When an Antagonist becomes He...

De daydreambeing

870K 113K 3.4K

[Complete Fantasy Story #1] Mulanya, Cha Yurim hanya diberi amanah oleh Seo Yeonhwa, sahabatnya. Untuk menjag... Mais

00 | Prolog
01 | Transmigrasi
02 | Persiapan
03 | Semua mata tertuju kearahku
04 | Pesta Debutante
05 | Pesta Debutante (2)
06 | Ingatan lama? atau Prediksi?
07 | Apakah aku sanggup?
08 | Sihir yang bangkit
09 | Lahirnya Ailyn yang baru
10 | Kisah miliknya, sang Protagonis
11 | Kisah miliknya, sang Protagonis (2)
12 | Kisah miliknya, sang Protagonis (3)
13 | Bertemu
14 | Langkah dari Irene
15 | Target selanjutnya
16 | Tidak takut apapun
17 | Sesuatu yang terlupakan
18 | Hal yang berbahaya
19 | Untuk menjadi lebih kuat
20 | Tekad untuk melawan
21 | Dendam yang tak kunjung surut
22 | Dua orang yang merindukan dirinya
23 | Kupu-kupu dan bunga yang ia rindukan
24 | Raja yang merindukan Ratunya
25 | Teman baru, tunggangan baru
26 | Tuan muda berwajah dingin
27 | Keluarga yang saling mengeratkan pelukannya
28 | Namanya yang tertulis dalam ramalan
29 | Pergi ke negeri asing
30 | Pergi ke Negeri asing (2)
31 | Serigala dan Mangsanya
32 | Serigala dan Mangsanya (2)
33 | Gadis dalam ramalan
34 | Sang Putri dan Rahasianya
35 | Dia, Pangeran berdarah dingin
36 | Ingatan yang kembali
37 | Awal mula dari bencana
38 | Pergolakan dua kubu
39 | Kisah miliknya, sang Antagonis
40 | Kisah miliknya, sang Antagonis (2)
41 | Kisah miliknya, sang Antagonis (3)
42 | Kebenaran dari sebuah kesalahan
43 | Pertarungan Sengit
44 | Amarah yang tak terbendung
45 | Dua bintang bercahaya
47 | When an Antagonist becomes Heroine (Selesai)
48 | Epilog
EXTRA CHAPTER (1)
EXTRA CHAPTER (LAST)
CHARACTER BIODATA pt.1

46 | Akhir dari kebencian

12.1K 1.6K 158
De daydreambeing

"A-Ayah?!"

Nampak wajah Serenity yang sedikit syok saat melihat Dewa Agung muncul dihadapannya. Dewa Agung tersenyum melihat putri bungsunya setelah sekian lama ia hanya memantaunya saja.

"Kenapa ayah bisa ada disini?!"

"Tempat ini adalah ruang kekosongan. Tempat dimana tidak ada kehidupan dan kematian, ruang ini juga tidak terikat oleh waktu. Sehingga berapa lama kau disini, waktu terakhir dirimu di dunia nyata tetaplah sama."

"Jadi... Maksud ayah?"

Dewa Agung hanya tersenyum. Tepat beberapa detik setelahnya, Eilaria membuka matanya lalu terbelalak melihat Dewa Agung dihadapannya.

"Ah? Putriku yang tertua juga sudah sadar, sudah lama sekali aku tidak melihatmu."

"Untuk apa anda disini?! Bukankah anda telah membuang saya!?"

Eilaria, sangat membenci ayahnya. Karena selama hidupnya, dia selalu merasa bahwa Dewa Agung selalu bersikap tak adil padanya, dan selalu berpihak pada Serenity. Sejak awal, dia ingin sekali memutuskan hubungan dengan ayah dan adiknya itu. Hanya saja, hatinya belum puas bila tidak menghancurkan Serenity.

"Aku berada disini, karena aku ingin berbicara dengan kalian berdua. Bukan sebagai seorang Dewa Agung, namun sebagai seorang ayah," ucap Dewa Agung.

"Bicara?! Tidak ada yang perlu anda bicarakan! Anda sudah membuang saya dan tidak pernah menganggap saya sebagai putri anda!" balas Eilaria.

Serenity menggertak giginya saat ia mendengar perkataan Eilaria.

"Apa maksudmu?! Justru ayah adalah orang yang paling peduli denganmu!"

