Yes, Queen-!

Par Ctraa1323

294K 28.2K 5K

[Dark Romance] 18+ Warning โš  : Harsh words, drunk, fighting, kissing scene, obsession, dark Siapa yang tidak... Plus

CAST TOKOH
P R O L O G U E
Yes, Queen - 01
Yes, Queen - 02
Yes, Queen - 03
Yes, Queen - 04
Yes, Queen - 05
Yes, Queen - 06
Yes, Queen - 08
Yes, Queen - 09
Yes, Queen - 10
Yes, Queen - 11
Yes, Queen - 12
Yes, Queen - 13
Yes, Queen - 14
Yes, Queen - 15
Yes, Queen - 16
Yes, Queen - 17
Yes, Queen - 18
Yes, Queen - 19
Yes, Queen - 20
Yes, Queen - 21

Yes, Queen - 07

12K 1K 66
Par Ctraa1323

Hai? Apa kabar? Wkwk

Nungguin?

Ngaret banget asli, maapin yaaa

Bantu aku kalau ada typo atau sejenisnya-!

Vote sama comment juga jangan lupa, gak akan bikin rugi, seriusan


Selamat membaca❤












Axe mengendarai motornya gila-gilaan. Semua kendaraan yang dirasa mengganggu jalurnya ia salip dengan kecepatan di atas rata-rata. Entah itu mobil, motor, atau bahkan sebuah truk besar yang mengangkut subsidi Bahan Bakar Minyak.

Akibatnya, bunyi klakson teguran dari para pengendara pun saling bersahutan satu sama lain di belakangnya. Namun sekali lagi, Axe tak peduli.

Pikirannya benar-benar kacau. Tidak pernah barang sedikitpun Axe berharap lagi akan keluarga yang tenang dan damai. Tidak pernah ia pikirkan lagi untuk menganggap kediaman Damantara sebagai tempatnya untuk pulang.

Namun begitu, tetap saja isi kepalanya melontarkan banyak tanya tentang mengapa semua kekacauan ini menimpa dirinya?

Mengapa Damantara harus menjadi tempat dimana ia dilahirkan?

Dan lagi, kenapa Geraldi Damantara dan juga Soraya Vanessa harus menjadi orangtua nya?

Axe benar-benar tidak mengerti.

Damantara adalah lambang dari kehancuran. Semua mengenai keluarga itu selalu kacau dan hancur, kecuali citra mereka di mata dunia—terhormat, begitu terpandang.

Dan sayangnya, di generasi ke sepuluh ini, Axe merupakan pewaris tunggalnya.

Menyedihkan. Sangat. Terlebih, ketika menyadari kalau ia tidak akan bisa mundur dari posisi tersebut apalagi sampai melarikan diri. Tidak bisa.

Di balik helm full face yang dipakainya, Axe tersenyum sinis, mengejek dirinya sendiri.

Tidak sekali duakali lelaki bertato di bagian lengan kanan itu berpikir; apakah nasibnya akan berbeda jika ia terlahir dari keluarga lain?

Terus menerus berpikir, Axe yang semakin dewasa pada akhirnya sampai pada satu jawaban; tidak mungkin. Itu tidak mungkin.

Bagi dirinya yang setiap hari merasakan neraka dunia, secercah kebahagian kecil yang dulu pernah ia idam-idamkan, tidak akan pernah lagi membawa pengaruh apapun. Semuanya akan tetap sama.

Axe akan selalu menderita.

"Hidup kita ini gak jauh dari neraka dunia, Axe. Gak akan pernah ada kebahagiaan."

Disaat-saat seperti ini tiba-tiba saja Axe teringat akan perkataan Skyla. Gadis yang dilahirkan dengan nasib nyaris serupa dengan dirinya—penuh luka.

Gadis yang memasuki paksa hidup Axe dan mulai terobsesi membuat dirinya percaya akan kesamaan paling besar dalam hidup keduanya.

Axe mengacuhkannya. Meski tak dapat dipungkiri, ada beberapa waktu dimana ia terkadang membenarkan perkataan Skyla. Ada masa ketika ia merasa bahwa hanya mereka yang sama terluka yang dapat memahami keadaannya.

