He Fell First and She Never F...

De vousmezera

302K 22.9K 3.1K

"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, to... Mais

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
44 (a) - Edisi LDR Sementara
44 (b) - Edisi LDR Sementara
45
46
47
48
49
50
51-Flashback (Spesial) Edisi Lebaran
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
attention please‼️please read until the end‼️
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101

16

2.8K 169 6
De vousmezera

"Ini bocah tidur semalaman di depan tv?" Tanya Mayted kepada Rizky yang baru sampai di Hambalang pukul 5 subuh agaknya sedikit kaget ketika masuk ke dalam rumah dan melihat Vanessa tertidur di sofa dengan macbook yang masih terbuka dan menyala tepat diatas perutnya.

"Ya ampun bahaya ini, radiasinya!" Mayted menyingkirkan benda persegi panjang itu dan meletakkannya diatas meja.

"Semalam Mbak Vanessa zoom meeting sama temen temen SMA nya bang." Jelas Rizky yang sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk yang bertengger di lehernya.

"Terus kenapa Vanessa nggak dipindahin ke kamar? Atau nggak pindahin macbooknya, panas ini perutnya karena radiasi. Bahaya banget." Mayted menyentuh sebentar selimut yang menyelimuti tubuh Vanessa yang menjadi alas macbooknya itu diletakkan.

Mayted menghela napasnya kasar, pagi pagi buta ini ada saja tingkah Vanessa yang membuatnya shock. Baru saja kemarin ia menumpahkan kopi di atas meja kerja Bapak karena ingin menangkap Bobby. Untung saja Mayted secepat kilat mengambil berkas penting dan ponsel Bapak, kalau tidak wassalam sudah.

"Ini tangannya dicakar Bobby?" Mayted salfok dengan tangan Vanessa yang terlihat garis merah panjang ditangan kanannya. Yang membuatnya geleng geleng kepala, udah tahu itu berdarah bukannya diobatin malah dibiarkan saja. Ya Ampun Vanessa!

Mayted mengambil kotak P3K di lemari di bawah tv. Membuka kotak itu dan mengambil obat merah dan cutton buds. Dengan sepelan mungkin ia mengobati gadis menyebalkan ini agar tidak terbangun. Sempat merintih kesakitan dari ekspresi wajah tidurnya. Mayted meniup luka itu dengan pelan agar cepat kering, karena tidak bisa ditutup plester karena cakaran Bobby terlalu panjang.

"Ini gimana saya kalo udah balik ke Batalyon?" Guman Mayted yang masih memandangi Vanessa dengan tangannya yang sibuk meletakkan kembali obat obatan itu ke tempatnya.

"Ya Allah Tuhan." Mayted semakin shock ketika ia mengangkat Vanessa bermaksud untuk memindahkannya ke kamar, gadis itu malah meniduri bungkusan ciki ciki dan coklat.

"Anak ini. Untung saja saya sayang." Gerutunya kesal. Walaupun kesal tetap saja ia mengambil sampah itu dan membuangnya ke tempat sampah di dapur. Lalu kembali ke ruang tengah dan memindahkan Vanessa ke kamarnya di lantai dua.

Setelah membaringkan dan menyelimutinya, Mayted menghidupkan lampu tidur dan menutup kamarnya dengan pelan.

"Loh si bocil terbang? Kok nggak ada disini?" Rajif mendadak kaget karena Vanessa sudah tidak ada di depan tv karena seingatnya saat ia bangun tidur dan menuju kamar mandi, Vanessa masih tertidur lelap bersama macbooknya.

"Udah saya pindahin." Ucap Mayted yang sedang turun dari tangga.

"Bapak mana, Jif?" Tanya Mayted yang ngacir ke dapur untuk membuat kopi.

"Lagi mandi kayaknya bang." Celetuk Rajif yang sudah rapi dengan pakaiannya hari ini untuk mengawal Bapak kerja.

"Bang." Panggil Rajif, Mayted hanya merespon dengan menaikkan kedua alisnya.

"Semalam Vanessa ngamuk setelah dia zoom meeting sama temen temennya. Kambuh lagi." Ucap Rajif dan Mayted tahu kemana arah pembicaraan ini.

"Semalam tuh barang barang di depan tv hancur semua sama Mbak Vanessa. Bahkan tv hampir pecah kalau nggak dihalangi Mas Habib. Bapak sampai takut dan akhirnya meluk Mbak Vanessa sampai tenang walaupun masih nangis histeris. Mas Habib sampai terluka kena lemparan buku, kena jidatnya." Lanjut Rajif lagi.

"Jadi yang ditangannya itu bukan cakarannya Bobby?" Mayted langsung tersadar setelah mendengar cerita Rajif.

"Bukan, Vanessa self harm lagi, semalam tuh di lantai banyak sama rambut rambutnya, dia narik rambutnya sampai rontok. Bapak sampai nangis bang, khawatir banget Bapak tuh sama Mbak Vanessa. Mbak Vanessa histeris banget." Rajif mengoreksi.

"Bang Rizky sampai dobrak pintu kamar mandi bawah, tuh Bang Teddy periksa aja. Semalam Mbak Vanessa hilang kontrol banget. Ibu Titik sampai dateng kesini malam malam tenangin cucunya." Lanjutnya.

"Ayahnya ngapain lagi?" Tanya Mayted serius.

"Ayahnya mau nikah lagi sama perempuan yang Vanessa benci, terus di waktu yang sama Bundanya ngasih kabar kayaknya nggak bisa datang di sidang dan wisudanya nanti."

"Makanya Bapak biarin Vanessa tidur didepan tv, takut Vanessa ngamuk lagi."

"Ibu mana?" Tanya Mayted.

