Magic Legs [TH x JY]

Von jljljili

17.3K 2.9K 1.9K

In case Taehyung should never meet Jiyeon, the 'magic legs' girl. Mehr

Chapter 0
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 17
Chapter 18 : Ending
Bonus Chapter

Chapter 16

601 124 52
Von jljljili

seru bgt baca-baca komen kalian. makasih banyak buat yg masi stay tune 🙏 happy reading ya 💜

Aku benar-benar tampak menyedihkan sekarang. Menangisi kejadian rumit yang tiba-tiba datang padaku. Layaknya drama-drama yang sering kutonton, aku kini bak pemeran utama wanita yang sedang dirundung masalah dengan si pemeran utama pria. Tak tahu apa yang harus dilakukan, selain menangis. Menangis dan menangis.

Tak peduli dengan keadaanku yang terduduk pasrah di teras rumah sambil menyembunyikan wajahku di kedua lutut yang kutekuk.

" Sstt. Sudah Jiyeon, sudah cukup menangisnya. Ayo ku antar ke rumah calon suamimu jika kau perlu meluruskannya sekarang." Tawar Hongbin yang sedari tadi tampak kebingungan menenangkanku yang terus menangis setelah kepergian Myungsoo dan setelah kuceritakan semua perihal kejadian ini padanya. Hongbin yang malam-malam begini pergi kerumahku dengan tujuan memberiku bunga persahabatan tanda perpisahan atas masa lajangku, justru menjadi sasaran luapan masalahku.

Aku sedikit mendongakkan kepala mendengarnya. Mencoba mencerna ide Hongbin yang sedikit ada benarnya, kini aku justru menitikkan air mata lagi.

Bagaimana aku menjelaskan pada Taehyung jika sudah begini?

Memangnya Taehyung mau menemuiku yang jelas-jelas telah menyakiti hatinya?

Huhuhu ibu, rasanya aku ingin menenggelamkan diriku di sungai Han saja.

" Jangan menangis terus Jiy—"

" Jiyeon ini sudah malam kenapa kau masih diluar sa—Ya! Apa kau sedang menangis nak? Kenapa kau menangis diluar malam-malam begini huh?"

Sial. Itu suara ibu yang memotong ucapan Hongbin seenaknya. Aku segera mengangkat wajahku demi menatap ibu-dan benar saja. Perempuan yang pernah melahirkanku itu kini tengah menatap tajam Hongbin seakan dialah biang dari tangisanku. Aku mengerti bahwa situasinya mendadak mencekam karena ibu terus menatap Hongbin seakan ingin memakannya hidup-hidup.

" Kau ini benar-benar! Laki-laki mana yang berani membuat anak perempuanku menangis di hari menjelang pernikahannya? Benar-benar kau Lee Hongbin, tidak punya pekerjaan lain selain mengganggu Jiyeon?! Sudah ku bilang kurang-kurangi bergaul dengan Jiyeon, kau ini memang tidak pernah mendengarkanku ya?!"

Hilang sudah suasana penuh dramatisir yang sebelumnya kubuat, kini berganti situasi komedi yang diperankan oleh Hongbin yang berusaha menghindari pukulan-pukulan dari ibuku. Pria yang terlihat garang didepan Myungsoo tadi kini kelihatan menciut didepan ibu.

" Aduh, Bi. Tidak seperti itu. Ini tidak seperti yang bibi—Aw!"

" Apanya yang tidak tidak?! Sudah jelas Jiyeon menangis karena ulahmu, masih saja mengelak hah?!"

Aku yang tak bisa tinggal diam, dengan sigap berdiri ditengah-tengah Ibu dan Hongbin berusaha memisahkannya.

" Ibu cukup! Sudah bu! Ini bukan salah Hongbin, Okey? Ibu tidak boleh sembarangan memukulnya karena Hongbin sama sekali tidak bersalah bu." Ucapku dengan nada sedikit meninggi. Sejujurnya aku frustasi. Masalahku sudah cukup membuatku stress namun ibu justru menambahinya.

Hongbin tampak berlindung di balik tubuhku sesaat ibu menghentikan pukulannya. Tampaknya itu hanya berlaku untuk sesaat karena ibu kini beralih meraih rambut Hongbin berusaha menjambaknya.

" AAAH, JIY! JIY!"

" ASTAGAAAA, IBU CUKUP!!!"

Akhirnya ibu berhenti juga. Dengan nafas yang masih memburu, ibu menatapku dengan tatapan menelisiknya. Sesaat kemudian, beliau meraba-raba tubuhku dengan terburu-buru.

