Beauty of Possession (REPOST...

Von ruthwidajaja

6.1M 194K 5.7K

Hunter Presscot, the most wanted bachelor meminta bantuan Audrey Kosasih seorang pianis muda untuk menjadi tu... Mehr

SINOPSIS
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
FIRST MEETING (HUNTER'S POV)
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
A NEW FEELING (HUNTER'S POV)
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
GOODBYE (HUNTER'S POV)
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
THE PAST, PART I (UNKNOWN'S POV)
THE PAST PART II, (UNKNOW'S POV)
THE PAST PART III (UNKNOWN'S POV)
CHAPTER 43
GREEN EYED GIRL PART I (HUNTER'S POV)
GREEN EYED GIRL PART II (HUNTER'S POV)
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
CHAPTER 49
CHAPTER 50
CHAPTER 51
EPILOG
SPECIAL CHAPTER (HUNTER'S POV)

CHAPTER 34

98.6K 3.6K 86
Von ruthwidajaja

"Ya, ini abuelamu!" ujarnya dengan jengkel. "Kecuali kau sudah lupa jika kau masih memiliki seorang abuela."

"Abuela. I'm sorry," ujakku berbisik kepadanya.

"Puto nieto," ujar oma menggunakan bahasa Spanyol. Aku berusaha keras tidak tersenyum ketika sadar apa artinya perkataan oma (puto nieto = cucu sialan).

"Abuela.. Sudah kubilang maafkan Audrey."

"Bahkan kau tidak memberi tahu abuela mu sendiri, jika cucu abuela ternyata sudah bertungan dengan seorang pria," ujarnya dengan nada kecewa.

"Abuela. Pertunangan kami berlangsung tiba – tiba. Lo siento" (lo siento = maaf)

"Sangat menyakitkan karena harus mengetahui kabar itu setelah seorang tetangga yan memberitahu informasi itu."

"Oke. Audrey tahu kalau abuela sangat kecewa sama Audrey. Jadi, Audrey akan memberikan apa saja yang abuela inginkan," ujarku menyerah. Hanya ini satu–satunya cara yang bisa membuat abuela berhenti untuk mengomel.

"¿De Verdad? Kau akan benar – benar mengabulkan apa saja yang oma inginkan?" tanyanya dengan nada girang ("¿De Verdad? = benarkah).

"Si (si = iya)."

"Sebentar lagi sudah tahun baru. Abuela ingin kamu dan tunanganmu datang ke Madrid." Aku membeku mendengar permintaan abuela. Bagaimana bisa aku datang bersama dengan Hunter jika sekarang saja hubungan kami berada di ujung jurang? "Audrey?"

"Ya, abuela?"

"Apa kau baik–baik saja?"

"." Aku menghembuskan nafas panjang, tidak ingin membuat oma kecewa. "Aku dan Hunter akan meluangkan waktu untuk mengunjungi abuela di Madrid."

"Bagus. Karena abuela sudah sangat merindukanmu setalah kau dengan baik hatinya tidak mengunjungi abuela selama dua tahun terakhir. Di umur abuela yang sudah tua, abuela tidak tahu lagi kapan waktu abuela berakhir."

"Abuela ... jangan bilang seperti itu."

"Audrey. Walaupun, abuela bukan abuela kandungmu tapi kamu harus tahu kalau abuela sangat menyayangi kamu seperti layaknya cucu abuela sendiri." Tidak beberapa lama kemudian terdengar sebuah suara di telepon. "Espera un munito!" teriak abuela (espera un munito = tunggu sebentar). "Jadi, Audrey. Abuela tunggu kabarmu"

"Baik, abuela. Jaga diri abuela baik–baik."

"Tentu. Tentu saja. Bye."

"Bye."

*******

Oke. Aku berusaha memutar otakku untuk mencari cara bagaimana agar aku bisa berbaikan dengan Hunter. No. No. No. Aku ingin Hunter menceritakan rahasia kali ini jadi, aku harus berusaha untuk menahan diri. Aku sudah lelah dengan teka teki yang Hunter sembunyikan dariku. Aku butuh sedikit penjelasan yang bisa membuatku tahu tentang siapa dirinya.

Sebuah gedoran di pintu apartemenku membuatku beranjak dari kursiku dan melihat dari lubang pintu. Aku membukanya dan menemukan Anna berdiri di depan pintu apartemenku.