"Gak ada satupun nyawa manusia yang murah!"

Sekelebat ingatan melintas dalam benak Axe bersamaan dengan tangannya yang menekan kuat tuas rem.

Ia nyaris melajukan paksa motornya saat seseorang hendak menyeberang. Kejadian ini serupa dengan kejadian pagi tadi.

Bedanya, tidak ada seorang gadis yang tiba-tiba muncul lalu memakinya, namun perkataan gadis itu yang justru terngiang-ngiang di otaknya.

"Gak ada satupun nyawa manusia yang murah!"

Masih segar di ingatannya bagaimana cara gadis itu mengatakan kalimat tersebut. Tatapan tajam menahan marah yang tidak sedikitpun menunjukkan sebuah bualan atau usaha mencari perhatian. Itu murni sebuah ketulusan.

Pagi itu, bukan Axe yang ditolong, namun, entah mengapa justru ia yang merasa tertolong.

Axe terkekeh. Padahal itu hanya kalimat sederhana, tapi mengapa terasa begitu mendalam bagi dirinya?

Posisi motornya yang berada dipinggiran jalan membuat lelaki itu tidak perlu menepi lagi. Pada akhirnya Axe terdiam dengan posisi masih duduk di atas motornya, tepat dipinggir jalan.

Setelah melihat sekitarnya, lelaki itu baru sadar kalau ia tengah berada di dekat taman kota. Menoleh ke kiri, ia bisa melihat ramainya orang-orang yang tengah berada di dalam taman tersebut. Ada banyak pedagang kaki lima, ada pula yang melakukan jogging sore atau sekedar berjalan santai.

Dari semua pemandangan, ada satu objek yang begitu menarik matanya hingga sudut bibir lelaki itu tertarik membentuk seringai.

Sekelompok pengamen yang tengah memainkan alat musik di satu tempat yang menarik banyak perhatian mata. Diperkirakan dari usia, sepertinya mereka berusia di atas 10 sampai 16 tahun. Mereka berjumlah enam orang dengan dua orang gadis di antaranya.

Salah seorang dari gadis itu memakai celana jeans hitam dengan atasan bewarna peach sederhana yang mana berbeda dengan kelima temannya, dia adalah satu-satunya yang memakai topi hitam serta masker hitam.

Sekilas mungkin tidak dikenali, tapi bagi Axe yang baru saja menginginkan pertemuan kembali, bisa lelaki itu sadari dengan cepat siapa sosok gadis yang kini tertawa dibalik masker hingga matanya nampak menyipit di depan sana.

Ah, benar. Mata itu. Mata yang begitu menarik perhatian Axe. Selayaknya tidak berdarah asli pribumi, gadis itu memiliki netra berwarna hijau keabuan yang benar-benar cantik. Nampak seiras dengan kulit putih cerah juga rambutnya yang berwarna coklat madu.

"Michella Queensha... " gumamnya saat teringat akan pin nama yang terpasang di seragam gadis itu tadi pagi.

"Michelle... " panggilnya pelan dengan arah pandang yang tidak juga beralih.

Seolah terpanggil, gadis yang tengah memainkan gitar di tangannya itu kontan saja terlihat menolehkan kepala kesana kemari. Lalu pada satu titik, akhirnya bersitatap dengan netra coklat terang milik Axe yang tidak tertutupi kaca helm full face nya.

Tak bisa disangkal, manik mata itu begitu indah. Sangat cantik. Axe terpesona.

Pandangan mereka terputus saat gadis itu berkedip, lalu menggelengkan kepalanya sejenak, sebelum akhirnya mengalihkan pandangan.

Axe tersenyum melihat tingkahnya. Tatapan lelaki itu menampilkan sorot penuh rasa tertarik dengan esensi kelam.

Dalam satu hari, tanpa disengaja mereka bertemu dua kali.

Jika sekali lagi mereka bertemu tanpa direncanai, haruskah Axe membawa gadis itu ke sisinya?

Menjadikan dia miliknya?

⊰⊱┈──╌ ⟮ 𝑌𝑒𝑠, 𝑄𝑢𝑒𝑒𝑛 ⟯ ╌──┈⊰⊱


"Mau langsung mandi atau makan dulu, Non?"

