Seharusnya Dareen berada di negara ini selama dua minggu. Persis seperti yang pria itu katakan ketika ia tengah beres-beres untuk kepulangannya
Tapi baru 4 hari berlalu, Dareen harus segera kembali malam ini juga. Dan berkat itu. Sejak tadi pagi-pagi sekali, Dareen sudah menyelinap masuk kekamarnya lalu memeluknya dengan sangat erat
Ini sudah berjam-jam lamanya. Dan Dareen masih setia memeluknya sambil tiduran di atas kasur dan tentu saja dengan kebiasaan pria itu yang selalu shirtless ketika berada di atas kasur
Entah sebuah kebetulan atau tidak. Hari ini merupakan tanggal merah, sehingga membuat Alisha masih setia berada di kamar bersama Dareen yang memeluknya dengan wajah pria itu yang terbenam dilehernya
Tangan mungil itu mengelus rambut Dareen dengan lembut. Yang mana malah membuat Dareen mengeram pelan dan semakin mengeratkan pelukannya
"Jam berapa kau berangkat?" Tanya Alisha secara tiba-tiba
"Sekitar jam 8 malam nanti"
"Kau tak bersiap-siap untuk kepulanganmu?"
"Aku tengah bersiap-siap sekarang" Bisik Dareen pelan dengan mata yang tertutup "Bersiap-siap untuk jauh darimu"
Alisha mendengus pelan. Ia kemudian teralihkan oleh suara ponselnya yang tiba-tiba saja berbunyi. Dengan posisi Dareen yang tidak ada niatan untuk bergerak. Alisha pun mengambil ponsel itu dengan satu tangan yang terbebas
"Ada apa?" Tanya Dareen yang merasa semua perhatian dari matenya menghilang begitu saja. Bahkan ia tak lagi merasakan elusan di pucuk kepalanya
Alisha pun menjawab pertanyaan walaupun dengan mata yang masih menatap layar ponselnya "Sahabat ku mengajakku untuk pergi"
"Kemana?"
"Mall"
"Jangan pergi"
"Memangnya kenapa?" Tanya Alisha sambil tersenyum geli karena suara Dareen yang terdengar seperti tengah merengek "Sepertinya pergi di tanggal merah seperti ini adalah ide yang bagus"
"Itu ide buruk. Benar-benar buruk"
Ponsel Alisha berbunyi kembali. Kali ini bukan suara pesan masuk. Tapi suara panggilann grup yang berasal dari keempat sahabatnya
Tapi sebelum Alisha mengangkat panggilan tersebut. Dareen sudah lebih dulu mengambil ponsel miliknya dan melemparnya di satu sisi kasur yang jauh dari jangkauan Alisha
"Jangan memikirkan hal lain ketika bersama ku Honey" Tekan Dareen yang entah bagaiamana sekarang berada di atas Alisha. Mengurung tubuh matenya tepat di bawahnya "Aku tak suka"
Tubuh Alisha mematung seketika. Apalagi dengan jarak Dareen yang begitu dekat dengan dirinya. Sial, jantungnya sudah tak aman sekarang
"Lalu apa yang kau suka?"
"Dirimu" Dareen kemudian memajukan tubuhnya. Mengarahkan wajahnya tepat di tanda yang ia berikan. Mengecup tanda itu sebentar sebelum ia menciumi seluruh wajah matenya dengan gemas
Alisha tersenyum dengan lebar ketika Dareen menciumi wajahnya, apalagi bulu-bulu tipis di wajah pria itu membuat wajahnya terasa geli
"Dareen hentikan, iya-iya aku tak akan memikirkan apapun ketika bersamamu. Aku janji"
Sedetik kemudian Dareen pun menghentikan perbuatannya. Bukan karena ucapan yang dlontarkan matenya barusan. Tapi karena suara nyaring yang berasal dari perut matenya
Dareen pun terkekeh ringan ketika melihat wajah matenya yang memerah padam
"Sepertinya aku terlalu lama memelukmu" Timpal Dareen sambil menyingkirkan tubuhnya dari atas tubuh matenya "Kau mau makan apa? Mau kupesankan?"
Alisha mengelengkan kepalanya pelan "Aku ingin masakan rumah saja"
"Bukankah kau dirumah sendirian? Dimana maid mu?"
"Mereka hanya kesini pada pagi hari dan di hari sabtu dan minggu saja. Karena pada hari biasa rumah ini selalu sepi. Kau tau kan. Keluarga ku selalu sibuk dan jarang berada di rumah"
Dareen mengeryitkan dahinya bingung "Lalu siapa yang akan memasak?"
"Tentu saja aku. Memangnya siapa lagi?" Alisha kemudian bangun lalu berjalan menuju pintu keluar "Apa kau mau makan juga?"
Dareen mengangguk ditempat, ia tak menyangka mate tomboynya ini pandai memasak
"Kalau begitu tunggulah disini. Jangan keluar. Dirumah ini ada cctv" Alisha berkata penuh peringatan yang mana malah membuat Dareen tersenyum gemas
"Kau pikir aku peduli dengan cctv?"
