ALESSANDRO||END||

Par Afidaizmi

456K 27.6K 667

Kehidupannya yang awalnya tenang berubah, semua berubah sejak kedatangannya "Dia Papa mu, Ken!" Bugh! Bugh! B... Plus

prolog
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
EXTRA CHAPTER I

PART 10

14.4K 781 8
Par Afidaizmi

Dor

Tembakan itu tepat mengenai Titik tengah papan peluru. Pria itu memutar pistolnya menggunakan jari telunjuk, tak ada raut puas atau apapun karena ia sudah sering melakukannya

Lalu ia berjalan menuju tempat duduk dan meminum air dari botol hingga habis tak tersisa

Ia tak pernah merasakan definisi puas dalam artian sesungguhnya. Ia ingin lebih, lebih dan lebih. Tapi selebih apapun ia melakukannya, kenapa ia tak pernah merasa puas?

Pria itu duduk di kursi yang telah di sediakan, menikmati matahari pagi yang membuatnya tenang. Ditambah dedaunan rimbun yang bergerak pelan mengikuti irama sang angin, kicauan burung pun tak lepas dari rungunya

Mungkin banyak orang yang menganggap tempat ini menyeramkan karena berada di tengah hutan gelap, tapi tidak dengannya. Ia berbeda, tempat ini justru adalah tempat yang tepat untuk orang sepertinya.

Beberapa orang tak akan pernah menyangka ada sebuah bangunan besar yang berdiri di tengah-tengah lebatnya hutan. Tempat ini memang cocok dijadikan markas untuk pemimpin wilayah timur Daimon sepertinya, Carlos Santana.

"Tuan, anda dipanggil ke mansion utama"

Pria itu sedikit menoleh, hingga memperlihatkan hidung mancung dengan mata hijaunya yang tajam.

Bertahun-tahun mengabdikan dirinya pada keluarga Alessandro, tak pernah sekalipun ia dipanggil kesana. Ia hanya ditugaskan untuk menjadi pemimpin wilayah timur. Lalu, ada gerangan apa hingga tuannya itu memanggilnya? Tentu ia langsung mengangguk, ia sudah bersumpah akan menuruti semua perintah tuannya. Bahkan suatu hal yang mustahil sekalipun.

"Siapkan keberangkatan ku hari ini"

"Baik"

Tapi, jika ia pergi dari sini bukankah musuh akan lebih mudah untuk menaklukkan wilayah timur? Tentu tidak, anggota Daimon tak selemah itu. Tapi siapa yang tau?

.

.

.

Brak

Kenniro melempar asal tas nya dengan kesal. Ia tak diperbolehkan Demario bersekolah untuk tiga hari ke depan, itu sebagai bentuk hukumannya.

Jika ia melanggar, maka Papanya itu akan memberitahu Irene kalau dia mendapatkan surat peringatan di hari pertamanya sekolah

Ceklek

Pintu terbuka, menampakkan Demario dan seorang butler yang membawa sarapan untuknya. Karena terlalu kesal, ia tadi langsung pergi ke kamarnya tanpa makan terlebih dahulu

"Taruh di meja"

Butler itu menaruh makanannya di meja dan langsung pergi dari sana setelah membungkukkan badannya

"Jangan marah, boy. Hanya tiga hari" ujar Demario sambil mengusap rambut putranya yang langsung di tepis oleh sang empu

"Itu lama!" Ketusnya yang membuat Demario terkekeh

"Dari pada Mama kamu tau, anaknya ini terlibat tawuran dan mendapat masalah di sekolah" Kenniro tau, Papanya ini sedang mengancamnya dengan kata-kata halus

"Makanlah, setelah ini Papa harus pergi ke sekolah mu"

"Tidak, itu seperti makanan kambing" Kenniro melihat dengan jijik makanan yang tersaji di meja. Jika ada ulat yang terselip di sana bagaimana?

"Apa kau tidak bisa membedakan rumput dan sayuran?"

"Tidak!"

"Makanlah sebelum Papa paksa. Mulai sekarang, semua yang kamu makan harus dapat persetujuan dari Papa terlebih dahulu. Papa yang akan mengatur jadwal makan mu" ujar Demario dengan tegas

Kenniro mengambil piring di meja itu lalu melemparkannya ke lantai dan menciptakan bunyi yang cukup keras

"Kenniro tidak pernah suka dipaksa"

Demario memejamkan matanya saat amarahnya akan meledak. Tangannya sudah mengepal dengan gigi bergemelatuk

"Dan Papa paling tidak suka dibantah"

Demario lalu berjalan menekan tombol yang ada di samping tempat tidur putranya

"Ambilkan makanan untuk Kenniro" ujarnya yang langsung terhubung pada dapur

"Setelah ini makanlah, Papa akan mengawasi mu lewat CCTV. Jika tidak, Papa sendiri yang akan datang dan mencekoki mu"

"Belum juga genap satu bulan gue tinggal disini dan Lo dah berani ngatur gue. Lo itu cuma orang asing yang tiba-tiba masuk ke dalam kehidupan gue yang damai. Bahkan Mama nggak bisa ngatur-ngatur gue kayak gini"

Perkataan dari Kenniro menghentikan langkah Demario di ambang pintu. Demario berbalik dan mencengkeram erat rahang putranya

"Arkh.."

