Game Over: Falling in Love

sirhayani рджреНрд╡рд╛рд░рд╛

6.8M 511K 54.7K

[1] TERBIT ЁЯУЦ - Aku jadi target Geng Rahasia selanjutnya? Tidak mungkin aku dijadikan target, tapi aku juga... рдЕрдзрд┐рдХ

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
Hanya Pertanyaan Tentang 5 Cowok
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
53
Info, Beberapa Hal Penting
TERSEDIA DI TOKO BUKU
Part Spesial [2]
Wallflower (kisah Masha dan Gama)

19

106K 9.6K 298
sirhayani рджреНрд╡рд╛рд░рд╛


Akibat kejadian sebelum dan saat upacara tadi, aku jadi perhatian hampir semua siswi di kantin ini. Mereka menatapku dengan berbagai ekspresi. Bukan hanya persoalan Kak Sean yang mendatangiku, tetapi juga gosip yang beredar bahwa siswi yang ditunjuk Kak Malvin adalah aku. Entah bagaimana gosip itu bisa menyebar dan aku mendengar dari Widya bahwa beberapa senior kelas XII curiga bahwa aku adalah target Game Over.

Aku berhenti melamun dan segera mengambil makanan setelah Sisca. Ninik mengikut di belakangku. Aku melihat Sisca menunggu. Aku dan Sisca tidak begitu akrab. Dia lebih akrab dengan Widya karena teman sebangkunya.

Setelah Widya selesai, kami bertiga segera mencari tempat makan dan tebak apa yang selanjutnya menjadi pembahasan? Game Over! Lagi dan lagi.

"Mereka yang merhatiin lo, gue yang nggak nyaman," ucap Widya yang berjalan tepat di sampingku.

"Lo aja nggak nyaman apalagi gue yang udah pasti jadi sasaran perhatian dan gosip." Aku duduk di sebuah bangku yang berhadapan dengan Sisca.

"Lihat, tuh, lihat! Kak Gama, Kak Erlang, Kak Sean. Mereka duduk dekatan." Widya mengarahkan kami untuk melihat ke area duduk kelas XII.

Aku pura-pura sibuk makan, tetapi mataku diam-diam melihat Kak Sean dari sini. Aku tak bisa menahan senyum saat melihatnya sedang mengangguk. Dia sangat serius saat bicara dengan teman-temannya.

"Selesai pengibaran, gue nggak sengaja denger gosip anak-anak paskib tentang kejadian Kak Sean yang ngasih lo topi," kata Sisca.

Aku langsung mendengarkan dengan saksama. Pembicaraan mengenai Kak Sean adalah hal yang paling menarik di dunia ini.

"Terus, gosipnya apa?" tanyaku, antusias.

"Mereka curiga Kak Sean bener-bener anggota Geng Rahasia dan masuk dalam permainan Game Over di mana lo sebagai targetnya." Aku tak menyangka Sisca, yang kelihatan cuek dengan apa pun di sekelilingnya juga bisa tahu soal Game Over. Tapi seperti katanya tadi, itu hanyalah gosip yang tidak sengaja dia dengarkan dari anggota paskibra yang lain.

Sisca kembali menatapku setelah selesai menelan makanannya. "Terus, kata mereka kejadian yang Kak Sean ngasih lo topi, ingat?"

Aku mengangguk cepat.

"Mereka katanya yakin banget Kak Sean sengaja deketin lo karena modus. Modus ngasih lo topi karena lo kelihatan nggak punya topi. Jadi, itu cara Kak Sean buat deketin lo. Sebagai permulaan dari rencana permainanya."

Aku langsung menggeleng cepat. "No. Kak Sean ngedeketin gue bukan karena ngedeketin gue dalam tanda kutip. Gue dan Kak Sean itu tetanggaan. Gue lupa bawa topi dan mungkin karena Kak Sean tadi masih di rumahnya, jadi nyokap gue nitip ke dia, deh."

Sisca menaikkan alis. "Oh, wow." Lalu disantapnya makanannya kembali.

"Bisa aja kali," kata Widya, membuatku sontak memandanginya. "Lo lupa Kak Sean termasuk jajaran cowok-cowok ganteng? Lo lupa Geng Rahasia itu isinya cogan semua?"