"Mau istirahat sebentar dulu, Nanny. Baru habis itu Michie mandi," kata Queen seraya memeluk manja wanita berumur setengah abad lebih yang telah menjadi pengasuhnya sejak kecil.

Anes—pengasuh yang menemani Queen sejak gadis itu memutuskan untuk tinggal di Penthouse lantaran jaraknya yang lebih dekat dari sekolah, daripada kediaman Adhibrata yang sangat jauh, tersenyum lembut melihat tingkah anak majikannya yang tidak pernah berubah sama sekali.

Remaja cantik yang kini memeluknya itu memiliki watak dan sifat yang sangat mirip dengan Amara Lynne—ibu kandungnya—yang juga menjadi anak asuh Anes sejak wanita itu kecil.

Berlandaskan kepercayaan, akhirnya Amara dan juga Dimitri Adhibrata—ayah Queen—turut memercayakan kepengasuhan Queen kepada wanita paruh baya itu.

Anes selalu senang melihat bayi kecil yang dulu diasuhnya kini tumbuh menjadi remaja luar biasa cantik dengan kepribadian yang begitu baik.

Lingkungan keluarga yang hangat dan harmonis benar-benar membentuk Queen menjadi pribadi yang sangat berperasaan. Kasih sayang keluarga yang tercurah tanpa henti juga sikap memanjakan mereka, tidak sedikitpun membuat Queen suka bersikap egois apalagi semena-mena.

Di Adhibrata, ada Amara, mendiang Nyonya besar Adhibrata dan Anes yang mengajari Queen menjadi gadis anggun nan rendah hati. Adapula Arthur—Grandpa, Dimitri, dan juga Dave yang mengajari arti kehormatan dan juga sikap tidak mudah tunduk dihadapan orang lain.

Michella Queensha Adhibrata dengan kehidupan sempurnanya. Itu bukan kebohongan. Jika diibaratkan, hidup gadis itu bagaikan surga di dunia.

Anes selalu berharap agar Michie-nya hanya melihat hal-hal indah selama masa hidupnya.

"Habis itu langsung makan ya?" pinta Anes seraya mengusap lembut rambut Queen.

Queen mengangguk-angguk. Tak lama ia melepaskan pelukannya dan membiarkan pengasuhnya mengambil gitar yang tadi ia bawa, lalu menyerahkan kepada pelayan lain untuk disimpan. Begitu pula dengan barang-barang lain yang dibawanya seperti tas sekolah, seragam sekolah yang kotor, sepatu, dan juga kotak bekal.

Ketika Nanny pergi menyiapkan air hangat untuknya mandi, Queen merebahkan diri di atas sofa ruang tamu dengan mata terpejam menikmati relaksasi dari segala macam kegiatannya hari ini.

Beberapa menit terdiam dan nyaris tertidur, dering ponsel miliknya yang ia taruh di atas meja kaca tak jauh di dekat sofa membuat gadis itu segera mengambilnya.

Ada sebuah panggilan video dari nomor milik Daddy dan juga kakaknya. Tanpa banyak berpikir, Queen segera menerimanya.

"Halo anak cantik Mommy. Udah pulang sekolah, sayang?" Sapa Amara begitu sambungan terhubung.

Queen mengangguk pelan, bibirnya menyunggingkan senyum, namun wajahnya nampak lesu.

"Kamu sakit? Wajah kamu pucat," Dave berkomentar saat melihat wajah adiknya dari kamera.

Sontak saja hal tersebut menimbulkan ekspresi cemas di wajah Amara.

"Sayang, kamu sakit? Udah panggil dokter?"

"Gapapa, Mom. Michie cuma baru banget pulang, jadinya masih capek,"

"Serius? Tapi muka kamu pucat gitu," kata Dave nampak tak yakin.

Queen berdecak, "kak Dave jangan gitu donggg. Nanti panjang urusannya,"

"Kakak khawatir,"

"Bohong. Pasti mau ngeledek 'kan?" Tudingnya pada sang kakak.

Pemuda berwajah tegas itu menahan senyum diseberang sana. Membuat Queen semakin mencebikkan bibir kesal.

