Enigma - EXO

gitlicious által

159K 28K 3.7K

Menjadi seorang intelejen berarti juga siap untuk mati. Jika misi yang di jalankan gagal, kami hanya mempunya... Több

cast
Trailer
Part one
Part Two
Part Three
Part Four
Part Five
Part Six
Part seven
Part Eight
Part Ten
Part Eleven

Part Nine

3.5K 835 45
gitlicious által

Alea, Cass, Ivy dan Elis sedang berada di ruang serba guna, mereka masih cukup terkejut dengan pengakuan Adrian yang tiba-tiba. Terutama Alea, ia sama sekali tak menyangka.

"Apa kalian tahu mengenai hal ini sebelumnya?" Alea pada akhirnya buka suara. Ia tidak bisa menahan rasa penasaran yang memuncah di dada.

Elis menggeleng. "Tidak banyak yang kami tahu tentang kehidupan anggota sebelum bergabung ke sini."

Ketiganya larut dalam lamunan masing-masing.

"Aku tak menyangka Mr. X memasukan seorang mantan pembunuh bayaran ke dalam tim!" Ivy tak habis pikir, terlihat jelas bagaimana ia begitu syok dengan fakta yang baru saja didapat.

"Tapi Minseok bilang kalau di antara kalian adalah orang-orang terlatih." Alea mulai merasa sangsi.

"Harus diakui bahwa seorang pembunuh bayaran merupakan bagian dari orang terlatih itu, Alea." Cass berujar yang disetujui oleh Elis dengan sebuah gestur tangan.

"Aku pikir orang terlatih itu adalah seorang agen, detektif atau mantan polisi dan tentara."

"Adrian pernah menjadi seorang bodyguard andalan salah satu perusahaan keamanan terbesar di China yang diseleksi dengan ketat." Elis kembali angkat suara. "Ia juga merupakan salah satu orang yang paling diandalkan di dalam tim. Kemampuannya dalam menyamar, menggunakan senjata dan bertarung dengan tangan kosong termasuk yang paling baik di sini."

"Bagaimana kau tahu soal masa lalunya?" Alea bertanya.

"Peter berkewarganegaraan China, sama seperti Adrian. Ia cukup mengenal sosok Adrian. Ia menceritakan kisah Adrian kepadaku dan juga Minseok."

"Kisah tentang Adrian yang membunuh kekasihnya sendiri di dalam program survival?" Cassandra memastikan.

Elis mengangguk mengiyakan, sementara Alea terhenyak karena baru mengetahui fakta lain dari Adrian.

"Membunuh kekasihnya? Yang benar saja?" Alea sama sekali tidak menutupi keterkejutan di dalam nada suaranya.

Cass menghela napas. "Maafkan aku Alea karena telah membiarkanmu dilatih oleh pria tidak punya hati seperti dia, tapi kau bersikeras untuk tetap dilatih olehnya."

Alea tidak dapat berkomentar banyak, masih separuh tidak percaya dengan pernyataan teman-temannya.

"Mengabaikan masa lalu Adrian, usahanya dalam melatih Alea terbukti berhasil." Elis berpendapat.

Ivy mendongak, menatap foto timnya yang terpajang di dinding ruang serba guna. Di sana mereka semua tersenyum dengan begitu indahnya karena baru saja mengungkap kasus sindikat penipuan yang mengatasnamakan Tel. Inc, sebuah perusahaan telekomunikasi terbesar. Hanya Adrian yang berekspresi datar.

"Sesuatu pasti telah terjadi padanya," simpul Ivy.

"Maksudmu?" tanya Cassandra dengan heran.

"Kita tidak pernah mengetahui detail kehidupannya di masa lalu bukan? Kita tidak berhak menghakiminya."

Alea tenggelam dalam lamunannya. Di dalam hati ia menyetujui pendapat Ivy, karena menurutnya jika Adrian benar-benar tidak mempunyai hati, tentunya Adrian tidak akan repot-repot melatihnya secara bertahap seperti ini.

"Baiklah, kita tutup topik mengenai Adrian, dan melanjutkan diskusi mengenai siapa yang pergi ke Kangwun Land." Elis mengubah topik pembicaraan.

Menurut Adrian para pembunuh bayaran itu berbasis di salah satu kawasan hiburan yang berkedok kasino dan juga hotel, yaitu Kangwun Land. Beberapa transaksi dimulai dari sana, sehingga mereka harus pergi ke sana guna menyelidiki lebih jauh mengenai kasus ini.

Adrian sendiri tidak pernah mengetahui dengan pasti siapa atasannya selama ia berada di dalam organisasi tersebut. Menurutnya ada sebuah kamar di hotel yang akan disewa secara acak setiap hendak menjalankan misi, dan mereka akan mendapatkan info mengenai target dan juga skenario pembunuhan yang harus dilakukan di dalam sebuah amplop berwarna merah.

Mereka akan mendapatkan kunci kamar tersebut melalui sebuah permainan kasino. Jika ada seseorang yang memiliki tato yang sama seperti yang ada di tangan Lay memenangkan permainan, maka kartu kamar tersebut akan diselipkan di sela hadiah yang didapat.

"Tidakkah misi ini terlalu beresiko bagi Adrian?" tanya Ivy. "Bagaimana pun juga ia pernah menjadi bagian di dalamnya, orang-orang pasti akan mengenal wajahnya dengan mudah. Belum lagi kita tidak tahu bagaimana Adrian keluar dari tempat itu sebelumnya. Apakah leader tidak memperhitungkan hal itu?"

