alkana setia menggenggam tangan Liona, tatapan gadis-gadis SMA Venus sepanjang koridor nampak ingin menelannya hidup-hidup.

"Oh jadi bener isu-isu kemarin, Liona pinter juga nyari selingkuhan, sekalinya dapet langsung Alkana."

"Mereka lebih cocok sih!"

"Tapi Liona murahan banget gak sih, gak cukup sama satu cowok."

"Emang kalian gak liat, akhir-akhir Malvin deket banget sama Aurel, jangan-jangan mereka punya hubungan."

"Tapi gue lebih suka Liona sama Alkana sih dari pada Malvin."

"Alkana gak cocok sama jalang kayak Liona!"

Dari banyaknya bisik-bisik volume keras itu, ucapan terakhir membuat Alkana menghentikan langkahnya, otomatis Liona juga berhenti karena tautan tangan mereka. Sebenarnya Liona sakit hati ketika gadis-gadis itu mengatai dirinya murahan dan yang terakhir, jalang. Namun diam adalah cara terbaik Liona, agar terhindar dari masalah. Namun sepertinya hal itu tidak berlaku bagi Alkana.

"Ulang?" pinta Alkana dengan suara rendah, gadis yang di ajak bicara menelan ludahnya susah payah. Dia pikir Alkana tidak mendengar ucapannya, namun ia salah.

"Maaf Kak." cicit gadis itu, melirik Liona seolah meminta pertolongan. Tatapan tajam Alkana begitu menusuk membuat gadis yang merupakan teman Aurel itu bergetar ketakutan.

"ULANG!" bentak Alkana membuat semua orang terlonjak kaget. Liona menatap was-was pada Alkana tatapan matanya menusuk, di tambah rahangnya yang mengetat, dan Liona mendengar gigi lelaki itu gemeletuk menahan emosi.

"Alkana udah, kasian dia ketakutan." bujuk Liona. Mendengar gadisnya memohon demi gadis yang telah menghinanya bukannya membuat Alkana tenang, ia malah semakin marah.

"ULANG UCAPAN LO! KALO LO GAK MAU MULUT SAMPAH LO GUE ROBEK SEKARANG JUGA BANGSAT!"

Gadis itu memejamkan matanya takut, keringat dingin membanjiri pelipisnya. Urat leher Alkana nampak tercetak jelas karena tersulut emosi.

"Alkana udah ya, gue gak papa, kita pergi sekarang ya." Liona mencoba menghentikan keributan yang terjadi.

"Nggak, mulut sampahnya harus di kasih pelajaran!"

Sungguh keras kepala, Liona bingung harus bagaimana. "Udah ya Alkana, demi gue, please."

Alkana menatap gadis itu, amarahnya perlahan surut, sungguh Liona membuat hatinya luluh, Alkana lalu menatap gadis tadi, "Kali ini lo gue lepasin, tapi ingat! Ini karena Athena yang minta!"

Gadis itu mengangguk dan berulang kali mengucapkan maaf, ia menatap Liona lalu mengucapkan terimakasih.

Alkana menarik tangan Liona lembut untuk mengantarkan gadis itu ke kelasnya yang berada di kelas IPA 1, sedangkan Alkana dan sahabatnya di IPA 3.

"Gue cabut, belajar yang rajin, dan yang paling penting jangan deket-deket sama cowok lain, termasuk pacar lo!" ucap Alkana, dan tanpa mendengar jawaban gadis itu ia langsung berlalu pergi dari sana.

Sedangkan Liona menganga tidak percaya dengan ucapan Alkana yang baginya sudah gila. Lelaki itu terang-terangan menyuruhnya menjauhi Malvin, besok apa lagi? Apa Alkana akan menyuruhnya memutuskan Malvin secara paksa?.

Liona berniat memasuki kelasnya sebelum sebuah tangan mencengkram lengannya dan menariknya secara paksa dari sana entah kemana.

Di sisi lain Alkana tentu saja tidak memasuki kelasnya, ia lebih memilih menyusul teman-temannya ke Rooftop sekolah. Alkana membuka pintu, angin langsung berhembus menerpa wajahnya, cuaca hari ini begitu cerah, namun bisa saja nanti berubah tiba-tiba, sama hal nya dengan perasaan manusia.

"Udah dateng lo Bos!" sapa Langit menggeser posisi duduknya seakan mempersilahkan Alkana duduk di sampingnya. Alkana mengangguk sebelum duduk.

"Ada kabar dari Jupiter?" Alkana bertanya serius.

"Mereka nantangin kita balapan lagi." Kenzo berujar.

"Kapan?"

"Malam ini."

"Oke."

Bintang menatap Alkana, "Tumben lo bawa mobil Al, padahal gak hujan. Gak biasanya." Bintang pura-pura polos.

"Ah elah kek gak tau aja lo Bin, si Bos lagi kasmaran sama pacar orang." sindir Langit membuat Alkana menatapnya tajam.

