LIVE WITHOUT YOU

Autorstwa Fara_Salfatah

73.7K 1.5K 58

CERITA INI SUDAH DITERBITKAN. - Mungkin karena satu hal kita bisa melupakan masa lalu. Tapi hati tidak akan p... Więcej

BAB 1 : Wajahmu Mengalihkan Duniaku
BAB 2 : Tiba-Tiba Cinta
BAB 3 : Suara Hati Seorang Kekasih
BAB 5 : Gadis Ku
BAB 6 : Risalah Hati
BAB 7 : Terpanah Asmara
BAB 8 : Kau dan Kita
Adam - Maudi
BAB 9 : Bukalah Hatiku
BAB 10 : Diriku Kembali
BAB 11 : Masih Sahabatku...Kekasihku

BAB 4 : Kejujuran Hati

3.5K 145 0
Autorstwa Fara_Salfatah


Bab 4

Kejujuran Hati

Maudi POV-

Aku menangis sekeras-kerasnya. Rasa sesak tidak dapat kututupi mengingat kejadian bodoh yang ku mulai malam itu. Lagi-lagi, aku melakukan kesalahan. Kesalahan yang ku lakukan seperti dua tahun lalu.

Aku jatuh terberingsut di lantai kamarku. Menangis tersedu-sedu menahan rasa sesak di dadaku. Meskipun sudah terjadi seminggu yang lalu, tetap saja aku tidak bisa mengatasi rasa sakit nya. Tatapan wajah nya yang sangat lembut pada pertemuan awal kami dan di akhiri dengan tatapan mengiba penuh kasihan saat aku terakhir kali melihat wajah nya.

Ya...terakhir kali, karena sejak kejadian memalukan itu saat pagi hari aku langsung melesat menuju rumah perkebunan yang ku kelola dua tahun belakangan ini di Puncak. Dan semua seperti dua tahun yang lalu. Aku akan diam disini, menenangkan hati dan kegundahanku.

Mas Bagas dan Mas Ferdi sudah dua kali mendatangiku. Awalnya mereka sangat kaget dengan kepergianku, dan mereka juga meminta penjelasan karena lelaki itu terus mencariku dan menghubungiku. Beruntung setelah mereka mendengar penjelasanku mereka akhirnya mengerti bahwa aku, adik mereka tidak bisa menjalin hubungan lagi dengan lelaki yang bernama Fairial Piers Shaky. Lelaki yang sejak kecil sangat akrab dengan kami. Lelaki yang sudah seperti saudara bagi kami. Apapun bentuk hubungan itu.

Dan kedua kakakku juga mengerti bahwa aku butuh waktu untuk sendiri sama seperti dua tahun lalu. Mas Bagas amat menyesal dengan keputusan nya mempertemukan aku dengan lelaki itu. Namun aku juga mengerti itu semua bukan kesalahan mas Bagas. Karena lambat laun pasti aku akan bertemu dengan dia. Baik disengaja maupun tidak sengaja.

Tuhan...Mengapa dia sangat berarti bagiku,mengapa dia bisa membuatku menjadi terpuruk seperti ini? Bahkan kami belum memulai hubungan apapun.Ia tidak pernah memberiku cinta. Ia tidak pernah merindukan ku. Tapi mengapa perasaanku bisa se dasyat ini padanya?

Tubuhku semakin meringkuk dilantai, rasa dingin dan gemeletuk gigiku sudah tidak ku perdulikan. Ku pejamkan mataku meskipun suara isakan masih terus lolos dari bibirku. Aku hanya berharap rasa ini cepat hilang. Rasa ini cepat musnah agar aku dapat melanjutkan hidupku kembali.

Ini amat sangat menyiksaku. Ingin aku membenci dirinya karena sudah melukai hatiku. Dengan ucapan nya dengan perlakuan nya. Tapi sanggupkah aku membenci nya?

Entahlah semakin aku merasa sakit semakin sulit aku melupakan nya. Sekali lagi aku tidak berharap dia membalas rasa cintaku. Aku sadar sangat sulit mempercayai nya jika ia membuka hati nya untukku.

