Your Guardian Angel (The End)

Hana_No_Uta

408K 58.6K 2.9K

~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN DITIRU! Kisah cinta fantasi tentang se... Еще

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan (The End)
Epilog

Dua Puluh Empat

7K 1.1K 28
Hana_No_Uta

Risa mengantar Elona sampai tempat Kosannya. Awalnya Elona menolak dan mengatakan ia bisa pergi sendiri, namun Risa sangat keras kepala, ia memaksa dan mengikuti Elona sepanjang perjalanan, hal hasil Elona naik ke mobil Risa, padahal ia tidak mau merepotkan gadis itu.

Ia tidak mengenalinya.

"Lo tinggal disini?" tanya Risa, bangunan kosan itu tidak layak disebut tempat untuk tinggal.

Elona mengangguk. "Makasih udah ngantarin aku."

Risa mengangguk kecil. "Emang lo bisa tinggal di tempat kayak gini?"

Elona mengangguk. "Lebih dari cukup, selama aku bisa tidur."

"Oh,"

Elon turun dari mobil, ia berjalan memutar untuk segera masuk ke rumah, ia ingin segera tidur.

"Gue engga tahu apa yang terjadi tapi, bunuh diri bukan sebuah pilihan." Risa membuka kaca mobilnya dan mengatakan hal ini pada Elona.

Elona berbalik, ia tersenyum tipis. "Terima Kasih."

Rise tertegun. "Lo sering-sering senyum deh, cantik lo." Ia menyalakan mesin mobil dan melaju pergi.

Meninggalkan Elona yang diam mematung, gadis itu berbalik arah dan berlari secepat mungkin.

Elona tidak mau kembali ke kosan.

Ia takut kesana, terlalu banyak kenangan disana.

Ia tidak mau kesana!

Ia juga masih kepikiran dengan Bianva, gadis itu tahu ia tinggal disana, Elona tidak mau kembali.

Elona tidak punya tempat untuk tinggal.

Dia sendirian.

Kemana ia harus lari?

Nafas Elona memburu, matanya manatap nanar tempat ia berpijak.

"Aku harus gimana?"

"Harus kemana?"

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Bagaimana ke depannya?"

"Bagaimana?'

"Apa tidak ada tempat aman di dunia ini, aku hanya ingin tinggal sebentar." Elona kembali menangis.

Hari ini ia cengeng sekali, entah sudah berapa kali ia menangis.

Dengan pikiran buntuh nya, Elona berbalik arah dan kembali ke kosan tempat ia tinggal selama ini.

Ia masuk dan langsung mengunci pintu.

Membuka sepatunya, Elona berjalan menuju kasur tipis, ia berbaring disana, memeluk kedua lututnya, dan meringkuk.

Gadis itu menatap satu-satunya foto adiknya disana.

Elona kembali menangis.

"Elona jadi kakak dong?"

"Kamu mau?"

"Mau Ma!"

"Baguslah kalau dia bertahan dan sanggup lahir, kamu yang urus dia."

Elona teringat momen ketika pertama kali Ibunya berkata bahwa dia hamil.

"Kenapa anak ini harus hadir! Aku sudah lelah menghadapi kalian berdua!"

"Mama jangan bunuh dia! Aku yang akan rawat dia! Jangan sakiti dia!"

Ibunya pernah berencana untuk mengugurkan adiknya dan Elona mengehentikan nya.

"Hentikan tangisnya Elona! Kau ingin aku membunuhnya?!"

"Maaf, Ma."

Bahkan setelah lahir ibu juga kepikiran beberapa kali ingin membunuh adiknya kerena terlalu bising.

"Mama adik bayinya Elona kasih nama boleh?"

"Terserah."

"Namanya Ares yah Ma?"

"Berhenti bertanya hal yang tidak penting!"

Elona tertawa sendiri.

Dia terlihat sangat menyedihkan sekarang.

Gadis manis yang malang.

Apa yang harus kamu lakukan sekarang?

Tidak ada siapa-siapa di samping mu sekarang.

Tidak ada tempat untuk mu bersandar.

Kamu kehilangan tujuan hidup mu.

Apa yang harus kamu sekarang?

Bahkan mati pun kamu juga takut.

Diam-diam kamu berterimakasih pada penolong mu hari ini.

Kamu juga takut akan kematian kan?

Kasian sekali.

Tidak ada bisa kamu lakukan lagi.

Sekarang kamu hanya perlu diam dan biarkan kematian menjemput dengan sendirinya.

Elona menatap jemarinya.

Ia tiba-tiba teringat kata-kata Ares sebelum meninggal.

"Aku akan melindungi mu, Jadi tunggu sebentar, jangan berpikir untuk mati yah."

Entah kenapa saat itu ia merasa bukan Ares yang mengatakannya.

Seperti bukan adiknya, dia seperti orang lain.

Elona menghela nafas.

"Tidak ada gunanya berpikir sekarang, apa yang mau di tunggu."

Elona lelah.

Ia ingin tidur sekarang.

Secepat mungkin dan semoga ia tidak akan bangun untuk selama-lamanya.

***

Sebulan kemudian....

Dokter Eben menatap bekas tempat bekal yang ia tinggal di depan pintu kosan Elona dengan wajah murung. Sekali lagi, makanan yang ia tinggalkan untuk Elona tidak disentuh sama sekali oleh gadis itu, sudah sebulan hal ini terjadi, Dokter Eben tidak tahu bagaimana Elona bertahan selama ini.

Dia mengetuk pintu. "Elona, kamu sudah makan?" Kalimat yang sama dan selalu berulang-ulang setiap harinya. "Makanlah sedikit, kamu akan sakit jika terus makan sepotong Roti."