"Anna, kupikir kau sudah tahu apa yang Hunter katakan tadi siang. Aku tidak ada hubungannya dengan masalahmu dan Hunter," ujarku langsung kepadanya. "Aku lelah karena kau terus mengejarku seperti aku adalah seorang penjahat."

"Audrey. Apa kau tidak penasaran apa yang dilakukannya kepada adikku? Aku bisa menceritakannya kepadamu."

"Ya dan tidak." Aku mendekap tanganku di dadaku dan menatap Anna dengan tatapan tajam. "Ya, aku sangat penasaran apa yang terjadi di antara kalian berdua. Tidak karena aku ingin cerita itu keluar dari mulut Hunter sendiri bukan dari orang lain."

Anna tampak tercengang mendengar jawabanku. "Kau benar–benar mencintainya?" tanyanya masih dengan wajah tercengang.

"Tentu saja. I love him with all my heart."

Wajah Anna tampak kasihan menatapku. "Kau jatuh cinta dengan orang yang salah, Audrey. Dia tidak sesempurna penampilannya.

"Anna. I knew he was a jerk. Arrogant. Selfish. Stupid playboy. And has a mass past. But, I love him. Okay?"

"Audrey. I'm sorry."

"Excuse me?"

"Sorry. Aku harus membuat hidupmu sengsara karena kau menolak menjauhi Hunter Presscot." Anna menatapku dengan wajah meminta maaf. "Tapi kau juga kunciku untuk membuat Presscot sengsara. Sekali lagi maafkan aku." Lalu, dia pergi meninggalkanku yang mematung sendirian di depan pintu apartemen menatap kepergiannya.

*******

"Audrey. Apa maksudmu dengan ini?" tanya Hunter menerobos pintu apartemenku dengan marah.

"Well. Hello? Good morning?" ujarku dengan santai sambil meminum green teaku. Aku tidak repot bertanya kepadanya bagaimana cara dia masuk ke dalam apartemenku tanpa memiliki kunci. "Tea?"

"Audrey, ini bukan saatnya untuk menawariku secangkir the," ujarnya dengan marah. "Apa ini? Apa maksudmu kau memesan tiket untuk ke Madrid?"

Aku sudah menduga kalau dia selalu menstalking seluruh rekeningku dan memonitori apa pun yang kulakukan. Oke. Sehabis ini aku akan mengecek apakah ada kamera tersembunyi di dalam kamarku dan apakah ada penyadap di teleponku? Hunter Presscot sungguh membuatku sibuk.

"Ehm. Bertemu dengan abuelaku?" Hunter membeku mendengar jawabanku. Rupanya dia sama sekali tidak menyangka dengan jawabanku. Dengan santai, aku mengambil tasku dan berjalan keluar dari apartemenku. "Kunci kembali apartemenku, Presscot jika kau sudah selesai di dalam sana."

Aku masuk ke dalam elevator dan memencet lantai lobi ketika aku melihat Hunter juga ikut ke dalam elevator. Kami berdua diam dalam keheningan yang sangat canggung. Aku dapat merasakan tatapan Hunter kepadaku tapi aku berusaha keras untuk tidak balik menatapnya. Ketika lantai mencapai lobi, aku segera keluar dan berjalan menuju basement.

Hunter menghentikan langkahku dan menatapku. "Aku akan mengatarnmu ke kampus."

"Tidak." Aku menjawabnya dengan cepat dan berusaha melepaskan diri darinya, tapi Hunter menghalangi langkahku. "Apa yang kau inginkan?"

"Kita harus membicarakannya."

"Kita akan membicarakannya jika kau sudah memberiku jawaban atas pertanyaanku."

"Audrey. Sudah kubilang, kau harus bersabar denganku," mohonnya.

"Hunter. Aku akan bersabar, tapi aku tidak bisa berjalan dalam kegelapan dan tanpa status hubungan," semburku kepadanya. "Aku lelah dengan semua pertengkaran kita. Aku lelah selalu menjadi pihak yang harus bersabar. Aku lelah dengan semua rahasiamu. Kau tidak pernah berusaha untuk membuka dirimu kepadaku bahkan aku sudah menceritakan semua rahasiaku kepadamu – berharap kau bisa membuka dirimu kepadaku. Apa yang harus kulakukan lagi? Jawab aku!"