Aku memijat pelipisku. Kak Sean adalah anggota Geng Rahasia? Aku merenung. Tanpa sadar tersenyum lebar. "Kalau Kak Sean pemain Game Over dan gue adalah targetnya, ya gue maulah! Tapi mustahil, sih. Eh, Kak Sean ganteng emang sudah kodratnya diciptakan ganteng. Tapi, dia nggak sebodoh itu buat masuk geng-gengan nggak jelas."

"Hilih. Kalau Kak Sean beneran ikut Game Over gimana?" Ninik mencebikkan bibir. "Ah! Tebakan lo yang waktu itu, Ver! Yang lo tiba-tiba ketemu sama Kak Malvin di belakang sekolah. Terus, lo juga kan yang ditunjuk Kak Malvin pas di atap? Itu udah pasti!"

Widya menatapku dengan tatapan penasarannya, termasuk Sisca yang ikut-ikutan penasaran.

"Lo berdua nggak tahu aja apa yang terjadi sama gue beberapa hari yang lalu." Aku selesai meneguk air mineral. "Dan lo, Ninik, gue belum ceritain soal pertemuan gue dengan cowok yang namanya Elon, kan?"

Ninik tersedak makanannya. "Elon? Anak X-5?

"Kok lo tahu!" Aku segera merapatkan bibir karena berisik. "Kita perlu ngomong sambil bisik-bisik. Aduh, kita terlalu berisik."

Kepala Ninik maju agar bicara denganku lebih dekat. Dia mulai bicara dengan suara pelan. "Tahu, lah! Dia salah satu cowok yang dicurigai masuk Geng Rahasia. Soalnya di hari pertama Pra Masa pengenalan sekolah, dia ketemu sama senior cowok yang juga dicurigai masuk Geng Rahasia!"

Semua serba kecurigaan. Aku tidak yakin 100% kecurigaan itu benar. Setiap Ninik atau Widya cerita, pasti selalu ada kata curiga.

"Terus, terus? Tadi lo mau cerita apa? Lo ketemu dia? Di mana?" tanya Widya kali ini. Sisca menatapku penasaran. Dia makan tanpa mengalihkan perhatian dariku.

"Nah, itu dia!" Aku berusaha menjentikkan jari. "Gue ke perpustakaan waktu itu lo ninggalin gue sendirian!" Aku menunjuk Ninik yang cengengesan. "Terus, di sana ada cowok yang merhatiin gue. Si Elon Elon itu. Gue awalnya biasa aja, tapi dia bukan cuma merhatiin gue tapi dia sampai ngikutin gue keluar dari Perpus. Gue takut lah. Nggak tahan, akhirnya gue ngadepin dia dengan berani dan lo tahu apa yang terjadi?"

Sisca, Ninik, dan Widya menggeleng dengan raut serius.

"Dia memperkenalkan diri sebagai Elon, dari kelas X-5. Terus, dia narik gue ke tempat sepi. Gue nggak tahu di mana. Kayaknya gudang atau apalah. Dia ngaku sebagai anggota Geng Rahasia yang ikut ke dalam Game Over. Dia ngasih tahu gue adalah targetnya. Karena dia pengin segera mengakhiri permainan ini, dia ngajak gue kerjasama." Aku mengambil napas panjang. "Dia bilang Game Over berakhir kalau salah satu pemain bisa merebut hati sang target. Dan bentuk kerjasamanya adalah gue dan dia harus pacaran, tapi pura-pura."

"Lo terima tawarannya?" tanya Ninik cepat.

Aku menggeleng. "Ya, enggaklah. Kata orang, pacar pertama itu nggak bakalan bisa terlupakan. Gue nggak mau pacaran sama orang asing. Hih."

"Gemes banget, sih!" Ninik maju untuk berdiri dan mencubit kedua pipiku. "Kan cuma pura-pura!"

"Sakit, sumpah!" teriakku. "Pura-pura pun, tetap aja kesannya tetep pacar pertama. Gue-nggak-mau!"

"Habis itu, gimana?" tanya Sisca.

Aku mendorong Ninik sampai dia hampir terjungkal seandainya dia tidak menahan tangannya di bangku. Aku mengelus pipiku.

