Jinan×Devi
Kak
Iya
Lagi apa?
Belajar
Tumben😅
Belajar nahan kangen ke kamu
Yeeh dasar
Serius belajar ini. Kenapa?
Yaudah deh lanjutin aja
Kangen detected
Nah gitu dong peka😌
Telepon aku dong😊
Kamu lah yg nelpon
Kamu lah gantian
Katanya lagi belajar?
Udh selesai semua tugasku. Sekarang waktu Indonesia bagian kangen.
Yaudah angkat. Vidcall ya?
Ok
Devichu💙 calling..
"Halo, selamat waktu Indonesia bagian kangen. Jinannya ada?"
Sapa Devi dengan senyum yang mengembang.
"Ada tepat di hatimu." Jawab Jinan.
"Haha, welcome!"
"Boleh menetap ngga?"
"Emang mau menetap?"
"Kalo diijinkan, kenapa engga?"
Devi tersenyum mendengar jawaban Jinan. Dia selalu menikmati waktunya bersama dengan Jinan. Meskipun hanya melalui video call dan hanya di waktu malam sebelum keduanya terlelap, namun itu sudah membuat Devi senang.
"Aku ijinin."
"Yaudah aku menetap." Jawab Jinan menatap Devi lewat layar ponselnya.
"Dasar gaje!"
"Yee. Kamu lagi kenapa?" Tanya Jinan mulai serius.
"Kangen, hehe."
"Sama." Jinan tersenyum. Lalu keduanya saling diam, tatapan mereka berbicara.
"Kok kamu malem gini masih rapih sih?" Tanya Jinan setelah puas memandangi Devi.
"Iya nanti jam 12 mau ke pura." Jawab Devi.
"Oh, oke. Ibadah yang bener."
"Kamu juga ibadah yang bener."
Hening. Lagi. Entah apa yang ada di pikiran masing-masing.
"Kok diem?"
"Ini mau ngomong. Iya Devi."
"Bagus!"
"Mau denger aku nyanyi ngga?" Tanya Jinan. Terlihat ia memangku sebuah gitar akustik.
"Mau dong mau. Tumben nih tumben." Devi tertawa karena kelakuan tidak biasa dari seorang manusia kutub bernama Jinan.
"Aku belajar main gitar ini. Denger ya."
"With my pleasure." Devi tersenyum kelewat manis.
Jinan mulai memetik gitar memainkan intro lagu yang akan ia nyanyikan.
"Di awalan cerita, tak ada perasaan, dian-"
"Stop! Aku tau lagu itu. Ayo nyanyi bareng." Ucap Devi memotong nyanyian Jinan.
"Oke ayo. Aku atau kamu dulu?"
"Kamu."
Jinan mengulangi intro lagunya.
"Di awalan cerita, tak ada perasaan diantara kita berdua."
Jinan mulai bernyanyi dan menatap Devi yang juga tengah menatapnya.
"Tapi seiring waktu, takdir kita bertemu mengikuti narasi hidup."
Devi melanjutkan lagunya.
"Dan betapa bahagia, ku melihatmu, senyuman mu menemani hari-hariku."
"Takkan sama tanpamu. Aku ingin terus bersamamu bila kau mau, ku takkan kemana."
"Kita hanyalah debu di luasnya semesta, tapi kita bisa bertahan."
"Satu hal yang ku tahu, aku ada untukmu, meskipun di masa yang kelam."
"Dan betapa bahagia, ku melihatmu, senyuman mu mewarnai hari-hariku."
"Takkan sama tanpamu. Aku ingin terus bersamamu bila kau mau, ku takkan kemana."
"Haruskah aku melangkah pergi, pergi kesana."
"Melepas semua kenangan yang telah ku tuliskan."
"Dan bila ku temukan kau di sana. Tolong jangan ke mana-mana."
"Kak Jinan juga jangan ke mana-mana ya. Hehe." Ucap Devi setelah Jinan menyelesaikan lirik terakhir dari lagu tersebut.
"Engga Devi. Kalaupun aku nanti ke mana-mana, kamu harus ikut aku." Jinan terkekeh karena ucapannya sendiri.
Hening. Sangat sering terjadi, dimana Jinan dan Devi lebih memilih menatap wajah satu sama lain tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"I love you." Ucap Jinan tiba-tiba.
"I love you more." Balas Devi.
"Niatku ngehibur, bukan untuk kamu mikir yang lain ya."
"Emang aku mikir apa coba? Sotoy!"
"Ya apa ajalah."
"Makasih untuk usahanya."
"Makasih juga untuk lagunya."
"Kamu tau ngga kak?"
"Belum."
"Walaupun cuma lewat video call ataupun telepon aku selalu nunggu momen ini setiap harinya. Dimana cuma ada aku sama kamu yang saling cerita tentang gimana hari ini sebelum kita tidur. Singkat, tapi selalu nganterin aku ke mimpi yang indah. Makasih banyak."
"Terimakasih juga udah jadi alasanku buat senyum, penghilang lelah, dan mood booster aku. Terimakasih masih mau bertahan. Aku tau ada yang jauh lebih baik di sana, tapi kamu masih bertahan."
"Aku juga yakin di sana ada yang lebih baik dari aku dan aku bertahan karena kamu juga bertahan."
"Loh kok mendadak puitis gini sih?"
"Ngga usah merusak suasana kenapa sih!" Devi memutar bola matanya kesal.
"Ngambeek.." Jinan menggoda Devi yang terlihat tengah kesal itu.
"Ngga lah, ngapain ngambek."
"Kamu udah makan?"
"Udah. Kamu?"
"Udah. Tapi aku masih laper."
"Makan lagi lah."
"Gamau lah. Ntar gendut kaya kamu."
"Ejek aja terooss."
"Tapi cantik, hehe."
"Ngga usah ngalus, sana makan lagi. Aku mau berangkat."
Terlihat Devi tengah bersiap untuk pergi beribadah.
"Oke. Hati-hati di jalan."
"Oke. Jaga kesehatan."
"Oke. Jaga hati."
"Ashiiyaaaappp!"
"Haha. Love you Dev."
"Love you too. Dadah kak Jinan. Aku tutup ya. Jangan kangen." Ucap Devi setengah mengejek.
Sambungan telepon terputus, tapi tidak dengan hubungan mereka. Jinan tersenyum sesaat. Jinan kira ia takkan bisa bertahan dengan hubungan ini, tapi ternyata ia mampu.
Devi yang membuat ia yakin untuk tetap bertahan. Karena Jinan tau Devi takkan kemana, begitupun dirinya. Ia takkan kemana, kecuali dengan Devi. Terdengar bucin, namun mereka tak peduli.
Karena sejujurnya, Devi dan Jinan memang bucin stadium akhir 😊
Hallo👋