Hunter terdiam menatapku dengan nanar. "Bersabarlah. I try. I try. Okay!"

"Kadang, aku berpikir apakah sebenarnya kita berdua tidak cocok? Apakah seharusnya kita memang tidak ditakdirkan bersama? Apakah kita terlalu memaksa untuk bersama?" Aku menatapnya dengan sedih. "Please, Hunter. Buat aku berpikiran positif dengan hubungan ini."

"Jangan katakan itu. Kita ditakdirkan untuk bersama," ujarnya dengan pandangan memohon. "Kita bukan pasangan kekasih."

Aku memejamkan mataku berusha menahan tangisanku. "I know. Kau tidak perlu..."

"Kau adalah tunanganku," ujarnya memutuskan perkataanku. "Dari awal aku mencarimu – aku sudah tahu dengan status hubungan kita. Sepasang kekasih? Hubungan itu terlalu..."

"Tidak berarti? Kurang menggambarkan hubungan kita?" tanyaku menatapnya dengan lelah.

Hunter mengangguk. "Kau adalah tunanganku dan aku berniat untuk menikahimu suatu hari nanti. Kau harus mempercayaiku. Aku belum siap untuk menceritakan rahasiaku."

"Hunter. Aku menghargai keputusan yang kau ambil tentang status hubungan kita. Kau tidak tahu betapa hatiku gembira ketika mendengar kau mengatakan kalau aku adalah tunanganmu." Aku tersenyum sedikit. "Tapi, aku tidak bisa terus menerus menjalani hubungan kita dalam kegelapan. Aku memberimu waktu maksimal satu minggu untukmu menceritakan apa hubunganmu dengan Anna."

"Audrey."

"Dan, siapkan pakaianmu kita akan berangkat ke Madrid dua hari lagi." Hunter menatapku seolah–olah aku adalah alien. "Kau beruntung karena abuelaku ingin melihat wajah tunanganku. Dan aku akan mengadakan genjatan senjata denganmu untuk tidak mengecewakan abuela."

"Tapi, kau mengatakan kau tidak memiliki keluarga lagi selain Kate," ujarnya dengan bingung.

"Sayangnya, dia bukan keluarga sedarahku. Abuela Soraya adalah mantan pengasuh mom yang sudah kuanggap seperti abuelaku sendiri. Kau telah diselamatkan oleh abuela kalau abuela tidak meneleponku, aku bersumpah tidak akan berbicara denganmu hingga kau mau menceritakan tentang masa lalumu."

"Dan sampai keberangkatan kita dua hari lagi, jangan menampakan wajahmu di depanku Presscot!" ujarku bersungguh–sungguh kepadanya. "Jika sampai kau memperlihatkan wajahmu di depanku. Aku bersumpah akan mengubah keputusanku yang akan merugikanmu. Dan aku akan menyetir mobilku sendiri hari ini. Jangan ikuti aku!"

*******

Aku memegang handphoneku dengan perasaan galau yang melanda. Telepon atau tidak. Tidak. Kau yang bilang sendiri kepadanya untuk tidak menggangguku sampai keberangkatan kami ke Madrid dan ini baru setengah hari berlalu sejak terakhir kali aku bertemu dengan Hunter di tempat parkiran. Aku sudah sangat merindukannya. Sangat merindukan Hunter Presscot.

Suasana di apartemen sangat sepi. Alexa sedang asyik pergi berkencan dengan Henry. Lagi? Tadi, aku menawarkan untuk menjaga Aurely – maksudku, agar aku tidak sendirian di apartemen ini. Tapi, sayangnya Henry ingin menghabiskan waktu dengan dua bidadarinya. Iyuks? Henry mengajakku ikut bergabung dalam acara mereka. Tentu saja, aku menolaknya. Aku tidak ingin menjadi lalat pengganggu di acara keluarga mereka.

Beberapa waktu lalu, aku mendapatkan ide untuk menelepon Ryan dan menyuruhnya untuk menemaniku di sini – tapi, seketika itu aku langsung teringat kalau hubunganku dengan Ryan belum membaik. Jelas, ini pertengkaran terlama kami yaitu lebih dari satu minggu kami tidak berbicara satu sama lain.