"Kau memang tidak peduli. Tapi aku peduli" Kata Alisha sebelum gadis itu keluar dan menutup pintu kamarnya dengan pelan
Dan pada akhirnya Dareen menuruti perintah matenya untuk tetap berada di kamar yang dipenuhi oleh aroma yang memabukan ini.
Dengan keadaan yang masih shirtless, ia pun mencoba untuk mengelilingi kamar matenya. Manik biru laut itu mengamati seluruh ruangan. Hingga matanya terpaku dimeja belajar milik Alisha
Dengan tatapan yang tertuju pada satu titik. Dareen pun melangkah dengan perlahan hingga tangan kanannya menyentuh benda yang menarik perhatiannya
Sebuah foto polaroid yang tertempel dengan indah menggunakan sebuah stiker di sebuah papan tulis mini milik matenya.
Dareen kemudian mengambil polaroid tersebut. Menatap benda tipis itu dengan senyuman yang mengembang indah. Matenya sangat amat cantik di foto ini. Dan tanpa berpikir dua kali. Ia pun langsung mengantongi polaroid tersebut di saku celananya
Ia kemudian berbalik untuk mengamati sudut kamar matenya yang lain sambil menunggu masakkan matenya. Dareen sangat amat tak sabar untuk menantikan itu
Dan pada akhirnya, 20 menit telah berlalu, Dareen kini dapat merasakan kehadiran mate nya. Ia kemudian berjalan kearah pintu kamar. Dan membuka pintu itu tepat ketika Alisha berada dibaliknya dengan membawa sebuah nampan berisi makanan dan minuman
Dareen yang melihat itu segera mengambil nampan tersebut lalu meletakannya di nakas meja. Alisha tersenyum tipis lalu menutup pintu kamarnya dan menghamapiri Dareen yang tengah sibuk dengan nampan itu
"Aku hanya bisa memasak nasi goreng karena di dapur ternyata tidak ada bahan makanan" Ungkap Alisha yang baru saja terduduk di pinggir ranjang
"Tidak apa-apa Honey. Ini sudah cukup bagiku"
Alisha kemudian menjatuhkan tubuhnya dilantai dengan punggung yang bersender ke kasur
"Duduk di lantai. Spreinya baru di ganti" Perintah Alisha kepada Dareen yang entah kenapa pria itu menurut saja
Bukannya Alisha, Tapi malah Dareen yang dengan telaten menaruh dua gelas serta piring itu dihadapan mereka
"Selamat makan" Seru Alisha dengan penuh semangat "Kau harus mencobanya dulu"
Dareen mengangguk patuh. Dengan perlahan ia mulai memasukan sesuap nasi goreng tersebut kedalam mulutnya. Mengunyahnya dengan perlahan seakan menikmati setiap jengkal rasa dari makanan buatan matenya ini
"Bagaimana?" Tanya Alisha penuh harap dengan mata yang berbinar
"Ini sangat enak Honey. Benar-benar enak. Masakanmu mengingatkan ku dengan masakan Mommy ku" Ujar Dareen dengan jujur
Alisha yang mendengar itu terpaku sesaat sebelum tersenyum dengan manisnya "Jika kau mau. Aku bisa memasak lagi untukmu. Tapi sayangnya kau sudah mau kembali malam ini" Ujar Alisha berusaha membuat tidak menjadi sedih
Pria itu mendengus kesal "Jangan ingatkan aku soal itu. Kau tau betapa susahnya bagiku untuk pergi jauh darimu?"
"Mau kutemani? Jam delapan malam bukan masalah bagiku untuk keluar rumah. Aku bisa menemanimu sampai kau lepas landas"
"Jika itu maumu. Aku tak bisa membantah" Balas Dareen sambil menyendokan nasi goreng itu kemulutnya
•••
Sekarang Dareen tengah berada di mobil dengan Alisha yang berada di pangkuannya. Memeluk tubuh mungil itu dengan sangat erat. Berusaha menambahkan energi dari matenya untuk ia simpan selama mereka berjauhan
Dareen lalu sedikit mengumpat ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti. Padahal ia sudah menyuruh Richard untuk mengendarainya sepelan mungkin. Tapi kenapa waktu terasa sangat cepat?