" Aish, ibu apa-apaan sih?!" protesku kala ibu menggerayangi satu persatu saku dressku dan berhenti ketika telah menemukan benda yang ia cari. Ponselku. Ibu ini benar-benar tidak bisa ditebak kala dengan semaunya beliau memencet nomor ponsel Taehyung.

Jelas aku panik bukan main. Kucoba meraih kembali ponselku dari tangan ibu namun ibu dengan lihai menghindar.

" Buuuuu, kembalikan bu. Mengapa menelpon Taehyung sih bu, kembalikan handphone Jiyeon." Rengekku dengan memohon ibu untuk mematikan sambungannya.

" SSsst. Kau diam saja. Ini urusan ibu." Ucapnya penuh ke-otoriteran.

Mau ditaruh mana muka ku ini?

Aku masih terus berusaha meraih ponselku dan berdoa agar Taehyung tak mengangkat telfonnya namun apa yang terjadi? Telfonnya justru tersambung dan aku kini dapat mendengar suara khas bassnya.

" Halo, Jiyeon?" ucap Taehyung di seberang sana.

" Halo calon menantu Ibu. Ini ibu nak." Ucap Ibu yang seketika merubah nada suaranya didepan Taehyung. Taehyung sepertinya sedikit terkesiap.

" Ooh, ibu. Ya, Taehyung disini bu. Ada apa jika Taehyung boleh tau?"

Aku benar-benar pasrah. Ibu tampak menggenggam erat ponselku yang sepenuhnya ia dekatkan di telinganya meski mode telfonnya adalah mode speaker.

" Apakah kalian sedang salah paham nak? Beginiii, ibu melihat anak ibu menangis tiada henti di teras. Ibu tahu pasti ada hal yang tidak beres. Maka disini ibu akan menjelaskan semuanya bahwa Hongbin itu tidak ada hubungan apa-apa dengan Jiyeon, nak. Kau tidak perlu cemburu dengannya karena Hongbin ini hanya teman Jiyeon dari jaman Jiyeon suka mengompol sampai sekarang. Tidak akan berubah menjadi perasaan yang macam-macam. Begitu pula dengan lelaki lain, Jiyeon hanya serius denganmu. Dia hanya ingin menjadi istrimu, nak. Jadi ibu mohon jika ada kesalah pahaman tolong kau pikirkan lagi. Kau percaya pada anak ibu kan?"

H-hah?

Ibu bicara apa sih? Mengapa suka sekali mengasumsikan sendiri dan mengambil tindakan seenaknya saja?

" M-maksud ibu? Taehyung sedikit tidak mengerti bu"

" TAEHYUNG, INI AKU. JANGAN DENGARKAN OMONGAN IBU YA?! KAU TUNGGU DISANA 10 MENIT OKEY. AKU AKAN KESANA. 10 MENIT!!" ucapku penuh gebu pada ponselku yang berhasil kurampas secara paksa itu. Setelah memutus sambungannya, aku mengusap sekilas air mataku yang sudah megering kemudian menarik lengan Hongbin.

" Ayo antar aku." Perintahku padanya.

Sungguh aku tak dapat mentolelir ini. Aku harus bergerak sebelum segalanya menjadi runyam. Gara-gara tindakan sembarangan dari ibu, aku tak dapat melakukan apapun selain meluruskannya sendiri.

" Awas jika kau macam-macam dengan Jiyeon, Hongbin!!" teriak ibu yang tak kupedulikan ketika aku terus menarik Hongbin menuju tempat dimana motor sportnya terparkir.

Hm, satu hal.

Bagaimana bisa aku memiliki ibu seunik itu?

***

Lupakan soal ibu. Aku kini telah berada di depan pintu gerbang rumah Taehyung yang besarnya bak istana itu. Iya, larut malam begini. Hongbin pun tampak meremas pundakku pelan dan memberiku semangat. Setidaknya, semangat yang diberikan Hongbin perlahan menguatkanku untuk bertemu dengan Taehyung. Bagaimana pun aku harus menghadapi semuanya. Masa bodoh soal prasangka burukku yang berpikir entah Taehyung mau menemuiku atau tidak. Pokoknya, aku harus bertemu! Tidak bisa besok-besok, harus sekarang.

Ya, harus sekarang!

Aku menoleh kembali ke arah Hongbin yang sudah siap memakai helmnya.

" Chingu-ya, fightiiiiing! Kau harus jadi menikah dengan dia. Aku tidak mau tahu." Hongbin berlagak mengancam seraya menyalakan mesin motornya. Bersiap meninggalkanku.

