[8th] Songfic Dimenssion: SAD...

De jakeseungiest

835 91 11

Kolaborasi bersama : - N-aureen - snschraracha - RENCHPARK - kistalia - dreamdream_u - kaizkmtzui - Mai multe

a rise
FUTURE PERFECT [ PASS THE MIC ]
MAKE THE CHANGE
GIVEN-TAKEN
LET ME IN ( CUBE 20 )
FORGET ME NOT

BLESSED-CURSED

115 15 4
De jakeseungiest


Jake as devil
Hee as human
tw//graphic of violence, mention of blood, gunshot, and fire
a/n: inspired from anime the black butler/kuroshitsuji

BLESSED-CURSED

"Apa yang kamu inginkan?"

"Aku ingin orang itu mati."

"Aku bisa mengabulkannya, dengan satu syarat."

"Berapa uang yang kamu inginkan? Aku akan memberikannya, asalkan orang itu mati."

"Aku tidak ingin uangmu."

"Lalu?"

"Aku ingin jiwamu. Aku ingin kau menukar keinginanmu dengan jiwamu."

"Setuju."

BLESSED-CURSED

Heeseung membuka matanya perlahan. Acara pesta selalu membosankan untuknya, tetapi ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti serangkaian kegiatan memuakkan tersebut. Sebagai satu-satunya pewaris tersisa di keluarganya, ia harus selalu terlibat dalam hal-hal tersebut.

Hanya saja semua orang lupa, bahwa Heeseung hanyalah seorang anak berusia 17 tahun, yang terpaksa menjadi pewaris karena seluruh keluarganya telah dibantai habis. Hanya dirinyalah yang tersisa, menanggung semua luka dan mimpi buruk yang tak berkesudahan sepanjang hidupnya seorang diri.

"Tuan muda..."

Heeseung mendongak, menatap pelayannya yang membawakan secangkir teh untuknya.

"Aku bosan, Jake..."

Jake tersenyum, sebelum berdiri di samping Heeseung yang sedang menonton para saudagar kaya bermain biliar.

"Kenapa anda tidak ikut bermain? Setidaknya anda tidak akan bosan kalau ada disana."

Heeseung berdecih. Jake sama sekali tidak memberikan solusi untuk mengatasi kebosanannya, tetapi jika dipikir lagi mungkin ucapan Jake ada benarnya. Daripada hanya menonton, rasanya tidak masalah jika ia ikut main satu kali.

"Oke." Heeseung berdiri dari bangkunya, dan berjalan menghampiri orang-orang tersebut, "Apa keberatan bila aku ikut bermain?" Orang-orang tersebut langsung memberi ruang, salah satu dari mereka menyerahkan tongkat biliar yang tidak dipakai.

"Suatu kehormatan bisa bermain dengan anda, Earl."

Heeseung tersenyum. Ia membidik bola putih ke arah bola yang telah disusun di tengah meja.

Ctak!

Empat bola bergulir dengan mudah masuk ke lubang. Heeseung tersenyum miring, ia kembali membidik bola lain untuk dimasukkan. "Akhir-akhir ini bisnis berjalan sangat baik. Bukankah begitu, Earl?"

Heeseung melirik pria gemuk berkumis yang mengajaknya berbicara. Heeseung ingat bahwa orang itu memiliki usaha tambang berlian. "Ya, tampaknya memang sedang baik. Aku harap ini akan bertahan lama." Heeseung menanggapi sambil tersenyum kecil.

"Jangan senang dulu. Bukankah bisnis itu seperti roda? Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi ke depannya." Pria tinggi bersurai pirang tertawa meremehkan ucapan Heeseung. Tak ada yang menanggapi, termasuk Heeseung yang tahu betul siapa orang itu. Keluarganya lenyap karena ulah orang itu.

"Ah, benar kata anda, Tuan Hwang Youngchul. Kita tidak boleh sesumbar akan sesuatu yang belum pasti." Ucap Heeseung setelah terdiam beberapa sekon. Jake memperhatikan dari kejauhan dengan senyum tipis terpatri di wajahnya.