"Kurasa Luke sudah berpikir jauh ke sana," jawab Elis.

Cass mengangguk, di antara mereka Elis merupakan salah satu yang paling dekat dengan sang ketua, karena ia pernah memergoki keduanya sedang berciuman di ruangan serba guna ini. Entah bagaimana hubungan keduanya di balik layar pekerjaan mereka sebagai seorang agen, namun di hadapan semuanya mereka bersikap professional.

"Baiklah, kalau begitu aku yang akan pergi ke Kangwun Land," ujar Ivy.

Cassandra mengangguk. "Aku akan menemanimu bersama dengan Will."

Ivy terkekeh pelan. "Aku berani menjamin seratus persen jika Martin akan menggatin jobdesk milik Will di sana setelah tahu bahwa kau yang akan pergi, Cass."

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Martin menyimpaan perasaan lebih terhadap Cassandra. Bahkan ia sering menunjukkannya secara gambling. Namun Cassandra tidak pernah menggubrisnya, karena sesungguhnya hatinya sudah terisi oleh orang lain.

"Alea, bagaimana denganmu?" tanya Elis yang membuat Alea kembali pada kesadarannya.

"Ah, aku?" jawab Alea kikuk. "Um, mungkin aku akan mengobservasi hotelnya bersama Daniel."

***

Pukul sepuluh pagi keesokan harinya Alea kembali menginjakkan kakinya di ruang latihan, di sana Adrian sudah menunggunya seperti biasa.

"Kudengar kau akan ikut di misi kali ini," tanya Adrian sebagai ganti kalimat sapaan.

Alea mengangguk. "Tidak mungkin aku hanya berdiam diri terus di markas bukan?"

"Baiklah, kita lihat hari ini."

Adrian segera memadamkan lampu dan dalam kecepatan sekejap kilat sudah melangkah mendekati Alea. Alea yang instingnya kini sudah terlatih di dalam gelap pun segera menghindar. Ia melakukan beberapa teknik bela diri dengan tangan kosong.

Setelah mengetahui mengenai masa lalu Adrian, kini Alea memandang pria itu dengan sedikit berbeda. Entah mengapa ada bagian kecil dari hatinya yang merasa kecewa. Alea selama ini melihat sosok Adrian sebagai sosok laki-laki yang baik, karena meski kata-katanya setajam pisau, ia tidak pernah benar-benar melukai Alea selain dari latihan pertamanya.

Suara pisau yang terjatuh ke lantai membuat keduanya menghentikan pergerakkan. Setelah pergulatan yang cukup sengit, Alea telah berhasil menjatuhkan pisau dari tangan Adrian, yang berarti bahwa ia telah mengatasi ketakutannya sepenuhnya. Perjuangan yang tidak sia-sia.

Adrian kemudian menyalakan lampu ruangan, kemudian ia berucap, "Selamat, kau telah memenangkan pertarungan dengan dirimu sendiri."

Alis Alea berkerut, tidak mengerti dengan ucapan Adrian. "Ketakutan itu berasal dari pikiran, dan pikiran itu hanya kau yang bisa mengaturnya. Selama ini kau hanya bertarung dengan dirimu sendiri, bukan aku."

Alea kemudian mengangguk, ia paham maksud dari kalimat Adrian barusan. Lalu batinnya bertanya, mungkinkah pria ini benar-benar tega menjadi seorang pembunuh bayaran?

"Baiklah, kalau begitu latihan ini kunyatakan selesai," ucap Adrian seraya beranjak pergi.

Pikiran Alea buyar saat melihat tetesan darah yang turun ke lantai ruang latihan. Dan itu berasal dari tangan Adrian. "Tunggu!" cegah Alea.

Alea kemudian menarik tangan Adrian yang terluka. Sepertinya akibat pertarungan mereka tadi. "Tangan kamu terluka."

Adrian menarik kembali tangannya. "Hanya luka kecil," ujarnya remeh.

"Luka sekecil apa pun tidak boleh diremehkan, kita tidak tau apa saja yang bisa saja terjadi akibat luka itu!" sungut Alea kesal. Kemudian ia menarik Adrian untuk keluar dari ruang latihan menuju ruang serba guna. Ia kemudian menyiapkan peralatan membersihkan luka dan juga balutan untuk menutup luka milik Adrian.

Adrian hanya pasrah menerima segala perlakuan Alea, ia mengerti jika perempuan tidak dituruti maka urusan akan semakin panjang.

Alea membersihkan luka di tangan Adrian dengan saksama. Kemudian ia membalutnya dengan gulungan kasa steril yang terdapat di kotak P3K ruangan. "Jangan pernah meremehkan luka sekecil apa pun lagi," ujar Alea menasihati. Kalimat itu membuat pikiran Adrian melayang ke masa lalu.

Kau juga pernah mengatakan hal yang sama kepadaku, Iris. Tapi kenapa?

Olvasás folytatása

You'll Also Like

282K 30.9K 33
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
194K 19.4K 40
Seorang ibu yang kehilangan anak semata wayang nya dan sangat rindu dengan panggilan "bunda" untuk dirinya Selengkapnya bisa kalian baca aja ya luuvv...
936K 76.9K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
51.8K 4.8K 31
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...