"Tidur sama Mbak Ati. Tadinya mau sama Mbak Vanessa, tapi Vanessa mau tidur disini sendirian."

"Seharusnya saya nggak pulang tadi, kalo nggak pulang saya bisa tenangin Mbak Vanessa." Mayted dipenuhi rasa sesal.

"Tapi Vanessa juga nyariin Bang Teddy semalam, nyebut nyebut nama Bang Teddy. Abang nggak pamit ya sama Mbak Vanessa?" Tanya Rajif.

Mayted menggeleng. "Soalnya saya ditungguin mama di rumah, ada hal penting."

"Sedih bang kalo Bang Teddy liat semalam tuh, hancur banget saya liat Mbak Vanessa sesakit itu, rasanya kayak didorong dari tepi jurang. Rasanya kayak semua orang ninggalin dia." Lanjutnya, ia juga sambil meminum kopi yang dibuatkan Mayted.

"Dia manggil nama Abang aja saya pilu dengarnya bang, kata Mbak Vanessa Pak Teddy mana? Aku mau sama Pak Teddy, cuma Pak Teddy yang ngertiin Vanessa. Aku butuh Pak Teddy. Pak Teddy jangan tinggalin aku juga, semua orang ninggalin dan nyakitin aku terus, sakit banget bang. Semua ajudan Bapak yang ada semalam saja beneran nggak berkutik liat kondisi Mbak Vanessa semalam." Rajif rasanya sudah tidak kuat lagi untuk menceritakan kejadian malam tadi.

Vanessa sebergantung itu kepadanya, Vanessa setakut itu jika ia meninggalkannya sendirian. Mayted menyesal setengah mati tidak ada disini semalam. Mayted sungguh tak berani lagi membiarkan meninggalkan Vanessa sendiri.

Mayted meninggalkan Rajif di dapur, laki laki itu kembali ke kamar Vanessa. Duduk disamping ranjangnya dan menatap Vanessa dengan perasaan campur aduk. Ia raih lagi tangannya yang dilukai sendiri oleh Vanessa.

Tiba tiba Vanessa menangis dalam tidurnya, rasa sakit di hati Mayted semakin bergejolak. Ia hapus air mata itu dengan pelan menggunakan jempolnya. Ketika Vanessa berpindah posisi dan berhadapan dengannya. Perempuan itu terbangun.

"Pak Teddy..." Suara Vanessa sangat serak.

"Saya disini mbak, maafin saya ya semalam saya nggak disini." Mayted mengelus rambut hitam kecoklatan milik gadis itu.

"Aku kira Pak Teddy ninggalin aku juga." Air matanya membasahi pipinya lagi.

"Saya nggak mungkin ninggalin kamu, mbak." Bisik Mayted dengan suara khasnya.

"Pak, jangan pindah ke Batalyon ya? Bapak sama aku aja disini, temanin aku terus Pak. Aku nggak kuat kalo Pak Teddy pergi, nanti siapa yang ngejaga dan bikin aku tenang? Nanti siapa yang marahin aku kalo aku nyakitin diri sendiri lagi? Nanti siapa yang ngebela aku? Nanti siapa yang lindungin aku?" Kali ini air matanya semakin deras.

"Mbak, jangan banyak pikiran ya? Nanti kamu sakit lagi mbak, nanti kamu drop lagi. Ingat harus ada yang kamu selesaikan nanti, kamu harus kuat untuk diri kamu sendiri mbak. Kamu hidup untuk diri kamu, kamu merayakan semua kerja keras kamu untuk diri kamu sendiri, bukan untuk orang tua kamu, bukan untuk Ibu dan Bapak, dan bukan juga untuk saya. Jangan sampai orang yang nyakitin kamu itu menyetir kehidupan kamu, mbak. Kamu itu perempuan tangguh, kamu hidup sampai detik ini saja saya bangga. Jangan lepas kendali lagi ya mbak? Jangan nyakitin diri sendiri karena orang udah nyakitin kamu. Kasihan sama badan kamu mbak. Jangan pikirin orang lain yang nggak mikirin kamu, kamu harus selamatin diri kamu sendiri, oke? Tolong kuat untuk diri kamu sendiri." Ucap Mayted lembut, semakin melihat Vanessa menangis, semakin sakit melihat gadis didepan ini tak berdaya.

Vanessa semakin nangis setelah mendengar perkataan Mayted. Rasanya sesak melihat Vanessa seperti ini.

"Pak, tolong jangan tinggalin aku." Ucapnya setelah itu ia kembali tertidur dengan Mayted yang terus menenangkannya dan berusaha membuat dirinya kembali tidur.

Mayted mengelus tangan dan puncak kepala Vanessa bergantian hingga perempuan itu kembali nyaman dalam tidurnya.

Saya nggak kemana mana, mbak. Saya tetap disini, tetap disamping kamu, tetap ngejaga kamu, tetap lindungi kamu, tetap marahin kamu, tetap ngebela kamu. Mau saya ke Batalyon atau pergi ke ujung dunia sekalipun, saya tidak akan ninggalin kamu sendirian, nggak masalah seandainya kamu tidak memiliki perasaan yang sama seperti saya.

Continue lendo

Você também vai gostar

126K 10K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
37.2K 3.5K 31
Nathan Noel Tjoe-A-On fanfiction!! ___ Belum ada sinopsis ___ Written by: lullapyms
4.9K 579 23
ketidak beruntungan hidup mahasiswi biasa yang diusir dari rumah sewanya, Yang Heejoo, membawanya pada kehidupan Song Hayoung, salah satu profesornya...
66.2K 2.7K 35
High ranking #60 dalam short story Jatuh dan Cinta adalah sesuatu yang saling berhubungan