Frustasi? Jelas. Tapi, aku menolak untuk mengalah darinya. Sifat keras kepalaku ini memang selalu menjadi kelemahan utamaku. Tapi, apa yang harus kulakukan kalau egoku lebih menang daripada kata hatiku.

Dan beberapa saat kemudian, aku menemukan ide untuk mencari informasi tentang seseorang. Aku membuka laptopku dan mengetik nama Anna Throne di google. Tidak beberapa lama kemudian, muncul berbagai artikel tentang seorang Anna. Aku membuka satu persatu link dan membacanya dengan serius. Aku mencari fotonya bersama dengan seseorang dan aku menemukan seorang wanita tua yang kuduga adalah ibunya.

Kesimpulan yang kudapat setelah membaca segala informasi tentangnya di internet adalah Anna Throne adalah seorang model terkenal di usianya yang masih menginjak dua puluh empat tahun. Dia memulai karier modelnya sejak berumur delapan belas tahun. Dia cantik, pintar dan merupakan model baik– baik dalam artian tidak pernah melakukan pelanggaran.

Kedua orang tuanya telah berpisah sejak Anna masih berumur dua belas tahun. Ayahnya adalah seorang pengusaha minyak dan ibunya adalah seorang ahli kejiwaan. Selama ini, Anna tinggal bersama ayahnya dan adik Anna yang bernama Ava tinggal bersama ibunya di Indonesia. Bukankah Anna bilang kalau Hunter memiliki masalah dengan adiknya, Ava?

Anna pernah tinggal di Indonesia saat dia berumur empat tahun. Hmm. Pantas saja dia bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Setelah orang tuanya berpisah, Dominique – ibu Anna dan Ava tetap tinggal di Jakarta, sedangkan ayah Anna dan Anna pindah ke New York untuk meneruskan perusahaannya. Anna tinggal di New York sampai berusia lima belas tahun sebelum akhirnya pindah ke London.

Aku berusaha mencari segala informasi tentang Ava, tapi tidak ada informasi sama sekali tentangnya. Aku hanya mengetahui kalau Anna dan Ava berbeda dua tahun. Ava hanya wanita biasa, sehingga kehidupannya tidak terlalu disorot. Apa yang menjadi masalah Hunter Presscot, Anna Throne dan Ava Throne?

*******

Aku menatap kalenderku dan terkejut melihat tanggal hari ini. Bagaimana bisa aku melupakan hari ulang tahun Hunter yang akan segera datang dalam waktu kurang dari seminggu. Aku segera memikirkan hadiah apa yang akan ku berikan kapadanya. Hunter sudah memiliki semuanya. Aku tidak memiliki ide sama sekali barang apa yang akan kuhadiahkan kepadanya. Segala barang yang kulihat di internet terasa sangat kurang dari apa yang diberikan Hunter kepadaku.

Hunter sudah memberiku kembang api tepat pukul dua belas malam, kalung yang sangat mahal, helikopter. Bagaimana aku bisa menyainginya dalam memberikan hadiah kepadanya? Segala sesuatu yang ada di otakku serasa mengatakan kurang setiap kali aku hendak memilih sebuah hadiah.

Aku harus memberikannya sesuatu yang akan Hunter ingat terus menerus dan tidak ada orang yang dapat mengalahkan hadiahku.

*******

Aku keluar dari mobilku dengan tubuh lelah setelah seharian penuh beraktivitas di kampus. Tapi, senyum di wajahku tidak bisa kuenyahkan. Rasa rindu yang begitu menggebu di hatiku begitu menyakitkan. Setidaknya, besok pagi aku sudah bisa melihat wajah tampannya.

Tapi aku harus berusaha mengingatkan diriku untuk tidak berdekatan dengannya nanti. Aku harus mengontrol tubuh dan pikiranku di dekatnya. Memang aku harus bersabar menghadapinya tapi bukan berati aku setuju untuk menunggunya terus menerus. Aku tahu mungkin aku keterlaluan karena mengancam Hunter, tapi inilah satu–satunya cara agar dia bisa membuka sedikit tetang masa lalunya.

Aku menyadari Hunter bisa menghadapi masa lalunya jika ada jarak diantara kami. Lihat saja, dia berhasil mengatasi traumanya atas rumah sakit jiwa setelah kami berpisah beberapa hari. Kuharap, keputusanku kali ini memang benar.

