Happiness [SELESAI] ✔

Da AM_Sel

2.3M 265K 44.9K

Lo itu makhluk terindah yang pernah gue temui. Lo makhluk terkuat di hidup gue. Tapi, lo juga makhluk terapuh... Altro

• 0 •
• 1 •
• 2 •
• 3 •
• 4 •
• 5 •
• 6 •
• 7 •
• 8 •
• 9 •
• 10 •
• 11 •
• 12 •
• 13 •
• 14 •
• 15 •
• 16 •
• 17 •
• 18 •
• 19 •
• 20 •
• 21 •
• 22 •
• 23 •
• 24 •
• 25 •
• 26 •
• 27 •
• 28 •
• 29 •
• 30 •
• 31 •
• 32 •
• 33•
• 34 •
• 35 •
• 36 •
• 38 •
• 39 •
Special : Poppy
Bonus +
❤ Cuap-Cuap Sellin ❤
Bonus ++
Bonus +++
ff
Bonus ++++
Bonus singkat karena rindu
Special
Special (2)
Bonus +++++
Bonus ++++++
Happy Birthday! and a little spoiler to you guys

• 37 •

41K 4.6K 755
Da AM_Sel

El mengutak atik ponsel barunya. Sedikit kesusahan karena tidak terbiasa dengan satu tangan. Dia sendirian lagi di rumah. Poppy minggat ke rumah betinanya di sebelah, dan mungkin kucing itu sedang lupa ingatan jalan menuju pulang. Lihat saja nanti, tidak akan El biarkan dia masuk ke rumah lagi.

Hal yang El tau dari ponsel persegi ini, hanyalah cara untuk menelpon dan mengirim pesan. Dia tau, ponsel ini bisa mengakses internet. Tapi, caranya bagaimana?

Pada akhirnya, benda persegi itu tergeletak tak berguna di atas meja depan tv. Percuma saja namanya smartphone kalau yang memakai tidak mengerti apa-apa.

Ia segera mengganti chanel tv tersebut. Siang-siang begini, biasanya ia habiskan dengan menonton acara gosip di salah satu saluran. Walaupun sebenarnya dia tidak tau faedah menonton itu apa, tapi yah setidaknya acara itu tidak membuatnya bosan bukan main di sini.

Lalu, tiba-tiba pintu rumah mereka diketuk. El mengerutkan dahinya. Tidak mungkin Vano atau Jeje pulang, terus ngetuk pintu rumah sendiri. Karena biasanya mereka langsung nyelonong masuk. Kalo Suchart juga tidak mungkin, karena anak itu pasti sudah kedengaran hebohnya biarpun dari halaman rumah.

Siapa?

El pun segera beranjak dari duduknya dan mengintip lewat jendela di ruang tamu. Beberapa pemuda dan pemudi berseragam sekolah, berdiri di depan pintu. El ingat salah satu wajah mereka. Itu teman Alvano. Tapi, Alvanonya mana?

"Permisi!" Dan pintu diketuk lagi.

Di sini, El mulai ragu. Buka tidak ya? Lagian, mereka mau ngapain ke sini? Orang rumahnya aja belum pulang. Tapi, kenapa mereka sudah pulang, sementara Vano belum?

"Coba telpon si Vano. Bilang rumahnya kosong, gitu," ujar pemuda yang mengetuk pintu tadi.

El menggaruk pelipisnya ragu. Lalu, memegang kenop pintu, dan membukanya sedikit. Sedikiiiiiit sekali. Hanya sebelah matanya saja yang bisa terlihat dari luar.

Teman Alvano yang berada di depan pintu, sontak terperanjat kaget.

"Anjir, jantungan gue," gerutunya sambil mengelus dada, "Gue kira apaan mata doang yang muncul."

"Ada perlu apa?" tanya El.

"Erm.. gini, kami semua ini teman Alvano. Dan kedatangan kami ke sini, untuk kerja kelompok. Nah, Alvano tadi masih di sekolah. Dia nyuruh kami untuk duluan ke sini."

El tidak membalas. Matanya mengerjap. Lalu, dengan perlahan kakinya melangkah mundur agar pintu bisa dibuka lebih lebar.