"Lagi pula, apa yang bisa dilakukan anak manja sepertimu? Menjalankan bisnis perusahaan keluarga? Aku yakin dalam hitungan jari perusahaan keluargamu akan tamat, sama seperti keluargamu."

Heeseung meremas tongkat biliarnya dengan erat. Tak ada satu pun orang yang boleh menghina orang tua dan kakaknya. Tidak satu pun, terlebih dari mulut sampah orang yang paling ia benci di dunia ini.

"Kau—" Heeseung merasakan tepukan di bahunya. Jake berdiri di belakangnya, melempar senyum tipis.

"Sudah waktunya anda istirahat, tuan. Saya akan siapkan camilan untuk anda sembari menunggu pelayan menyelesaikan hidangan makan malam." Jake berujar dengan sopan.

Heeseung mendengus pelan, ia letakkan tongkat biliarnya dan berjalan ke luar ruangan tersebut. Sebelum mencapai pintu, ia melirik ke arah pria bernama Youngchul itu dengan tatapan datar.

"Perusahaan yang dijalankan dengan cara kotor tidak akan pernah bertahan lama. Dibangun dengan pondasi bangkai, tak sampai habis hitungan jari maka perusahaanmu akan tamat. Harusnya kau yang berhati-hati, Youngchul. Bukan aku ataupun perusahanku."

Heeseung berjalan keluar bersama Jake tanpa menoleh lagi, meninggalkan seluruh orang yang ada di dalam ruangan itu terdiam.

Youngchul berdecak sinis, "Anak itu benar-benar besar mulut, sama seperti orang tuanya. Lihat saja, aku atau dia yang akan menang."


BLESSED-CURSED

Jake mengetuk pintu ruangan Heeseung. Seperti yang ia janjikan, ia membawakan teh dan camilan untuk sang tuan muda sebagai bentuk penghiburan atas ucapan menyakitkan dari rekan bisnis keluarganya.

"Tuan muda..."

Tak ada jawaban dari dalam. Jake berasumsi kalau Heeseung sedang mendengarkan musik menggunakan earphone, sehingga tak mendengar panggilannya.

"Tuan muda, saya izin masuk..."

Jake memutar kenop pintu dan mendorongnya pelan. Tak ada Heeseung di ruangan itu, bahkan ruangannya sangat berantakan. Jendela besar di belakang meja kerja Heeseung terbuka dan salah satu sisinya pecah.

"Haaah~ mereka tidak pernah membuat ini mudah." Jake mengetatkan sarung tangannya sembari menyeringai kecil. Ia harus menemukan Heeseung segera.

BLESSED-CURSED


"Ugh..."

Heeseung mengerang pelan. Seluruh badannya seperti remuk dan nyeri. Matanya menelisik sekitar, ini bukan rumahnya, ataupun di ruangannya. Apalagi dengan bau khas tembakau yang begitu menyengat di seluruh penjuru ruangan.

"Oh, sudah bangun, tuan muda?"

Suara itu. Heeseung mengenalnya dengan sangat baik.

Lee Youngchul.

Pria bersurai pirang itu berjalan mendekat sambil mengisap cerutunya. Heeseung berusaha bangkit, dan menyadari kalau tangan dan kakinya terikat.

"Seperti inikah caramu memperlakukan anak kecil? Dengan cara murahan ini? Kau benar-benar sangat rendahan, Hwang Youngchul."

"Tak kusangka kau masih bermulut besar setelah aku menyekapmu disini, Heeseung." Youngchul mengembuskan asap cerutu itu ke wajah Heeseung hingga remaja itu terbatuk kecil, "Kau dan kedua orang tuamu sama saja. Angkuh, dan tak tahu diri."

Heeseung menyeringai kecil, "Apa kau sedang membicarakan dirimu sendiri? Karena aku tidak merasa seperti itu."

Youngchul membuang cerutunya ke asbak besar di sebelah Heeseung, kemudian berjongkok di depan remaja itu dengan tatapan benci luar biasa.

"Seharusnya aku juga melenyapkanmu juga hari itu, supaya aku bisa ambil seluruh kekayaan keluargamu dengan mudah."

Duk!