Praktis aku tak dapat melakukan hal lain selain menangkupkan kedua telapak tanganku dan mengucap beribu ucapan terima kasih padanya. Hongbin ini tak salah lagi, tak perlu diragukan lagi memang dialah sahabat terbaikku.

Tuhan, please berikan dia jodoh yang sama baiknya seperti dirinya. Begitu doaku dalam hati ketika ia benar-benar pergi meninggalkanku.

Oke, ambil nafas.

Selepas kepergian Hongbin, aku benar-benar harus menghadapinya sendiri. Perlahan ku atur nafasku seraya melangkah semakin mendekati gerbang. Nafasku sedikit tercekat ketika dikejutkan dengan petugas keamanan keluarga Kim yang menyadari kehadiranku. Mereka yang sudah hafal dengan wajahku, dengan sopan menanyaiku mengapa aku nekat bertamu selarut ini. Kujelaskan dengan singkat alasan mengapa aku disini hingga kemudian para petugas itu membukakan pintu gerbang untukku. Mereka mempersilahkanku masuk dan dengan sedikit ragu aku melangkah memasuki halaman pekarangan luas milik keluarga Kim hingga kutemukan sebuah siluet hitam seseorang yang berdiri tegap membelakangiku seraya memasukkan sebelah tangannya di saku celana.

Tak lain dan tak bukan adalah Taehyung. Iya, aku hapal.

" Maaf mengganggu waktu anda Tuan Kim, nona Park ingin bertemu dengan anda." Ucap salah satu dari petugas keamanan tersebut.

Jantungku berdetak cepat saat siluet itu seketika berbalik. Ada sedikit kelegaan pada ekspresi wajahnya ketika tatapan kami tiba-tiba bertemu. Seolah ia sudah berdiri lama disitu menungguku. Namun Taehyung tak serta merta menyapaku namun ia hanya berdiri terpaku menatapku seraya berkata,

" Tinggalkan kami berdua." Titah Taehyung yang segera diindahkan oleh para petugas kepercayaan keluarganya itu. Setelah para petugas itu pergi, kini tersisalah aku dan Taehyung berdua. Mataku seketika berkaca-kaca menatapnya, jantungku pun berdesir hebat. Banyak hal yang ingin kukatakan padanya namun mendadak lidahku kelu ketika menyadari tatapannya begitu dalam seperti ini.

Tampaknya aku masih terdiam hingga Taehyung mengikis langkahnya dengan menautkan jemarinya padaku. Ia menarikku ke tempat yang lebih sepi dan berhenti tak jauh dari gazebo yang dihiasi dengan lampu taman yang indah.

Perlahan Taehyung melepaskan tautan jemarinya dan berbalik menatapku. Saat itu lah aku merasa bahwa duniaku tepat berada di hadapanku. Taehyung lah duniaku. Dan aku benar-benar merasa bahwa Taehyung benar-benar berharga. Dengan tatapannya yang samar-samar berubah sendu, ku beranikan diri memulai untuk menjelaskan semuanya karena aku tak mau duniaku, satu-satunya harapanku itu salah paham untuk waktu yang lama.

" Taehyung, apa yang dikatakan ibu itu tidak benar. Ibu hanya mengasumsikan sendiri dan mengambil tindakan ceroboh dengan menelponmu setelah melihatku menangis di teras rumah. Hal yang sebenarnya terjadi adalah Hongbin datang tepat setelah kau pergi dan dia membantuku untuk mengusir Myungsoo dari kehidupanku karena aku jelas telah memilihmu Taehyung-ah. Aku benar-benar tidak mengerti mengapa pria itu datang lagi dan mengacaukan semuanya. Namun yang jelas, aku jatuh cinta padamu. Seluruh kenangan yang kita lalui bersama itu bernilai segalanya. Aku tidak mungkin kembali padanya apalagi menjamin kebahagianku dengannya karena orang yang tepat sudah ada dihadapanku sekarang. Ketahuilah aku benar-benar kacau bahkan menemuimu saja rasanya aku seperti tak memiliki muka. Entah kau percaya padaku atau tidak, namun yang jelas aku mencin—"

Waktu rasanya berhenti berputar. Tepat saat Taehyung mencium lembut bibirku. Nafasku tercekat bersamaan kalimat yang tak dapat lagi kuteruskan. Kini aku tak peduli lagi. Kupejamkan mataku segera dan menikmati sentuhan bibir lembutnya. Taehyung perlahan menangkup rahangku dan memperdalam ciuman kami. Reflek ku angkat kedua telapak tanganku dan kuraba punggung lebarnya demi membalas ciumannya yang makin lama makin menuntut. Tak ada yang kuragukan lagi dalam diri Taehyung karena dengan ciuman ini aku dapat merasakan ketulusannya. Aku dapat merasakan besarnya rasa cintanya kepadaku sekaligus rasa kepercayaan yang ia bangun pada pasangannya.