"Ampun bos, maaf. Lagian bener kan, si Liona punya Malvin." Langit lagi-lagi berucap membuat nafas Alkana memburu, tidak! Liona hanya miliknya, bukan si bajingan Malvin atau lelaki manapun.

"Liona punya gue!, kalo perlu gue bakalan singkirin bajingan itu dengan cara apapun, bahkan kalo gue harus habisin dia sekalipun." Alkana tersenyum miring memikirkan rencana yang ia rancang.

"Pernah dengar kalimat ini?" tanya Alkana membuat Langit, Bintang, dan Kenzo spontan fokus mendengarkan.

"Terkadang untuk mendapatkan gadis yang tulus, kamu harus mencurinya dari laki-laki yang tidak bersyukur memilikinya." ucap Alkana dengan senyum miringnya.

"BUSET!!!" heboh Langit memegang dadanya. Kenzo dan Bintang tidak bisa menahan senyum mereka ikut salah tingkah mendengar ucapan Alkana.

"Lagian kita bisa balas dendam sama dia karena selalu ngaduin kita ke BK, plus Liona jadi milik gue!" lanjut Alkana membuat Bintang menepuk pundaknya.

"Gue setuju sama lo, dan mulai sekarang kita bakalan bantu lo buat dapatin Liona." Bintang mendukung lelaki itu, karena untuk pertama kalinya Bintang mendengar Alkana tertarik pada lawan jenisnya. Alkana adalah tipikal cowok pemilih, itu artinya Liona memanglah gadis tepat untuknya, dan termasuk kriteria yang selalu di butuhkan Alkana.

"Lo serius sama Liona?" Kenzo masih tampak tak yakin.

"Lo kenapa sih Ken?, Lo nggak suka Alkana sama Liona? atau jangan-jangan...." Langit menatap menyelidik pada Kenzo.

"Lo suka ya sama Liona!" pekik Langit heboh membuat Alkana berdiri dari duduknya lalu menarik kerah seragam Kenzo. Bintang melotot pada Langit, cowok itu memang ceplas-ceplos, tidak berfikir apa pengaruh ucapannya kedepannya.

"Lo suka sama Liona?" tanya Alkana dengan suara rendah. Alkana ingin mendengar sendiri dari mulut sahabatnya ini, jika memang hal itu benar, ia tidak akan segan-segan menghabisi Kenzo sekarang juga.

"Kalo iya emang kenapa?" Kenzo bertanya dengan nada berani meski ia tau konsekwensinya. Bintang dan Langit melotot mendengar pengakuan Kenzo.

"Bangsat!" Alkana langsung mendorong Kenzo hingga mudur kebelakang lalu sebuah bogeman melayang ke rahang Kenzo, lelaki itu terhuyung ke samping, bukannya meringis kesakitan, Kenzo justru terkekeh. Langit dan Bintang menahan pergerakan Alkana yang nampak ingin membunuh Kenzo saat ini juga.


"Lepasin gue!" Alkana berontak.

"Ternyata lo serius, gue dukung lo sama Liona!" Kenzo menghapus sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Alkana mengernyit heran begitu juga Langit dan Bintang.

"Maksud lo gimana sih?" Bintang tak habis pikir, tadi Kenzo mengatakan ia menyukai Liona, sekarang ia mengatakan jika ia mendukung Liona dan Alkana.

"Lo beneran suka Liona atau nggak sih Bangsat?!" kesal Langit jengkel.

"Nggak lah bangsat, gue udah punya cewek!" maki Kanzo memutar bola matanya malas.

Langit langsung melepaskan Alkana lalu mencopot sebelah sepatunya, cowok itu melempar sepatunya hingga mengenai kepala Kenzo.

"Akh!" pekik Kenzo.

"Mampus lo anjing! Lo tau nggak sih bercandaan lo itu dark banget, bukannya lucu malah bikin tegang!" ketus Langit memutar bola matanya jengkel.

"Hah tegang?" beo Bintang lalu memegang benda keramat milik Langit, "Anjing punya gue udah gak suci lagi bangsat!" Langit berlari ke belakang Alkana yang masih mengatur nafasnya.

"Bos tolongin gue Bos! Bintang mau ngerusak gue! Huaaa Bintang anjing! Seharusnya cowok itu di jaga bukan di rusak!" teriak Langit lebay seperti korban penganiayaan.

"Ck minggir lo bencong lampu merah!" maki Alkana pedas lalu duduk di pembatas rooftop, Bintang meledakkan tawanya, sedangkan Kenzo ia menatap remeh pada Langit yang di panggil Bencong lampu merah oleh Alkana.

"Tega kamu Mas Al nuduh aku kayak gitu? Tega!!!! Kamu tega mass!!!" Langit semakin membuat dramanya, Bintang semakin tertawa terbahak-bahak, jarang-jarang mereka bisa seperti ini. Kenzo mengambil sepatu Langit yang tadi di lemparkan lelaki itu padanya, kini giliran Kenzo yang melempar sepatunya ke arah Langit.