"Argh!" Heeseung mengerang saat Youngchul menendang dadanya dengan kencang sampai terpental ke dinding. Tak sampai disana, pria itu menarik rambut Heeseung dan membenturkan kepalanya ke dinding berkali-kali. Darah mengalir dari dahi dan hidung Heeseung.

"Mana mulut besarmu yang tadi terus sesumbar? Ayo lalukan lagi di depanku, bedebah cilik!"

Youngchul sama sekali tidak memberi Heeseung kesempatan untuk berbicara. Ia menendang tubuh kurus itu berkali-kali, tertawa kencang saat mendengar Heeseung mengerang kesakitan.

"Nah, sekarang tidak ada yang bisa menyelamatkanmu, bahkan tak ada satupun yang tahu kalau kau kubunuh disini."

"Maaf saya terlambat, tuan."

Jake muncul sambil merapikan pakaiannya. Heeseung melirik sinis sambil menahan sakit.

"Ck, dari dulu kau selalu begitu."

Youngchul terkejut dengan keberadaan Jake di kediamannya. Pasalnya ia telah menempatkan puluhan orang terbaik untuk menjaga rumahnya.

"Bagaimana kau bisa masuk kesini?!" Youngchul berseru marah, "Keparat! Kemana perginya penjaga yang kusuruh?!"

"Oh, mereka mati. Lain kali pekerjakan orang yang benar-benar memiliki kemampuan. Bukannya hanya bersantai seperti kucing rumahan yang kekenyangan."

"Kurang ajar!" Youngchul mengambil pistol dari sakunya dan menodongkan ke arah kepala Heeseung, "Berani kau mendekat, maka kau akan mendapati tuan muda kesayanganmu ini mati dengan kepala berlubang."

Heeseung hanya diam saat mulut pistol itu menempel pada pelipisnya. Matanya menatap tajam ke arah Jake.

"Kenapa hanya diam disnaa seperti idiot? Cepat selamatkan aku, Jake!"

Jake berdiri di ambang pintu dengan kepala sedikit di miringkan, "Anda tidak dengar? Kalau saya mendekat, kepala anda akan dilubangi oleh dia dengan pistol itu."

"Jake, cepat selamatkan aku. Mulut orang ini bau tembakau." Rengek Heeseung. Jake menghela napas panjang.

"Baiklah. Akan saya selamatkan anda."

Dor! Dor! Dor!

Baru berjalan beberapa langkah, tubuh Jake ambruk ke lantai dengan darah membanjiri sekelilingnya. Heeseung terbelalak tak percaya. Rupanya ada tiga orang yang bersembunyi di ruangan itu dan menembaki Jake secara membabi buta.

"Hahahaha! Lihatlah! Bahkan pelayanmu yang bodoh itu sudah mati." Youngchul tertawa sembari menarik pengait pistolnya, "Sekarang giliranmu yang—"

"Berhenti bermain-main, Jake." Heeseung menyela ucapan Younghcul.

"Apa?!"

Youngchul terkejut bukan kepalang kala melihat Jake berdiri dan memuntahkan tiga butir peluru yang masih utuh yang telah ditembakkan ke arahnya. Peluru-peluru itu dilemparkan ke arah penjaga Youngchul dan tepat mengenai jantung mereka.

"Bagaimana bisa?! Seharusnya kau sudah mati!!" Youngchul histeris sambil menodongkan pistol ke arah Jake. Jake hanya tersenyum lebar dan berjalan tenang kearah Heeseung dan Youngchul.

"Kau membuat pakaianku rusak, padahal ini pemberian tuan muda." Jake bergumam pelan, "Anda tahu apa yang harus anda lakukan, tuan muda."
Heeseung menyeringai, "Jake... aku perintahkan kau untuk membunuh Hwang Youngchul."

"Yes, my lord."

Jake menarik kerah Youngchul dan mengangkatnya ke udara. Kemudian dihempaskannya tubuh pria itu ke dinding hingga menghancurkan lukisan yang di pajang disana. Tak sampai disana, ia mengarahkan tangannya pada tubuh Youngchul yang terkapar di lantai tak berdaya.

"ARGH!!" Youngchul berteriak kesakitan saat kaki dan tangannya tiba-tiba terpelintir dengan posisi yang sangat menyakitkan.