"Ada yang terlupakan," kataku. Mereka bertiga kembali dalam mode diam yang serius. "Elon ngasih bocoran siapa aja yang Geng Rahasia yang masuk dalam Game Over. Game Over kali ini pakai insial dari Game Over sendiri. G untuk Kak Gama. A untuk Kak Airlangga. M untuk Kak Malvin. E untuk Elon. Ver untuk gue sendiri. Dan O, dia nggak mau ngasih tahu gue. Katanya rahasia. Katanya si inisial O ini dihor—"

Ninik menepuk tangannya. "Seperti dugaan gue waktu kita teleponan! Kan, kan, kan!"

Aku menaikkan alis. "Hah?"

"Yang Ozi Ozi itu. Ozi yang disebut-sebut sama Kak Malvin. Apa, sih, waktu itu yang lo omongin?" Ninik menaikkan bola matanya, kemudian menepuk tangannya sekali lagi. "Ah, yang pantes si dia ngegantiin Ozi. Dia ini pasti si inisial O itu yang satunya!"

"Iya, sih." Aku menggigit-gigit bibir. "O. Gue kok kepikiran dengan nama Ocean, ya? Ocean Andromeda. Ah, Ocean Andromeda bukannya...." Aku kemudian diam lama. "Kak Sean?"

"Seratus persen yakin gue, mah!" Ninik bertepuk tangan.

"Heh!" Aku menggeleng cepat. Kuseruput minumanku dengan segera. Rasanya, tenggorokanku tiba-tiba kering. Rasanya keringat mengaliri dahiku. "Di sekolah ini ada berapa cowok yang inisialnya O?" Meski aku tahu Kak Sean mempunyai nama lengkap dengan inisial O, tetapi aku tidak mau beranggapan bahwa Kak Sean adalah salah satu dari mereka.

"Cuma dua," kata Widya.

"Sok tahu!" Aku menimpali.

"Lo kenapa, sih? Kemarin bilangnya suka cogan. Terus, kapan waktu bilangnya nggak mau jadi target. Kadang kelihatan mau banget jadi target, mau lo apa, sih?" tanya Ninik dengan tampang kesal. "Dan lo selalu aja nolak fakta atau pun nggak mau nerima dugaan kalau mereka semua tuh bisa jadi anggota Geng Rahasia. Labil tahu nggak?"

"Gue memikirkan segala kemungkinannya, Nik! Gue kadang mikir seru dalam permainan kayak gini, tapi sisi buruknya gimana dengan perasaan gue? Mereka sama aja mempermainkan gue." Aku menjatuhkan gelasku ke meja. Aku tersulut amarah. "Dan please, deh. Gue tuh bisa aja yakin, tapi sisi lain dalam diri gue terus-terusan berbisik kayak gini, 'Jangan GR, Vera! Jangan GR kalau lo nggak mau sakit hati.'" Aku menghela napas panjang.

Ninik diam. Aku langsung membuang muka dan kembali sibuk makan.

"Aduh, jangan berantem. Ini permasalahan sepele." Widya menengahi.

Aku masih tak berniat menatap Ninik. Dari ekor mataku, aku bisa melihat Ninik dan Widya saling bertukar tempat duduk. Aku mengembuskan napas.

"Maaf." Ninik menggoyangkan bahuku. "Gue nggak niat buat bikin lo sakit hati. Sori banget, Per...."

Aku balas mencubit pipinya, mencurahkan semua kekesalanku di sana. Dia berteriak menahan sakit sepertiku tadi. "Gue maafin kalau lo nggak bakalan balas perlakuan gue barusan." Aku menyengir melihatnya sedang menatapku dengan wajah datar.

Kami kembali makan. Selain bertukar tempat duduk, Ninik dan Widya juga menukar posisi letak makanan mereka. Tentu saja. Aku baru menyendokkan satu suapan lagi saat kuliat Elon berjalan sambil menatapku. Aku menurunkan sendok kembali ke piring.

Semuanya berjalan begitu saja saat dia mengambil tempat duduk di tengah-tengah antara aku dan Ninik. Dia duduk menyamping dan menatapku dengan wajah memelas.

"Gue minta nomor lo, dong!" serunya.

"AAA! NGGAK MAU!" teriakku tanpa sadar mendorong wajah Elon. "Ekspresi lo ngagetin."

"Please, gue udah nggak tahan," kata Elon. Entah bagaimana Ninik sudah berdiri di samping Widya dengan wajah shock.