Karena aku tahu bagaimana rasa sakit nya saat ia melihat wanita itu bersama adik nya. Karena aku tahu bagaimana terpuruk nya dia saat tidak bisa meraih wanita itu. Aku tahu...bahkan sangat mengerti.

"Maudii!!" suara lelaki terdengar bersamaan dengan suara kencang yang berasal dari pintu kamarku.

"Maudi!" dia menarik tubuhku untuk bangkit dengan kekuatan yang tersisa aku melihat wajahnya. Mas Ferdi.

Aku masih belum bisa mengendalikan tangisku. Isakan-isakan keras masih terdengar ditelingaku. Dengan posesif mas Ferdi meraihku kedalam pelukan nya.

"Dek...sudah sayang. Jangan seperti ini." suara mas Ferdi menenangkan. Dia memang sangat lembut padaku. Dibandingkan mas Bagas,mas Ferdi memang memperlakulan ku lebih hangat dan lebih sabar. Bahkan banyak orang selalu mengira kalau kami adalah sepasang kekasih.

Aku masih menangis. "Dek, sudah..." Kurasakan usapan-usapan lembut pada punggungku yang masih terasa dingin. Mas Ferdi semakin erat memeluk ku.

"Mas harus ngelakuin apa buat kamu dek..." lagi ucapan mas Ferdi begitu lembut. Membuatku semakin menyusupkan tubuhku. Berharap rasa tenang mas Ferdi mengalir ke dalam tubuhku.

Pelukan mas Ferdi semakin hangat, setelah semua ucapan nya tidak ada yang ku jawab. Dia memilih untuk diam dan menemaniku menangis. Mengusap lembut punggungku yang juga semakin menghangat. Hingga waktu terus bergulir.

***

-Adam POV-

Lazuar Hotel, Sabtu pukul 19.35 WIB

Aku melihatnya lagi. Dengan balutan gaun berwarna abu-abu dan hitam. Lipstik dibibirnya berwarna merah merekah. Terlihat berani dan tangguh. Dia bergerak dengan anggun dan penuh percaya diri. Berjalan dengan kedua kaki jenjang nya. Lalu sesekali tersenyum. Indah sangat indah.

Entahlah,aku sangat bingung mengapa aku bisa terpesona oleh nya. Ada daya tarik yang begitu kuat yang menghantarkan sebuah gelombang padaku. Meskipun jarak kami tidak begitu dekat. Namun rasa itu bisa aku rasakan.

Apakah ini karena hatiku sudah lama tidak tersentuh oleh gelombang itu lagi. Atau memang karena daya tarik dia begitu kuat. Kurasa, daya tarik dirinya lah yang begitu kuat. Meskipun hanya sekilas saja pertemuan kami, namun sinar lembut juga rasa bersahabat begitu kuat terpancar olehnya. Dan itu semua tidak berlebihan dan terlihat sangat tulus.

Untung saja malam ini aku tidak menolak permintaan Ayah. Karena sudah bisa dipastikan acara seperti akan sangat membosankan bagiku. Bertemu dengan relasi Ayah dan juga berbasa-basi dengan mereka. Bisa ku pastikan rasa muak ku akan bertambah. Aku memang tidak bekerja di Mulia Corporation salah satu perusahaan resort dan real estate terkenal yang berada di negara ini. Yang notaben nya adalah milik Ayahku. Aku memilih untuk menjadi karyawan biasa di perusahaan lain untuk melatih diri dan juga menguji sejauh mana kemampuanku. Namun semua relasi Ayah sudah sangat mengenalku. Anak lelaki satu-satunya dari keluarga Mulia yang nantinya akan menjadi penanggung jawab penuh atas perusahaan Mulia Corporation. Tapi sedang apa Maudi disini?

"Maudii." sebuah suara terdengar di telingaku memanggil gadis itu dari nada yang kutahu,suara tersebut adalah laki-laki. Dadaku berdegup kencang seketika.