Jake berjongkok di depan Heeseung dan melepaskan ikatan di tangan dan kakinya. Heeseung hanya merengut sebal sambil sesekali mengernyit nyeri.

"Kepala dan badanku sakit karena ulah orang itu. Seharusnya kau datang lebih cepat, Jake." Gumam Heeseung pelan.

"Maafkan saya, tuan muda. Saya harus membereskan tikus-tikus di depan sebelum mencapai ruangan ini."

Jake menggendong Heeseung ala bridal style dan membawanya keluar dari ruangan itu.

"T-tunggu, tuan pelayan..."

Jake berhenti dan melirik ke arah Youngchul yang merangkak ke arahnya.

"B-bekerjalah untukku. A-aku akan menggajimu 50x lipat dari gajimu saat ini."

"Hmm... sayangnya aku tidak tertarik bekerja denganmu, Tuan Hwang. Saya hanya bekerja untuk tuan muda, tidak untuk yang lain."

"Ayo pulang, Jake. Aku ngantuk."

"Yes, my lord."

"Hei! Tunggu, aku akan menggajimu 100x lipat! Bekerjalah untukku! Hei kembalilah!" Youngchul masih berteriak agar Jake mau kembali dan bekerja padanya.

Jake menendang puntung rokok milik salah satu penjaga Youngchul yang masih menyala dan tepat jatuh di atas karpet beludru disana. Dalam sekejap rumah besar itu dilalap api hingga menghanguskan seisi rumah beserta penghuninya.


BLESSED-CURSED

Jake mengancingkan piyama Heeseung dengan telaten, berusaha untuk tidak menyentuh luka memar di dada dan punggung sang tuan muda yang tampak masih membiru.

"Jake..."

"Ya, tuan muda?"

Heeseung menatap pelayan kesayangannya itu dengan seksama, "Kau sudah menyelesaikan tugasmu. Sekarang akan kutepati janjiku. Jadi, kapan kau akan melakukannya?"

Jake tersenyum. Ia lantas beranjak untuk menyalakan lilin aromaterapi agar Heeseung bisa tidur dengan nyaman. Tak lupa memastikan bantal, selimut dan sprei telah diganti dengan yang baru.

"Anda ingin tirai kamar anda terbuka atau tertutup, tuan muda?"

Heeseung terdiam. Jake sama sekali tidak membalas ucapannya. Padahal ia hanya ingin menepati janjinya.

"Tuan muda?"

"Biarkan tetap terbuka. Aku ingin cahaya bulan bisa masuk ke kamarku." Heeseung naik ke ranjangnya dan menarik selimutnya, "Kau belum menjawab pertanyaanku, Jake."

Jake menaikkan selimut yang dikenakan Heeseung hingga sebatas dada. Bibirnya mengulas senyum tipis pada sang tuan muda.

"Kita sudah punya kesepakatan, tuan muda. Jadi biarkan aku menyelesaikan tugasku sampai perjanjian yang telah kita sepakati hari itu, karena memang itu adalah tugas dari pelayan iblis sepertiku."

Jake mematikan lampu kamar Heeseung dan keluar dari sana, meninggalkan Heeseung yang masih terjaga hingga pintu kamarnya tertutup perlahan.
Heeseung tidak tahu apakah keputusannya untuk bersepakat dengan iblis adalah sebuah berkat atau kutukan. Namun yang pasti, ia tahu bahwa keputusannya tepat. Seperti janjinya pada Jake, ia akan menunggu sampai waktu itu tiba agar ia bisa pergi dari dunia yang kejam ini.







BLESSED-CURSED

snschraracha

Continuă lectura

O să-ți placă și

89.5K 1.7K 16
[One Shoot] [Two Shoot] 1821+ area❗ Adegan berbahaya ‼️ tidak pantas untuk di tiru Cast : Taehyung (Top) Jungkook (bot) # 1 oneshoot (23/05/2024) #...
569K 6K 26
Hanya cerita hayalan🙏
HORNY De microplastic

Proză scurtă

287K 1.1K 5
ONE SHOOT 21+ If you found this story, u clearly identified as a horny person. So find ur wildest fantasy here and just let's fvck, yall. Underage ki...
109K 544 7
📌 AREA DEWASA📌