Itu pula terbukti ketika sejenak Taehyung melepas ciumannya. Menunduk sesaat dengan masih menangkup rahang dan menatap kedua manik bola mataku, ia tersenyum simpul seraya berujar, "Iya, aku percaya."

Tiada yang dapat menggambarkan betapa leganya perasaanku sekarang. Taehyung telah melengkapi kebahagiaanku dan aku benar-benar berterima kasih pada Tuhan karena semuanya telah clear. Aku benar-benar sangat bersyukur.

Kubalas ucapannya dengan senyum tulusku dan tak kusangka aku menitikkan air mata. Seumur hidupku aku tak pernah se-emosional ini. Apalagi kutujukan untuk lelaki yang dulu sama sekali tak pernah terbayangkan akan mengisi relung hatiku yang paling dalam.

Dunia harus tahu bahwa aku mencintai Kim Taehyung, tiada yang lain.

Hasrat cinta kami pun seakan tak terbendung kala Taehyung kembali menjamah bibirku. Kami berpagutan mesra seakan tak ada hari esok. Ia begitu menuntutku, menyesap, melumat dan mengeksplor rongga mulutku. Sungguh, pagutan Taehyung begitu memabukkan. Seakan membuatku lupa diri dengan hanya sibuk membalas, mengimbangi dan menautkan kedua tanganku pada tengkuknya.

Kami terus berciuman intens, hingga entah sejak kapan Taehyung memindahkan tubuhku pada gazebo yang ada di taman ini. Aku berbaring dengan Taehyung yang berada diatasku menjamah dengan lembut bagian-bagian tubuhku di sela pagutannya. Taehyung tampak dengan lihai menggunakan tangannya dengan hati-hati hingga benar-benar membuatku terbuai.

Taehyung sesekali melepaskan kontak bibirnya demi memberikan kesempatan diriku untuk mengambil oksigen. Di sela-sela kedua dada kami yang naik turun mengatur oksigen, Taehyung menyeka butir-butir keringat yang ada dikeningku dan membisikkan beribu kata cinta yang keluar dari bibirnya. Membuat jantungku berdesir tiada henti, membuat hormon kebahagiaanku meningkat dengan drastisnya. Hingga yang kulakukan hanya pasrah menyambutnya dengan senang hati yang begitu lihai mengeksplor bibirku tampa ampun.

" Shhhh, Taehyung-ah." Desisku menahan gejolak aneh yang timbul akibat perlakuan Taehyung. Desisanku lolos begitu saja saat ia menurunkan ciumannya ke arah leherku dan menyesap apapun yang membuatnya gemas setengah mati. Aku tak mengerti dengan diriku yang justru memeluk tubuhnya erat dan semakin menekan wajahnya yang sibuk menciumi leherku.

Oh Tuhan aku tahu betapa bahayanya terjebak pada posisi ini namun mengapa rasanya begitu memabukkan?

Dengan kedua mata yang terpejam, tanpa sadar ku tadahkan wajahku ke atas demi memberikan akses yang mudah pada Taehyung. Tampaknya Taehyung membuat banyak kissmark disana. Kedua tangannya kini bergerilya di area pahaku. Mengelusnya berkali-kali kemudian menyingkap dress ku dengan hati-hati. Bibir Taehyung merubah targetnya dengan menyesap titik sensitifku yang lain yakni cuping telinga seraya kini kurasakan permukaan tangannya yang kekar sudah berada di areaku yang masih tertutupi dalaman. Aku benar-benar hampir kehilangan akal saat Taehyung sendiri yang menghentikan pergerakan tangannya sejenak dan melepaskan belah bibirnya yang tadinya menghimpit cuping telingaku itu.

" Sekarang atau setelah upacara pernikahan, Nona Park? Aku akan menurutimu." Bisik Taehyung dengan suara husky­-nya. Aku tidak bodoh untuk tidak mengerti maksud dibalik pertanyaannya. Ia bertanya takut-takut membuatku tersinggung karena telah bertindak lebih jauh.

Taehyung benar-benar tampak menggairahkan malam ini. Namun ia tampak mencoba untuk mengendalikan hasratnya yang bisa saja lepas kendali jika ia tak berusaha menahannya. Aku tahu itu sulit bagi Taehyung, apalagi posisi kami kepalang basah seperti ini.