"Ada apa?"

Suara berat milik Daddy nya terdengar. Dave kembali menahan tawa sedangkan Queen mulai memijat pelipisnya.

"Kayaknya Michie sakit," Amara mengadu.

Menghela napas berat, Queen bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Michelle, kamu sakit, sayang?" Dimitri bertanya khawatir. Layar kamera kini terarah sempurna pada wajah matang sang ayah.

"Nggak, Daddyyyy," Queen menjawab setengah merengek. "Aku sehat. Gak ada yang sakit. Ini cuma pucat karena capek baru pulang,"

"Gak bohong?"

Sambil memasang wajah memelas, Queen membalas, "kenapa juga aku bohong? Tanya Nanny aja kalau gak percaya, aku sehat,"

Tak bisa menahan tawa melihat betapa lucunya ekspresi nelangsa milik Queen, Dave akhirnya tertawa keras yang mana hal tersebut membuat Queen langsung mengadu kepada ayahnya.

"Tuh 'kan! Daddy liat itu kak Dave! Kakak sengaja ngomong gitu buat ledekin aku!"

Dave masih tertawa. Dimitri menghela napas, sedangkan Amara nampak terkekeh disampingnya.

"Dave," tegur Dimitri.

"Dasar tukang ngadu," cibir pemuda itu, namun masih dengan senyum meledek.

"Kak Dave gak pulang-pulang, Dad. Dia belum setor muka ke Kakek sebulan ini,"

Kesal karena disebut pengadu, akhirnya Queen kembali mengadukan kakaknya itu.

"Heh, kamu juga gak pulang-pulang," balas Dave tak terima.

Queen mengedikkan bahu, "aku 'kan emang tinggal di apartemen,"

"Kakak juga!"

"Tapi aku tetap sering main ke tempat kakek. Kalau kakak nggak 'kan?" Kini berganti Queen yang meledek.

"Kakak sibuk. Lagian jarak apartemen kakak ke mansion itu jauh, kayak gak tau aja,"

"Alasan," cibirnya.

"Udah-udah, kalian malah berantem," Amara geleng-geleng kepala.

"Kak Dave tuh," adu Queen.

"Kamu," balas Dave.

"Udah. Kalian udah makan? Dave? Michie?" Tanya Amara pada kedua anaknya.

"Udah, Mom," Dave menjawab lebih dulu.

"Belum, Michie mau mandi dulu,"

"Habis itu langsung makan ya? Nanti lambungnya sakit lagi,"

Queen mengangguk patuh.

"Dave, kalau main, pulangnya jangan sering malem-malem, nanti sakit," pesan wanita cantik itu pada Dave.

"Iya, Mom,"

"Kak Dave bohong tuh. Iya-iya doang biar cepet," celetuk Queen.

Dave memelototi Queen.

"Bukan Dave doang, Michie juga. Pola makannya dijaga, jangan keseringan makan junk food. Jangan sering pulang larut, jangan telat makan juga,"

"Iya, Mommy,"

"Siap, Mom,"

Keduanya membalas bersamaan.

"Kalian mau dibawakan apa?" Tanya Dimitri setelahnya.

Mendengar itu, Queen langsung bangkit dari posisi tidurannya. "Daddy Mommy mau pulang? Pekerjaannya udah selesai?"

Dimitri terkekeh melihat ekspresi antusias sang putri, lelaki pertengahan 40 itu mengangguk, "iya, sebentar lagi pulang. Michie ingin sesuatu? Kamu juga mau dibawakan apa, Dave?"

"Apa aja," kata Queen tidak begitu ambil pusing.

Di sana, Dave mengangguki, "iya, apa aja,"

Dimitri hanya mengangguk. Kedua anaknya memang bukan tipe yang banyak mau.

Setelahnya, mereka kembali mengobrol. Membahas keseharian Dave dan Queen, juga membicarakan kesibukan Dimitri dan Amara selama memiliki urusan di Roma. Omong-omong, kedua orangtua nya itu sudah berada di sana sejak satu bulan lalu.

Mereka larut dalam percakapan sederhana, namun terasa menyenangkan.