Mataku terus mengarah ke gadis itu dan terlihat Maudi terlihat mencari seseorang. Seorang lelaki berlari ke arahnya. Memeluknya kemudian memutar-mutar tubuhnya. Entah mengapa melihat mereka seperti itu membuat sesuatu didalam dadaku terasa begitu sakit.

Siapa lelaki itu, mengapa mereka begitu intim?

Terdengar suara pekikan dari bibir Maudi. Maudi memukul-mukul lelaki itu dengan manja. Sontak aku pun menoleh mengalihkan pandanganku dari mereka. Melihat apapun asalkan tidak melihat kejadian yang membuat dadaku terasa tertohok.

Tertohok...benarkah? Nafas lelah ku embuskan sesekali. Ku pejamkan mataku, menetralisirkan degup jantung juga perasaan ku. Ini aneh, sangat aneh. Sepertinya aku sudah gila karena daya tarik gadis itu. Lebih baik aku masuk kedalam ruangan, mencari pemilik pesta lalu segera pulang.

Pemandangan didalam ruangan kental dengan nuansa berwarna putih dan hitam. Terlihat elegan meskipun suasana nya sama seperti pesta-pesta pada umumnya. Lantai dansa, para pemain musik, makanan-makanan, para wanita dengan tampilan seksi dan menggoda dan para lelaki dengan gaya penuh percaya diri. Bagiku semua terlihat palsu, mungkin pendapatku sangat sakartis. Namun bagiku benar adanya. Semua sikap dan penampilan itu semata-mata hanya untuk menjaga imej dimata orang lain.

Segera aku langsung mencari pemilik pesta ini. Menelusuri tengah-tengah pesta seraya menjabat tangan beberapa kolega Ayah yang aku kenal. Mata ku memandang menelusuri sudut-sudut ruangan. Tapi sepertinya,nasib baik tidak menyertaiku, karena tidak berapa lama. Terlihat Pak Alfath sedang memberikan pidatonya diatas panggung.

Seraya menunggu beliau memberikan kata sambutan, aku memutuskan untuk mencari minuman disudut ruangan. Memilih segelas minuman cocktail dan berdiri disudut ruangan.

Menelusuri kesegala arah, hingga Ya Tuhan! Mengapa sejauh mata memandang dia lagi yang ku lihat? Tapi...ah. Apa daya, segala pesona dan daya tarik nya sangat kuat hingga aku pun tidak bisa membohongi diri. Kalau pemandangan yang kulihat begitu menarik dan langka.

Berdiri dengan penuh percaya diri, namun yang kulihat dari mata nya dia seperti tidak terlalu nyaman dengan suasana ini. Ada sedikit kegundahan yang terlihat jelas dari pancaran maniknya. Tatapannya kosong, raganya berada disini namun fikiran nya entah dimana.

Maudi... Siapa dirimu sebenarnya?

Terbesit rasa kecewa saat Maudi beranjak pergi. Kalau kalian bertanya mengapa aku tidak menghampirinya. Jawaban ku adalah tidak tahu. Aku...entahlah, aku ingin mendekatinya. Menyapanya, membicarakan segala hal tentang dirinya. Tapi...

"Argh!!!" pekik ku tertahan seraya mengusap kasar wajahku. Aku benar-benar frustasi. Wanita benar-benar membuatku gila.

Lebih baik aku mencari Pak Alfath dan segera pulang. Menaruh gelas dan bergegas ke arah panggung. Karena Pak Alfath baru saja menyelesaikan pidatonya. Bisa dipastikan beliau masih berada di dekat panggung.

Baru saja aku melangkahkan kaki ku beberapa langkah. Mengapa...Maudi?

Dia bersama...lelaki lagi?

Degup jantung yang menggebu tidak bisa aku pungkiri. Genggaman tangan ku terasa kuat menahan amarah. Lelaki itu begitu dekat, mencengkram lengan Maudi dan Maudi hanya menunduk pasrah. Maudi menghentakan tangan nya yang kurasa ingin melepaskan cengkraman itu.