Gadis di pangkuannya ini kemudian bergerak. Dengan tangan mungil itu, Alisha mencoba untuk membuka pintu lalu berusaha untuk keluar dari mobil walaupun sedikit susah karena ia berada dipangkuan Dareen
Alisha kemudian menarik lengan kekar itu ketika ia sudah berada di luar. Mencoba menarik tubuh besar Dareen yang entah kenapa sangat tidak berniat untuk bergerak sama sekali
Dan tentu saja gagal. Tenaga Dareen 100 kali lebih kuat daripada dirinya
"Dareen keluarlah dari mobil. Pesawatmu sudah menunggumu" Pria itu menghela nafas sangat berat. Kemudian dengan malas. Dareen akhirnya memutuskan keluar dari mobil
Hanya satu hal yang Dareen benci di dunia ini. Yaitu, ia tak bisa membantah apapun yang matenya katakan. Ia sudah mencoba berkali-kali. Tapi entah kenapa setiap ia mendengar suara lembut milik matenya. Ia pasti tidak akan bisa menolak semua kata yang lepas dari bibir merah itu
Seperti saat ini
"Aku tak bisa jauh darimu" Dareen berguman pelan dengan tangan yang ditarik oleh Alisha untuk menghampiri pesawat pribadi yang sudah hampir siap untuk lepas landas
"Kau harus mencobanya. Ini hanya sementara"
Langkah Dareen kemudian terhenti tepat di tangga pesawat. Ia kemudian berbalik. Menatap Richard yang sedari tadi mengikuti langkahnya "kau tidak lupa dengan tugasmu, kan?"
"Saya meningatnya dengan jelas King"
"Kau harus menlindungi Queen mu, jaga dia selama aku tak ada. Kemanapun mate ku pergi, kau harus tetap bersamanya. Kau juga harus mengantarnya saat pergi ataupun pulang sekolah. Jangan biarkan dia balapan lagi. Dan jika kau menemukan orang yang mencurigakan, segera laporkan padaku. Karena orang-orang itu bisa membuat mate ku dalam bahaya"
Entah kenapa bulu kuduk Alisha berdiri seketika. Kali ini, sepertinya Dareen menggunakan aura pemimpinya yang benar-benar dominan. Bahkan Alisha dapat melihat Richard yang menunduk dengan wajah yang tersirahat rasa ketakutan yang ketara
Tapi kemudian Alisha berdecak sebal "Itu sudah ke 23 kalinya kau bicara seperti itu. Aku yakin seratus persen Richard tidak tuli"
"Hoㅡ"
"Iya-iya aku mengerti. Aku juga sudah ingat semua ucapan mu tadi" Potong Alisha pelan. Mata itu kemudian melirik ke belakang Dareen "Sepertinya para kru pesawat sudah menunggumu"
Dareen terpejam seketika. Ia kemudian mengela nafas berat lalu menatap mata matenya dengan dalam
Pria itu kemudian mendekatkan tubuhnya kearah mate-nya. Dan tanpa aba-aba, Dareen mencium bibir Alisha yang mana membuat semua orang langsung mengalihkan pandangan mereka. Membiarkan kedua sejoli itu menikmati waktu mereka sebaik mungkin
Alisha memejamkan matanya pelan sebelum membalas ciuman itu. Ia dapat merasakan bagaimana sulitnya Dareen untuk pergi jauh dari dirinya. Ini pasti ikatan mate antara mereka yang entah kenapa selalu membuat Alisha dapat merasakan apa yang Dareen rasakan ketika tubuh mereka bersentuhan
"Aku akan merindukanmu, Honey" Ucap Dareen sesaat setelah ia merasa puas dengan bibir merah matenya. Ia kemudian mengelus bibir itu dengan jempolnya guna merasakan kelembutan dari bagian yang paling ia sukai milik matenya
"Aku juga akan merindukanmu"
Kepala Dareen kemudian terangkat guna mencium dahi Alisha sekilas "Jaga dirimu baik-baik. Jangan sampai terluka. Berjanjilah kepadaku"
"Aku berjanji"
"Aku akan mengunjungimu sebisa mungkin" Alisha mengangguk sebagai jawaban
"I love you"
"I love you too" Setelah mendengar itu, Dareen langsung berbalik untuk memasuki pesawat. Dan para kru yang melihat itu langsung saja menutup pintu pesawat dengan segera
Alisha serta Richard kemudian menjauh dari landasan ke tempat yang lebih aman saat pesawat itu akan mulai lepas landas
Walaupun sedikit samar. Tapi Alisha dapat melihat wajah Dareen dari jendela pesawat. Pria itu juga tengah memandanginya dengan raut wajah sendu
Gadis itu kemudian tersenyum dengan tulus ketika pesawat pribadi yang ditumpangi Dareen sudah melayang jauh di udara. Pada akhirnya, Alisha memutuskan untuk tetap berada ditempat sampai matanya sudah tidak dapat melihat pesawat itu lagi.
"Have a safe flight Dareen" Guman Aliaha pelan sebelum menyusul Richard yang sedari tadi sudah berada di dalam mobil
🐋🐋🐋
Hi guys
Ngomong-ngomong....
Aku baru saja ngepubikasikan cerita baru kemarin. Walaupun masih prolog, silahkan mampir kawan-kawan. 😊😊😊 Semoga kalian suka dengan ceritanya ୧⍤⃝🌹
Jika ada typo dan kesalahan lainnya tolong bilang-bilang ya, nanti aku perbaiki saat aku revisi besar-besaran
Jangan lupa untuk Follow, Vote dan Commentnya 💋💋💋
See you in the next chapter 👋👋👋
- Love, Ryn