"Masuk," ujar El.

"M-makasih."

Pemuda itu menggaruk belakang kepalanya, "Adiknya Vano?" tanyanya.

El mendelik.

"E-eh, bukan ya?"

Tanpa membalas perkataan teman Alvano itu, El berbalik dan melangkah menuju ruang keluarga yang memang satu ruangan dengan ruang tamu.

"Duduk aja," ujar El tanpa menoleh.

"O-oh iya."

Si kecil itu kembali duduk dan mengganti chanel tv lagi. Tidak mau ketahuan bahwa dia sedang menonton acara gosip.

Ia tidak memedulikan grasak-grusuk teman-teman Alvano dibelakangnya. Entah meributkan hal apa, ia juga tidak mengerti.

Lalu, suara motor Alvano terdengar. Tak lama setelah itu, pemuda tinggi itu pun muncul. El hanya menatapnya dalam diam dari sofa ruang keluarga. Vano sendiri pun hanya membalas dengan senyuman padanya. Lalu, di belakang si tinggi itu, muncul seorang pemudi berambut ekor kuda.

Sebelah alis El naik ke atas. Tangan perempuan itu melingkar di lengan kiri Vano.

Sekali lagi.

Tangan. Perempuan. Itu. Melingkar. Di. Lengan. Kiri. Vano.

Jelas?

Kedua mata El menyipit tak senang. Apa-apaan itu? Sejak kapan lengan Vano bisa dipeluk-peluk oleh sembarang orang?

Alvano, yang mungkin sadar akan tatapan laser maut dari El, mencoba untuk melepas tangan putih itu dari lengannya. Setelah lepas, ia langsung melangkah mendekati teman-temannya yang lain. Tidak membiarkan perempuan itu untuk kembali memeluknya lagi.

Dan pada akhirnya, tv yang berada di depan El diabaikan oleh si kecil itu. Ia lebih tertarik untuk melihat kumpulan pelajar yang tengah mengerjakan tugas kelompok di ruang tamu. Lebih tepatnya, ia sibuk mengirim tatapan tajam yang menusuk kepada perempuan berambut ekor kuda yang terlihat gatal sekali, hingga membuatnya geram ingin menggaruk perempuan itu.

Tapi sayangnya, yang dikirimi tatapan tajam tak sadar diri. Dan yang menerima dampak dari tatapan itu adalah teman-teman Vano yang lain. Membuat mereka menyikut-nyikut pelan Alvano karena merasa tak nyaman.

"Kami ngelakuin hal yang salah?" tanya salah seorang dari mereka dengan pelan.

Vano menghela napas, "Enggak kok. Enggak. Bentar, ya."

Si tinggi itu pun beranjak dari duduknya dan menghampiri El. Tangan kirinya bertumpu pada sandaran sofa, sementara tangan kanannya menyentuh pelan rambut cokelat El.

"Udah makan?" tanya Vano.

"Belum."

Pantes aja sensian, batinnya, "Mau makan apa? Gue beliin."

El berdecak, "Ngga mau."

"Lho?"

"Temen-temen lo usir dulu." Lebih tepatnya, yang perempuan itu! Yang gatal itu!

"Memangnya kenapa? Kenapa harus usir? Ngga sopan loh El, ngusir tamu."

"Gue ngga suka."

"Ngga suka kenapa?"

El berdecak lagi, "Lo banyak tanya, ah! Balik sana, ke tempat temen-temen lo," gerutunya.

Alvano tak membalas. Ia menatap El dalam diam. Lalu, menyentil dahi si kecil itu.

"Eh, si bangsat," gerutu El sambil menutup dahinya yang tadi disentil, "Ngajak berantem?"

"Jangan natap mereka begitu lagi. Nih, gue suruh mereka pergi. Oke?"

El tak sempat membalas, karena didetik berikutnya, Vano sudah berbalik menuju teman-temannya tersebut. Si tinggi itu kasihan dengan teman-temannya yang dipelototi, tapi tidak salah apa-apa.