Amarah ku naik seketika, erani-berani nya ia memaksa Maudi. Mengapa Maudi hanya diam menunduk? Baru saja aku ingin melangkahkan kaki ku. Namun lelaki itu sudah menarik Maudi. Dan yang membuatku diam terpaku adalah wajah dan sorot mata Maudi. Ada pancaran rindu juga amarah disana. Dan Maudi hanya pasrah dengan lelaki itu. Mungkin kah mereka...?

Sepertinya aku tidak punya kesempatan.

***

-Fairial POV-

Sakit...Itulah kenyataan yang membuatku hanya menunduk pasrah di depan kedua kakak dari gadis yang sudah kubuat menangis. Dan hari ini aku mengetahui bahwa ia masih menangis.

Bodohnya aku tidak bisa melihat cinta yang sangat tulus dari gadis itu.Jika aku yang teralu bodoh akan cintaku untuk Alana. Maka ia terlalu...tidak! Dia tidak bodoh, disini hanya aku yang bodoh. Bahkan sangat, saat aku mengharap Alana bisa melepas dirinya dari adik ku disini ada wanita yang amat mencintai diriku. Aku sia-sia kan bahkan aku sakiti.

"Gue harus lakuin apa Fer?" Tanyaku lemah. Aku sangat bingung.

Ferdi mengendikan bahunya dan yang membuatku kesal dia tidak menatapku, sibuk dengan gadget nya. Apakah dia marah? Aku pun beralih menatap Bagas. Bagas memang sejak tadi menatapku. Tapi saat aku membalas tatapan nya dia dia langsung terbelalak.

"Jangan liat gue mas! Gue ga tau jawaban nya. Yang pasti, kalo yang ngelakuin ini bukan lo, pasti cowo itu udah abis sama gue!" ucap Bagas berapi-api, aku tahu ia kesal denganku. Seperti yang dia bilang, kalau saja bukan aku pasti lelaki itu sudah tamat. Tapi disini bukan hanya mereka saja yang kesal, aku pun juga kesal dengan diriku sendiri. Karena bagaimana pun aku juga sangat dekat dengan Maudi dan menyanyangi nya. Hanya saja sayangku pada nya hanya sebatas seorang adik dan sahabat.

"Apa gue coba,-"

"Gak, gak! Gue gak setuju. Itu cuma buat dia makin sakit hati, Ri..." potong Ferdi sebelum aku menyelesaikan ucapanku. Dan dia benar.

Aku hanya bisa menghela nafas. Meraih cangkir dihadapan ku yang kupastikan isi nya pasti sudah dingin. Hening sesaat.

"Apa kita cariin cowo lain buat alihin perasaan nya Maudi?" tanya Bagas tiba-tiba yang sukses membuatku menyemburkan espresso yang sedang ku minum. Aku pun terbatuk-batuk.

"Ga usah kaget gitu kali mas." Bagas menepuk-nepuk punggungku dengan santai. Aku menatap nya dengan pelototan tajam.

"Eh...Bigoos! Kalo mau usul yang pinter sedikit kenapa sih. Lo itu ya, Maudi itu adik kita. Masa iya lo mau mainin perasaan dia!" kini Ferdi membuka suaranya nada sakartis sangat kental dalam ucapannya. Tatapan penuh amarah pun ia layangkan pada Bagas. Tapi bukan Bagas namanya kalau dia terpengaruh.

"Ga ada salah nya kita coba mas Ferdeeeh! Seperti yang mas bilang, Maudi itu adik kita. Yang pasti gue ga bakal cari cowo sembarangan buat ade gue!" jelas Bagas penuh keyakinan. Kedua alisnya bergerak jenaka meminta persetujuan Ferdi.

Mataku beralih pada Ferdi, dia diam namun jelas dia sedang berfikir. Hening sesaat hingga Ferdi membalas tatapan Bagas. Menatap Bagas dengan pandangan -apakah-semua-itu-akan-berhasil- menghela nafas lalu mengedipkan matanya. Karena aku tahu bagaimana sifat Ferdi, yang kutahu ia sudah setuju.

Tapi mengapa aku tiba-tiba merasa tidak rela?!

***

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

6.1M 707K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
6.6M 340K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
54.7M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...