Namun bagaimanapun, ini tidak benar.

Aku tidak ingin menghianati Tuhanku yang sudah begitu baik padaku. Aku ingin memberikan diriku seutuhnya pada dirinya setelah janji suci itu terucap. Tidak dalam posisi yang sedang dibutakan oleh nafsu seperti ini.

Maka dari itu perlahan aku mengatur nafas. Menarik pelan wajah Taehyung yang hanya berjarak beberapa senti saja demi menatapnya. Kuusap keringat-keringat tipis yang menghiasi wajah tampannya dan seiring itu Taehyung tak dapat mengendalikan dirinya untuk tidak mengecup sesekali bibirku dengan gemas.

" Tahanlah sebentar lagi, sayang. Aku akan memberikan yang terbaik di malam pertama kita. Jangan sekarang okey, aku belum siap." Ucapku lembut seraya mengelus pelan pipi kanannya berusaha memberinya pengertian. Taehyung mengangguk pelan, tanda mengerti. Ia pun menangkup jemariku yang berada di pipi kanannya dan mendekat menyatukan kedua dahi kami.

" As your wish, my love. Mengetahui bahwa kau kembali padaku atas kemauanmu sendiri saja bagiku sudah lebih dari cukup."

***

Siapapun tolong sentil dahiku sekarang. Siapa perempuan cantik nan elegan layaknya ratu inggris yang ada di pantulan cermin saat ini? B-benarkah aku?

Kedua kelopak mataku bahkan tak mengedip menatap bayangan itu. Tak menyangka bahwa hari ini akan tiba juga. Aku didandani sebagai mempelai wanita yang tampak sangat mewah yang bahkan membuat diriku takjub dengan diri sendiri.

Sekali lagi tolong, siapapun—Aw!

Aku kembali ke alam sadar setelah seseorang benar-benar menyentil dahiku. Tidak keras namun berhasil membuat aku berjengit kaget. Park Jihoon sialan!

" YA!!" gertakku padanya yang entah sejak kapan memasuki ruang riasku.

" Kalau tidak disentil begitu, aku takut ada setan yang nyangkut pada noona karena kebanyakan melamun. Noona mau kerasukan tepat dihari pernikahan? Sungguh tidak lucu." Oceh Jihoon yang terdengar sok bijak itu. Aku menggeram sesaat lalu seketika merubah eskpresiku dengan antusias bertanya pada adik laki-lakiku yang menyebalkan itu.

" Bagaimana penampilanku? Bukankah kakak perempuanmu ini terlihat sangat mempesona? Taehyung pasti akan memujiku, iyakan? Iyakan Hoon?"

Kalian tahu, Jihoon berlagak mengamatiku dengan ekspresi tidak yakinnya.

" Entahlah. Tergantung dengan eskpresi noona karena Taehyung hyung sering berkata padaku bahwa noona terlihat cantik ketika sedang memasang wajah galak." Tukasnya yang benar-benar membuatku tak habis pikir.

Waaaah, anak ini benar-benar menabuh genderang perang padaku.

" Kemari kau Park Jihoon, sepertinya aku harus memberimu pelajaran. Jika saja aku tak kesulitan karena memakai gaun yang berat ini, sudah kuapit lehermu bocah sialan! Bagaimana bisa kau tidak ada manis-manisnya dengan kakak perempuan satu-satumu in—"

" Ssst ssst sudah sudah hentikan. Kalian berdua ini masih saja seperti anak kecil." Luapan emosiku seketika reda dengan munculnya ibu yang melerai kami. Kedua mataku masih memicing pada Jihoon yang terkekeh puas menatapku.

Tak lama, Ayah juga masuk ke ruangan ini dan berjalan ke arahku. "Ayo nak kita keluar. Acara sudah akan dimulai."

Begitu ayah meraih tanganku yang telah terbalut sarung tangan ini, barulah aku sadar bahwa aku akan benar-benar menikah.

Tuhan, benarkah ini saatnya?

- to be continued -

Finally, VYEONKU 🎉💜😭

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

MISTER Von 👽

Fanfiction

12.7K 1.6K 17
Seorang pria datang pada saat paling krusial dalam kehidupan remaja Lee Yumi. Pria itu disebut Mister dan diberi hak perwalian atas gadis belia itu s...
794K 82K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
399K 40.6K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
14.3K 944 6
Sakura adalah cinta pertama dalam hidup seorang uchiha sasuke dan ini adalah kisah romantis perdananya. Namun yang sasuke tidak tahu, cinta pertama t...