"Jauh-jauh dari sini." Aku mendorong dada Elon dengan sekuat tenaga. "Mau lo apa, sih?"

"Mau gue, kita pacaran supaya semua ini kelar," bisiknya. "Gue udah nggak tahan dengan semua ini sampai membuat gue mau mati rasanya."

"Jangan deket-deket! Sana jauh-jauh!" seruku. Aku memandangi Ninik yang sedang duduk di samping Widya sembari menonton. "Bantuin gue, kek!"

Widya mengangkat bahu. Ninik cuma terbahak. Sisca yang memandangi Elon dengan berani. "Jauhin temen gue atau lo nerima akibatnya!"

Sepertinya Elon tak peduli dengan ucapan Sisca. Elon bahkan tidak melihat ke arah Sisca.

"Minggir nggak?" bentakku.

"Nggak mau." Elon bersedekap.

"Lo nyebelin." Aku mengerang frustrasi.

"Elon." Seseorang memanggil Elon. Aku kenal suara itu hingga langsung bisa menatap seseorang yang baru saja menyebut nama Elon. Dia adalah Kak Sean. Berdiri di belakang Sisca dan Widya sembari menatap Elon dengan tatapan tajamnya.

Aku yakin, berkat insiden di pinggir lapangan bersama Kak Sean dan berkat Kak Sean yang datang di dekatku lagi, meski bukan aku tujuannya, pasti akan menimbulkan berbagai persepsi mengenai Game Over dan target. Pun Kak Sean dan aku.

Elon menatap Kak Sean dengan alis terangkat. Wajahnya benar-benar malas, seperti anak yang dipanggil oleh ayahnya untuk segera pulang dari bermain.

"Apa?" tanya Elon.

"Ikut gue." Setelah berseru ke Elon, Kak Sean menatapku selama beberapa detik. Aku segera menunduk selama beberapa saat.

"Hei, gue minjem cowok lo dulu." Suara Kak Sean lagi. Tapi perkataannya untuk siapa?

Tak kudengar lagi pembicaraan orang-orang. Semua hanya samar-samar.

Aku mengangkat wajah dan langsung menatap Widya, orang pertama yang kupandangi. Sebelum mengutarakan pertanyaanku, Widya sudah lebih dulu bicara.

"Terakhir kali Kak Sean ngomong, dia sambil ngelihatin lo. Kayaknya Kak Sean mikir lo itu pacarnya Elon."

"Apa?!" Aku terkejut, lalu aku mencari keberadaan Kak Sean.

Kak Sean ternyata sudah kembali duduk di tempatnya bersama Elon yang mengisi satu kursi kosong di sana.

*


thanks for reading!

love,

sirhayani

рдкрдврд╝рдирд╛ рдЬрд╛рд░реА рд░рдЦреЗрдВ

рдЖрдкрдХреЛ рдпреЗ рднреА рдкрд╕рдВрджреЗ рдЖрдПрдБрдЧреА

From Roommate to Soulmate тЬФя╕П [Segera Terbit] nev рджреНрд╡рд╛рд░рд╛

рдХрд┐рд╢реЛрд░ рдЙрдкрдиреНрдпрд╛рд╕

3M 255K 62
тЪая╕П BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
CLARIOтЬФя╕П DicoSuuu рджреНрд╡рд╛рд░рд╛

рдХрд┐рд╢реЛрд░ рдЙрдкрдиреНрдпрд╛рд╕

2.2M 52.7K 50
FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! TAMAT Dulu pernah berjudul: тАв Playboy Vs Playgirl тАв QUANDO *** Dia Rio. Laki-laki dengan wajah yang tampan. Perempuan m...
Diano Dan Aila Dasya Lily рджреНрд╡рд╛рд░рд╛

рдХрд┐рд╢реЛрд░ рдЙрдкрдиреНрдпрд╛рд╕

2.1M 193K 43
"Lo mau ngapain ikut gue masuk kamar mandi?!" Tanya Diano sambil melotot. Gadis itu menyengir, polos. "Emang kenapa?" "Lo cewek, dan gue cowok. Lo ng...
Paradise (Segera Terbit) piiiiiiuu рджреНрд╡рд╛рд░рд╛

рдХрд┐рд╢реЛрд░ рдЙрдкрдиреНрдпрд╛рд╕

2.4M 128K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...