Tidak ada jawaban, sama seperti biasanya.

Sejak kehilangan adik kecilnya, Elona tidak pernah keluar dari kamar kosan nya.

Dokter Eben menyiapkan banyak hal untuk Elona dan gadis itu hanya mengambil sebungkus Roti dan beberapa perlengkapan mandi saja.

Tidak dengan nasi atau yang lainnya.

Semua dibiarkan basi.

"Elona jangan seperti ini, pihak sekolah beberapa kali menghubungi Dokter, katanya jika kamu tidak ingin beasiswa kamu dicabut sebaiknya kembali lah, ayo masuk sekolah."

Tetap sama, tidak ada jawaban.

"Elona, Dokter harus apa untuk membuat kamu berhenti menjadi seperti ini?"

"Dokter bisa balikin Ares?" Suara Elona terdengar serak.

Dokter Eben tersenyum senang, akhirnya Elona merespon suaranya. "Maaf Dokter tidak bisa melakukan itu, nyawa seorang manusia berada di tangan yang maha kuasa."

Elona tidak menjawab.

Dokter Eben menghela nafas berat. "Dokter letak disini yah makanan kamu, setidaknya makanlah nasi, dia pasti menangis karena tidak kamu makan." Dia tertawa kecil. "Dokter pergi dulu dan tolong kembali lah sekolah."

Dari dalam kosan Elona mendengar langkah kaki Dokter Eben yang menjauh.

Gadis itu menghela nafas, sebenernya sulit juga untuk menolak keinginan Dokter Eben jika ia terus-menerus mendatanginya seperti ini. Elona tidak mengerti sebenarnya seberaapa besar kesukaan Dokter Eben pada ibunya sampai ia mau bersusah payah mengurus seseorang seperti dirinya.

Tinggalkan saja Elona sendirian, ia tidak menginginkan apapun sekarang.

Sekolah? Huh, untuk apa ia mendatangi neraka itu.

Ia bisa belajar sendiri tanpa harus datang ke neraka dan merasakan semua penderitaan itu.

Elona tidak peduli lagi.

Ia membuka sebungkus Roti dan menggigitnya perlahan-lahan.

Satu hari, satu Roti.

Elona makan hanya untuk menahan suara perutnya yang minta diisi, setelah berhenti ia tidak akan makan lagi.

Sudah sebulan seperti ini, kira-kira siapa yah yang membayar kosannya? Ah mungkin Dokter Eben, biarlah Kosan hanya seharga 400 ribu, bagi seorang Dokter itu adalah uang yang sedikit, tapi bagaimana dengan semua makanan ini.

"Untuk hidup saja aku membuat susah seseorang," Elona bergumam lirih. "Bertahanlah selama mungkin, sampai Dokter Eben menikah dengan seseorang dan melupakan semuanya, aku tidak ingin dia mengurus pemakaman ku."

Pasti akan menyusahkan.

Baik mati dan hidup, keduanya sama-sama menyusahkan.

"Nyebur?" Jika ia tenggelam tidak akan ada yang menemukan mayatnya. "Tapi laut jauh dari sini, aku tidak punya uang untuk pergi kesana."

Apa pilihannya hanya gantung diri?

"Dokter Eben akan mengeluarkan banyak uang hanya untuk mengurus pemakaman ku." Tetaplah bertahan sampai Dokter itu lelah mengurusnya.

"Ares, malam ini datang ke mimpi kakak yah," Elona tersenyum tanpa emosi. "Hanya itu yang buat kakak bertahan sekarang, biarin kakak dengar suara dan lihat senyum kamu lagi." Ia merentangkan kedua tangannya, memohon pada langit-langit kamar agar bisa membiarkan dirinya memeluk adiknya sekali lagi.

Dia sepertinya jadi gila.

***

Altheya : gawat sih Elona ketularan gila!

Lamiya : yah wajar sih, diantara kita semua mungkin dia paling menderita.

Altheya : jangan samain penderitaan semua orang, itu sikap yang menyebalkan.

Lamiya : terserah gue dong, diantara lo berdua gue yang paling menderita.

Altheya : gua! Lo masuk buku karena mati kan?! Gue karena bundir!

Lamiya tersenyum mengejek : siapa suruh lo bundir

Keduanya saling Jambak-jambakan.

Elona : silahkan nanti part selanjutnya, terima kasih sudah membaca 😘

Btw kemarin itu aku up banyak-banyak karena lagi bersemangat aja wkwkwkw.

Aku up nya engga tentu yang jelas engga lebih dari seminggu aku dah up kok.

Продолжить чтение

Вам также понравится

JURAGAN KOS E_Prasetyo

Любовные романы

769K 74.8K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
Kost 25 [End] RynbacaRin

Детектив / Триллер

879K 130K 34
Hanya Rumi saja anggota kost cewek di kost 25 milik Bapak Kost Jepri. Dia hanya seorang cewek diantara 9 orang anggota kost cowok. Awalnya tak ada ha...
Unequal twins LeoTusEmpat

Любовные романы

110K 5.4K 37
Kinan Biru Permata, gadis yang selalu dituntut menjadi sempurna oleh orangtuanya. Selalu dibandingkan dengan saudara kembarnya, bahkan dia dituntut h...
Chit-Chat Boy! (NEW VERSION) Mimahhyngsh

Подростковая литература

2.7K 573 45
"Semua orang pernah di fase alay sendiri, jadi gak perlu takut." *** Pas lagi masa-masanya noob gitu, punya akun jejaring medsos satu tuh berasa kura...