"Dan lihat bagaimana orang asing ini akan mengatur anak nakal seperti kamu" dari cara bicaranya, sudah jelas sekali jika pria itu sedang marah

"Jadilah anak baik selagi Papa tidak ada di rumah"

Demario melepaskan cengkeramannya dan langsung pergi dari sana dengan amarah yang masih menyelimutinya

"Papa katanya? Pengen muntah anjir!"

Demario merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Entah kenapa dadanya sakit saat mendengar Kenniro menyebut dirinya sebagai 'orang asing'.

Seberapa asingnya ia bagi Kenniro? Tapi benar, Kenniro memanggilnya 'Papa' hanya karena ancaman darinya, bukan murni karena Kenniro menerima kehadirannya.

"Mas" Demario menatap Irene yang memanggilnya. Apa ia melamun sehingga tak melihat sang istri yang saat ini sudah ada di depannya

"Kamu mau kemana?"

"Aku mau ke kamar Ken, tadi aku mendengar—"

"Biarkan Kenniro sendiri, dia harus merenungkan kesalahannya" dahi Irene berkerut heran. Kesalahan apa yang di perbuat putranya? Dan kenapa suaminya tampak marah?

"Kesalahan apa?"

"Tidak, hanya masalah kecil"

"Aku akan pergi sebentar. Awasi Kenniro, jangan sampai dia keluar rumah" Irene mengangguk, ia tau masalah yang dialami suaminya saat ini. Identitas Kenniro sudah terbongkar, itu berbahaya bagi putra mereka. Tentu Demario harus berusaha lebih keras lagi untuk melindungi Kenniro.

"Kau tenang saja, aku akan mengawasinya"

"Hm, aku pergi dulu" Demario mengecup dahi Irene dan pergi dari sana dengan Roy yang senantiasa mengikuti

"Apa yang kau lakukan Kenniro? Kenapa Papamu terlihat marah seperti itu?" Guman Irene sambil menatap pintu kamar putranya yang saat ini di jaga oleh dua bodyguard sekaligus

Malamnya, perang dingin masih terjadi antara Ayah dan anak itu. Tapi tak ayal, Kenniro memakan makanan yang telah di sajikan oleh butler di belakangnya, rumput.

Kenniro tak ingin Papanya marah lagi seperti tadi pagi. Jujur, Kenniro takut melihatnya.

Kenniro akui ia salah karena berkata seperti itu Pada Demario. Bagaimanapun, Demario adalah Ayah kandungnya. Tak seharusnya Kenniro mengatakan jika Demario adalah orang asing baginya.

"Kenniro, kau kenapa?" Tanya Olivia melihat Kenniro yang tampaknya selalu curi pandangan ke Demario

"Apa makanannya tidak enak? Mommy akan menyuruh chef  memasak lagi"

"Iya, makanannya nggak enak. Gue mau makan ayam crispy"

Ingin rasanya Kenniro berkata seperti itu, tapi tak jadi kala matanya menatap Demario yang juga balas menatapnya

"Nggak Mommy, makanannya enak"

"Saking enaknya sampai-sampai gue mau berbagi sama kambing!"

"Lalu kenapa melamun? Cepat habiskan dan minum susu mu" mendengar perkataan Demario sontak membuat mata Kenniro melebar dengan kedua tangan yang memegang dadanya

"Mana keluar anjing!"

"Bukan itu sayang, tapi ini" Irene yang memang duduk di samping Kenniro mengarahkan tangan putranya ke gelas berisi susu vanila

Kenniro melirik seluruh keluarga yang seperti sedang menahan tawa. Bahkan para bodyguard yang berdiri di sisi ruangan pun begitu. Roy yang berdiri di belakang Demario pun ikut andil

"Oh! Bilang dong" cueknya, padahal dalam hati ia sudah merapalkan berbagai mantra agar semua orang segera melupakan kejadian tadi









See you next time

🍄🍄🍄

Hampir aja gw lupa kalau ada cerita ini..

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

481K 31.1K 41
Ayah dan anak yang mempunyai keluarga possessive Pict: pinterest
322K 9.5K 64
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.