Panggilan video itu baru berakhir setelah setengah jam berlalu lantaran Nanny Anes yang menghampiri Queen, meminta agar gadis itu segera membersihkan diri.

"Kalau ada masalah, hubungi Daddy kapan saja." Pesan Dimitri seraya menatap kedua anaknya.

"Dave bisa sendiri,"

"Michie juga bisa sendiri,"

Dimitri sudah tidak aneh lagi dengan jawaban kompak mereka berdua. Karena itulah pria itu hanya menganggukkan kepala.

"Ingat, Daddy ada kapanpun kalian butuh."

Keduanya mengangguk. Lalu, panggilan berakhir setelah ucapan salam dilontarkan.

⊰⊱┈──╌ ⟮ 𝑌𝑒𝑠, 𝑄𝑢𝑒𝑒𝑛 ⟯ ╌──┈⊰⊱


Plakk!

Tak terhindarkan, Skyla terhuyung begitu tamparan keras menyapa pipi kirinya.

Gadis itu diam, lalu perlahan menoleh kearah seorang wanita yang kini menatap tajam padanya.

"Anak sialan! Pasti kamu yang mengadu kepada wanita tua itu 'kan?!" Tunjuknya tepat dihadapan Skyla.

Tak mempedulikan merahnya pipi akibat tamparan, Skyla mengangguk santai, "iya, kenapa?"

Kejadian seperti ini sudah seperti makanan sehari-hari hingga rasanya sekebas apapun sakit yang ia terima, Skyla tidak lagi merasakannya.

"Sialan! Anak saya menderita gara-gara kamu!"

"Oh ya?" Skyla menarik seulas senyum miring. "Diapain sama Oma? Dipukul? Disiksa? Diancam? Atau jangan-jangan... udah dibunuh?"

"BERANINYA KAMU—"

"Ssttt... berisik." Potong gadis itu seraya menaruh telunjuk di bibir. Ia mendekat, lalu menyentuh bahu wanita yang berstatus sebagai ibu tirinya itu. "Ingat, Naleendra masih ditangan Oma. Salah langkah sedikit, anda dan anak anda itu bisa mati. Apalagi sekarang suami anda mendekam di rumah sakit jiwa. Penolong kalian, nyaris gila di sana,"

"Jadi, ibu tiri... berhenti mengganggu saya, dan fokus saja menjaga nyawa anda dan anak anda tetap pada tempatnya. Oke?"

Plakk!

Kerasnya tamparan kembali terdengar. Para pelayan mendengar, namun memilih diam. Mereka berusaha bersikap natural bahkan ketika tawa Nona muda mereka akhirnya terdengar di saat momen yang tidak tepat.

Skyla memandang geli wajah penuh amarah di depannya. Gadis itu lalu menunjuk ke arah sudut ruangan dimana sebuah vas bunga berada.

"Ada CCTV di sana," tuturnya memberitahu yang sontak saja membuat Desy menegang di tempat.

"Berdo'a aja semoga Oma gak liat," lanjut Skyla sebelum akhirnya melenggang pergi dari sana.

Suara pecahan barang terdengar. Skyla hanya geleng-geleng kepala dengan langkah yang mengarah ke motornya di bagian halaman depan.

Menaiki motor dengan helm full face yang sudah ia pakai, Skyla segera melajukan kendaraan beroda dua tersebut ke sebuah tempat yang selama hampir dua minggu menjadi tujuannya di malam hari; arena balap.

Lima belas menit perjalanan, Skyla sampai di area balap yang dipenuhi banyak manusia. Setelah memarkirkan motor, gadis itu berjalan memasuki kerumunan guna mencari satu sosok yang selalu berada di tempat ini setiap malamnya.

"Viber sama Glastor malam ini. Alargon gak ada,"

"Alargon udah jarang ikut balap,"

"Siapa yang maju dari Viber sama Glastor?"

"Ya pasti Zen sama Axe lah, siapa lagi?"

"Bukan! Malam ini Ghali sama Raja,"

"Gila! Seriusan?"

"Tuh liat, lagi siap-siap mereka,"

Pembicaraan yang terjadi di sekitar, memudahkan Skyla menemukan di mana keberadaan Axe sekarang.