"Kita ngerjain ini, ganti hari aja gimana?" tawar Vano, "Weekend kalo bisa. Jadi, waktunya panjang dan bisa langsung selesai. Sekarang, kita bagi-bagi tugas aja dulu. Jadi, pas ketemu nanti tinggal digabungin. Kalian pasti capek kan, pulang sekolah langsung ngerjain ini."

"Boleh juga sih. Ini juga, perbagiannya pas dengan jumlah anggota kita. Jadi, tiap orang dapet."

Vano mengangguk. Mereka pun segera membagi tugas tersebut. El tetap mengawasi dengan tajam. Apalagi saat matanya terarah ke perempuan itu, ketajaman dari tatapan tersebut meningkat pesat.

"Adek lo nyeremin, Van," gerutu pemuda di sebelah Vano.

"Sori. Gue udah bilangin padahal, jangan natapin orang kek gitu. Dan dia bukan adek gue."

"Iya sih, kalian memang ngga mirip. Dia blasteran, kan? Matanya biru."

Vano hanya mengangguk sebagai jawaban. Tugas-tugas itu pun terbagi rata. Mereka memutuskan untuk bertemu lagi dihari Sabtu.

"Gue pamit ya, Van. Mau bogan dulu," ujar salah satu dari mereka.

"Dih, jijikin lo!"

"Biarin, wek!"

"Gue pamit juga, Van."

Mereka semua undur diri untuk pulang. Vano mengangguk dan berdiri, "Sori ya, gue lupa ngasih minum."

"Gapapa elah. Kek sama siapa aja lo. Kalo haus, kita bisa minta sendiri tadi."

Si tinggi itu mengantar teman-temannya keluar dari rumah.

"Hati-hati, weh!" seru Vano. Mereka hanya membalas dengan memberikan jempol.

Oke. Teman-teman Alvano pulang. Tapi, raut wajah El tetap menekuk, bahkan mungkin lebih kusut lagi.

Kenapa si gatal itu tidak ikut pulang?!

Dia malah masih duduk dan asik bersolek dengan cermin kecil yang ia bawa di tas.

"Bi, balik sekarang ga?"

Bi? Namanya 'Bi' apa? Babi? Dan kenapa pula Vano menawarinya untuk pulang?! Seharusnya kan dia memang harus pulang!

"Iya, sekarang aja deh."

Vano mengangguk, dan segera mengambil kunci motornya. Lalu, ia berbalik menatap El, "Gue anterin dia pulang dulu, ya. Abis itu baru kita keluar cari makan."

Apa?! Kenapa harus Vano yang nganter pulang?! Kenapa bukan salah satu dari teman-temannya yang tadi saja?! Memangnya dia siapa pake dianter segala?! Kan sekarang banyak ojek online! Diberdayakan dong mereka! Memangnya Vano calon abang ojek online apa?!

"Ikut," El mematikan tv yang dari tadi terabaikan dan beranjak dari duduknya.

Dahi Vano mengerut, "Ngga usah. Bentar doang kok. Rumahnya ngga jauh. Abis itu kita langsung pergi."

"Ikut," ujar El keras kepala.

"Ngga cukup, El. Lo mau duduk di mana?"

"Ya di tengah!"

"Ngga bisa. Dia pake rok."

"Duduk di depan aja gimana? Badannya kan kecil," perempuan itu buka suara.

Vano menghela napas dan berkacak pinggang melihat El yang tengah mencebik, "Ikut terus duduk di depan, atau ngga ikut?"

"Ikut."

"Yodah, ayo."

Pintu rumah dikunci. Vano naik ke atas motornya dan memakai helm. Perempuan itu naik terlebih dahulu di belakang, dan duduk menyamping. El masih mencebik.

"Ayo, sini naik," ujar Vano sambil mengulurkan tangannya. Dengan sebal, El mendekati motor itu, dan masuk ke sela antara Vano dan stang motor.

"Sempit!" seru El.

"Makanya, kan udah dibilang jangan ikut," ujar Vano.

"Mundur duduknya!" seru El keras kepala.

Vano menghela napas dan menoleh, "Bi, munduran lagi."

Perempuan itu menggeser duduknya dengan susah payah. Setelah itu, Vano ikut mundur. Dan El baru bisa duduk sedikit.