Sepatu tersebut sukses mendarat di wajah Langit yang masih berekspresi seperti wanita tersakiti di Indosiar. Seketika Langit menghentikan dramanya, ia menatap membunuh pada Kenzo, Bintang semakin tertawa kencang.

Ketika ketiganya sibuk, lain dengan Alkana yang mengisap rokoknya dengan manatap tajam ke arah bawah, di mana tempat itu merupakan taman belakang sekolah. Dua insan yang sedang berdebat itu membuat Alkana mengamati dengan serius.

Jarak yang terlalu jauh membuat Alkana tidak mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Baru saja emosinya redam, kini harus kembali naik karena melihat tangan bajingan itu menampar wajah gadisnya. Sialan! Alkana akan membunuh bajingan itu!.

Melihat Alkana berlari dengan langkah penuh emosi,  ketiga lelaki itu langsung mengekor tanpa bertanya.

******

Tamparan cukup keras Liona terima setelah berdebat dengan Malvin. Mendengar gosip di sekolah membuat telinga Malvin panas dan dirinya terbakar api cemburu. Awalnya Malvin tidak percaya akan isu yang beredar, namun tadi ia sudah melihatnya sendiri dimana Liona datang bersama Alkana ke sekolah.


Bukankah itu sudah cukup menjadi bukti?.

Air mata Liona menetes, Malvin menamparnya. Seorang lelaki menampar perempuan?! Payah sekali.

"Ngaku aja Li! Kamu selingkuh sama cowok berandalan itu di belakang aku kan?! Jawab!" lagi-lagi pertanyaan itu di lontarkan Malvin, dan tentunya Liona terus menjawab tidak.

"Aku harus bilang berapa kali! Aku nggak selingkuh! Dan ini? Kamu berani nampar aku? Kamu keterlaluan Vin!" Liona terisak memegangi pipinya.

"Setelah semua yang terjadi tadi kamu masih bisa nyangkal? Kalo nggak selingkuh terus namanya apa Liona?!" bentak Malvin heboh.

Tiba-tiba Liona menghentikan tangisannya, dalam hitungan detik wajah penuh air mata itu menatap sinis pada Malvin, bibir yang tadinya melengkung ke bawah kini menyeringai.

"Oh gitu?" Liona menatap Malvin menantang.

"Kalo aku sama Alkana selingkuh, terus apa kabar sama kamu dan Aurel?! Bahkan tingkah kalian berdua jauh lebih parah dari apa yang aku sama Alkana lakuin, kita cuma berangkat sekolah bareng! Sedangkan kalian....aku nggak tau kalian di belakang aku gimana?" raut wajah Malvin langsung berubah, dan Liona tau itu.

"Kamu balik nuduh aku selingkuh? Dan itu pun sama adik kamu sendiri?! Kamu gila Li!" Malvin membantah tuduhan Liona. Matanya bergulir kesana kemari menghindari kontak mata dengan gadis itu.

"Emang kalo adik aku kenapa? Status itu nggak menutup kemungkinan kalian main gila di belakang aku! Dan lagi Aurel cuma adik tiri aku, bukan kandung!" Malvin memejamkan matanya menahan emosi.

"STOP NYARI KESALAHAN AKU AGAR KAMU BISA NGELAK DARI SEMUA TUDUHAN!." Malvin meledakkan amarahnya, sekolah nampak sepi karena bel pelajaran sudah masuk saat mereka mulai bertengkar.

"Kamu marah? berarti bener dong!" Liona terus memancing emosi Malvin.

"LIONA!!" Malvin berteriak dan mengambil ancang-ancang untuk menampar kembali wajah pacarnya. Namun sebuah lengan kekar menghentikan pergerakannya dan mencengkram tangannya kuat.

Tangan Malvin di tarik oleh orang itu dan sebuah bogeman mendarat di rahang kirinya.

"Lo harus mati!" ucapnya menyeramkan.



Continue lendo

Você também vai gostar

7.6M 357K 59
-END- #03 in Teen Fiction (Oct 9, 2018) #1 in Cerita Remaja (Dec 9, 2018) #2 in Cerita Remaja (March 29, 2018) Dia.. Dante Abraham. Si kakak kelas y...
6.9K 1.1K 21
Sana seorang mahasiswa kedokteran yang manja harus jauh dari keluarga untuk melakukan intern disalah satu rumah sakit dengan segala permasalah nya.
GAVRIELZE [Completed] De Ree

Ficção Adolescente

2.3M 226K 48
[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] Gavriel Elard Raymond Kehidupan Gavriel berubah setelah bertemu dengan Elzera, cewek gila yang pernah dia kenal. El...
My Sexy Neighbor De F.R

Ficção Adolescente

1.1M 17.7K 28
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+