Aku masuk ke dalam elevator dan menekan lantai kamarku. Ketika aku sampai di depan kamar apartemenku – aku menemukan pintu apartemenku tidak terkunci. Padahal aku ingat kalau tadi siang sebelum berangkat ke kampus, aku mengunci pintuku.

Aku berusaha keras tidak memutar bola mataku. Sudah kuduga, Hunter tidak akan dapat bertahan untuk tidak menstalkingku. Alexa tidak berada di apartemen malam ini karena dia menginap di apartemen Henry, sedangkan Ryan dia sedang bertengkar denganku. Kemungkinan satu–satunya yang memiliki kunci apartemenku adalah Hunter.

Aku masuk ke dalam apartemenku dan menemukan ruang tamuku yang gelap dan rapi. "Hunter!" panggilku, hingga suaraku menggema. Jadi dia ingin bermain petak umpet? Oke, aku layanin dia.

Aku mengeluarkan handphone dari dalam tasku dan menekan nomer Hunter sambil berusaha keras untuk bersabar ketika mendengar nada tunggu. Pada nada dering ketiga Hunter menerima telepon dariku.

"Halo?" tanyanya dengan dingin.

"Bukankah aku sudah mengatakan kalau aku tidak ingin kau menstalkingku?" tanyaku dengan marah.

"Pardon?"

"Ha! Jangan pura–pura tidak tahu Presscot. Kau mendatangi apartemenku hari ini," ujarku dan memutuskan kemungkinan sekarang Hunter sudah tidak lagi berada di apartemenku ketika aku sama sekali tidak mendengar suaranya dari dalam apartemenku. Mungkin dia lupa mengunci kembali apartemenku setelah memata–mataiku.

"Aku tidak pergi ke apartemenmu," ujarnya dengan marah.

"Jangan berbohong kepadaku!" gertakku kepadanya.

Aku mulai memasuki kamarku untuk mengganti bajuku. Dan betapa terkejutnya diriku ketika aku menemukan kamarku terlihat berantakan. Ruanganku terlihat seperti seorang pencuri telah memporak porandakannya.

"Apakah kau benar–benar tidak mendatangi apartemenku?" bisikku pelan kepadanya.

"Damn. Audrey, aku sungguh tidak pernah...." Lalu, Hunter terdiam tampak menyadari ada sesuatu yang salah. "Audrey. Apa yang terjadi?"

Tapi, aku tidak menjawab pertanyaannya. Pandanganku beralih ke kasurku yang sepreinya sudah berantakan, bantal dan segala macam telah berserakan di lantai kamarku. Kelopak bunga merah bersebaran di atas kasurku. Lampu meja yang berada di atas meja telah rusak menggantung. Jendela kaca kamarku terbuka lebar hingga angin kencang menyerbu masuk kedalam kamarku.

"Audrey. What's wrong?" tanya Hunter dengan panik.

Aku melangkah perlahan menuju ke arah jendela. Dengan perlahan dan hati berdegup kencang, aku mengintip beranda untuk melihat apakah ada orang di sana. Hatiku sedikit lega, ketika tidak mendapati orang bersembunyi di sana. Aku segera menutup jendelaku.

Tapi, ketika aku beralih – tubuhku terasa membeku ketika aku membaca sesuatu di kaca cerminku.

I love you so much that nothing can matter to me – not even you...Only my love – not your answer. Not even your indifference

"Audrey! Answer me!" teriak Hunter dari seberang telepon.

Hatiku berdegup dengan kencang, setelah membaca pesan di cermin itu. Pesan yang ditulis dengan darah. Ya. Darah. Aku mengenalinya karena bau amis itu hampir membuatku muntah

"Kupikir orang yang menerorku berhasil memasuki apartemenku," bisikku kepadanya. Dan, aku mendengarkan runtukan pelan Hunter dari seberang telepon.

"Segera keluar dari kamarmu dan tunggu aku di lobi apartemenmu! Beritahu security apartemenmu tentang apa yang terjadi. Jangan pernah sendirian selama aku belum sampai di sana."

*******

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

4.8M 36K 30
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
788K 102K 36
Sebagai putra sulung, Harun diberi warisan politik yang membingungkan. Alih-alih bahagia, ia justru menderita sakit kepala tiada habisnya. Partai ya...
1.7M 138K 29
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
1.1M 57.9K 49
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...