Kali ini, El menoleh menatap perempuan tersebut, "Ngga bisa mundur lagi, Mbak?" tanyanya sinis.

"Bentar ya, Dek. Ini lagi diusahain."

"Jangan sampe ujung sekali. Ntar lo jatoh, gue yang kena," gerutu Vano.

Perempuan itu tertawa pelan, "Enggak kok. Enggak."

Setelah mengatur posisi duduk mereka sedemikian rupa. El tetap hanya bisa duduk sedikit di depan. Kedua kakinya harus menekuk juga. Lalu, motor pun dinyalakan dan mereka segera berangkat.

"Vano, gue ngga suka posisi gini," gerutu El, "Kaki gue pegal."

"Ya ditahan bentar. Rumahnya ngga jauh kok."

"Kalo ngga jauh kenapa ngga suruh jalan aja?"

Tangan kiri Vano yang memegang stang, sontak menutup mulut El, "Sstt! Mulutnya," bisik si tinggi itu.

Rumah perempuan itu memang tidak jauh. Tapi, ya lumayan juga bagi kaki El. Harus bertahan menekuk seperti itu hingga beberapa menit kedepan.

"Masih lama?"

"Bentar lagi sampe. El jangan gerak-gerak."

"Pegaaal~"

Dan akhirnya, mereka berhenti di depan sebuah rumah berpagar. Perempuan itu turun, begitu pula dengan El yang langsung keluar dari kungkungan Alvano dan meregangkan kakinya.

"Mau mampir dulu?" tawar perempuan tersebut.

"Ngga," El menjawab ketus.

"Dah dah, El naik," Vano menyela agar El tidak semakin menyalak di sana.

Dengan menggerutu, pemuda berambut cokelat itu naik ke boncengan belakang.

"Kami pergi dulu ya, Bi," pamit Vano.

"Sip. Tiati!"

Dan motor itu kembali melaju.

"Jangan deket-deket sama dia lagi!" seru El sambil menyandarkan dahinya di punggung Vano. Sementara yang disandari, tersenyum.

"Kenapa?" tanya Vano.

"Gue ngga suka!"

"Ngga suka kenapa?"

"Tau ah! Gelap!"

Vano tertawa, "Duh, imutnya yang lagi cemburu~"

"Tau ah! Gelap!"

Vano tertawa lagi.

Tbc.

Ada fanart dari dua orang nich wkwkwk

Yang pertama dari @manusi150cm


Yang kedua dari @PandhuPalenjawi

Saya baru sadar, itu dileher sebelah kirinya kok kek ada bitemark wakakakak doh mesom

Makasih ya kalian berdua 😘😘

Edisi curhatan saya:

Akhirnya, saya merantau ke pulau orang untuk menimba ilmu dijenjang yang lebih tinggi dari Sekolah Menengah Atas. Baru lima hari ditinggal pulang oleh orang tua, saya udah kangen rumah, kangen mereka, kangen si Adek yang menyebalkan. Ma, doain anakmu ini ya. Doain anakmu ini yang tidak bisa memasak, tidak bisa menyuci, tidak bisa apa-apa agar bisa bertahan hidup hingga tiga setengah tahun atau empat tahun yang akan datang :')

Semoga ngga mati karena keracunan makanan basi atau makanan yang masih mentah. Aamiin.

Teman-teman pembaca, doain saya agar berumur panjang ya.

Mulai sekarang, kalo saya ngga update-update dan ngga ngasi kabar, mungkin saya keracunan lol :'v

Continua a leggere

Ti piacerà anche

211K 8.1K 19
JUDUL AWAL: MY POSSESSIVE HUSBAND *** Arka itu orangnya keras kepala, pemaksa, cemburuan dan possessive parah. Aurel sampai geleng geleng kepala dan...
2.5M 38K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
475K 51.5K 17
Renaro Bramansyah kena dare buat naklukin cowok aseksual super cuek yang ngebetein abis di kelasnya. Yah, lantaran kalo dia kalah predikat playboynya...
19.7K 1.1K 6
[Follow Dulu bagi yang berkenan, aku ngarepin vote komennya jugak ehehe..tapi gak maksa kok, yang penting kalean enjoy bacanya] Pagi hari yang cukup...