Tidak seperti ketika mereka berada disekolah, disini Skyla hanya berdiri diam memandang lelaki itu dari kejauhan—di dalam kerumunan, bersama yang lainnya.

Sedikit keinginan muncul di hatinya. Dari jarak ini, di tengah keramaian, Skyla menginginkan arah pandangan Axe yang tertuju kepadanya—menemukannya.

Namun nyatanya, Axander Dewa Damantara tidak sedikitpun menoleh ke tempat lain selain pandangan lurus di depan matanya. Terkekeh pelan, Skyla kecewa, namun tidak menyayangkannya.

Axe selalu seperti itu. Ketika matanya tertuju pada satu tempat, maka dia akan terus memandangnya, tanpa peduli apa yang terjadi di sekitar. Tipe yang konsisten dan tidak mudah di goyahkan. Untuk itulah Skyla semakin mencintainya.

Karena ketika suatu hari nanti mata lelaki itu tertuju kepadanya, maka sampai kapanpun akan terus tertuju kepada dirinya saja. Sebesar itu Axe akan mencintainya.

"Gue gak pernah punya harapan lagi setelah Mama meninggal, Axe. Tapi setelah ketemu lo, gue punya harapan baru," gumam Skyla dengan arah pandang yang tidak sedikitpun beralih dari Axe.

"Untuk itu, jangan pernah berusaha mencintai orang lain, karena lo cuma ditakdirin untuk gue."

Sejak bertemu dengan Axe, Skyla tahu kalau mereka berdua mulai terikat dalam sebuah ikatan hubungan. Skyla menderita, dan Axe jauh lebih dari tahu seperti apa rasanya.

Ia meyakini semuanya. Mereka memang pasangan yang sempurna. Entah sisi baik atau buruk, ia akan menunjukkannya. Meski harus membuat Axe lebih terluka agar ikut menyadari betapa miripnya mereka, Skyla tak masalah.

Karena... jika bukan untuk menakdirkan mereka bersama, lantas untuk apa keduanya dipertemukan?

"Gue bisa lakuin apapun untuk dapetin lo, Axe."

⊰⊱┈──╌ ⟮ 𝑌𝑒𝑠, 𝑄𝑢𝑒𝑒𝑛 ⟯ ╌──┈⊰⊱




















Assalamu'alaikum-!

Wkwk, gimana?

Next jangan?

Sedikit banyak kalian udah tau lah ya gimana karakter para tokoh utama ini

Kan pernah aku bilang, orang-orang disini bakal agresif wkwk

Vote comment jangan lupa-!


Thank's


Salam,
Ctraa1323

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

41.4K 3.5K 10
"Bawa pulang istri gue, sekarang!" -Jevas levithen. "Maksud Lo pacar gue?"-Atlas Caspian.
821 172 16
Taehyung ingin menjadi raja terkuat untuk menggantikan sang Ayah di kerajaan Valcke, dia dianugrahi bisa memilih matenya sendiri dan untuk menjadi ya...
Go Back to Highschool Par erahma

Roman pour Adolescents

37.5K 2.9K 14
[Beware! Harsh words dan adegan yang tidak patut untuk ditiru!] Yemima adalah seorang antagonis di kehidupan Danu dan Halwa, dari masa putih abu ia t...
4K 384 200
$ ๐™™๐™ž๐™ข๐™ช๐™ก๐™–๐™ž ๐™™๐™–๐™ง๐™ž ๐™—๐™–๐™— 207 ๐™ฎ๐™– ๐™œ๐™ช๐™ฎ๐™จ $ ๐Ÿ˜‰ $ ๐™–๐™ ๐™ช ๐™ฅ๐™ช๐™—๐™ก๐™ž๐™จ๐™ ๐™ ๐™ง๐™ฃ ๐™ข๐™–๐™ช ๐™ก๐™–๐™ฃ๐™Ÿ๐™ช๐™ฉ๐™ž๐™ฃ ๐™—๐™–๐™˜๐™– ๐™˜๐™š๐™ง๐™ž๐™ฉ๐™– ๐™ž๐™ฃ๐™ž. $ $ ๐™š๐™ฅ...