Dewa Agung pun melerai perdebatan kedua putrinya, dia mengetahui apa yang diperdebatkan oleh kedua putrinya selama ini. Dan kedatangan dirinya kali ini adalah untuk menjadi kunci terakhir keduanya untuk berbaikan.

Dewa Agung menarik keluar seluruh energi Cerrus di dalam diri Eilaria, lalu memperbaiki sebagian jiwa Eilaria yang telah rusak dan hilang. Eilaria yang sebelumnya sangat marah, kini menjadi lebih tenang.

"Aku tidak pernah membuangmu Eilaria, bukankah kamu sendiri yang membuangku dan adikmu?"

Dewa Agung menggumpalkan energi milik Cerrus lalu dia membisikan sesuatu pada energi itu.

Terima kasih atas kekacauannya, Cerrus.

Selama ini Cerrus menaruh energi gelapnya pada celah kecil yang terdalam di hati Eilaria, membuat Eilaria menjadi tak terkendali baik dari segi emosi ataupun sikapnya.

Eilaria terperangah melihat energi gelap milik Cerrus yang dikeluarkan dari tubuhnya, tiba-tiba dia merasakan rasa malu yang luar biasa dari dalam dirinya.

"Tidak, aku tidak pernah! Anda duluan yang melakukannya!" seru Eilaria.

"Omong-kosong gila apa yang kau katakan Eilaria?! Jangan bersikap tak sopan pada ayah!" balas Serenity

Dewa Agung tersenyum menatap kedua putrinya.

"Berhenti membenarkan dirimu atas kesalahanmu sendiri Eilaria. Aku tahu, kamu merasakannya bukan?"

"M-Merasakan apa?"

"Perasaan kecewa, akan dirimu sendiri."

Sontak Eilaria menangis tanpa ia sadari, membuat Serenity bingung karenanya. Serenity menatap kakaknya dengan heran, kenapa dia harus menangis di situasi seperti ini?

"Bahkan matamu, sudah tidak sanggup menahannya bukan?"

Dewa Agung membungkuk sedikit lalu mengusap kepala Eilaria. Karena hal itu, perasaan Eilaria semakin tak terbendung. Dia tidak merasakan perasaan marah, namun perasaan kecewa dan malu yang begitu besar.

Eilaria selama ini selalu menganggap bahwa dirinya tidak mendapatkan kasih sayang yang sama seperti yang Serenity dapatkan. Sejak sang ibu tiada, ia merasa kasih sayang ayahnya semakin lama semakin berkurang padanya dan ia selalu merasa bahwa Dewa Agung lebih memerhatikan Serenity ketimbang dirinya.

"Kenapa? Kenapa ayah seperti ini? Bukankah ayah tidak menyayangiku?" Eilaria menangis, air matanya semakin lama semakin mengalir deras, namun hal itu tidak menjadikan Serenity bersimpati padanya.

"Siapa yang mengatakan padamu bahwa aku tidak menyayangimu?"

"Tidak ada yang mengatakannya karena aku melihatnya sendiri, ayah lebih menyayangi Serenity ketimbang diriku! Bahkan ayah memberikannya berkat lebih dari yang aku dapatkan! Dan juga, ayah memberikannya sesuatu yang seharusnya itu adalah milikku sebagai anak tertua!"

Tangisan Eilaria semakin kencang, membuat hati Serenity yang semula benci menjadi iba padanya. Sebenarnya, Serenity mengetahui awal mula dari kebencian Eilaria padanya.

Yaitu saat Dewa Agung memberikan senjata sihir pada mereka berdua.

Seharusnya yang menerima Divine Sword adalah Eilaria karena dia anak tertua, terlebih dia sangat menyukai pedang. Tapi ternyata yang justru dia dapatkan adalah sebuah Divine Whip yang bahkan tak ia sukai sama sekali.

Di dunia atas, Eilaria sering menjadi bahan ejekan karena dianggap selalu menjadi yang kedua, padahal dialah putri tertua. Serenity pernah ingin menukar senjatanya dengan senjata Eilaria, namun Dewa Agung tidak mengizinkannya.

Hal itu menjadi dasar dari kebencian Eilaria, yang menganggap Serenity lebih dicintai ketimbang dirinya. Oleh karena itu, di akhir hidup Serenity yang tragis, dia dibunuh oleh Divine Whip yang dahulu tidak disukai oleh Eilaria.

"Putriku Eilaria. Kau telah salah, baik kau maupun Serenity. Kalian berdua diberi berkat yang sama olehku. Namun cara kalian menghadapi dan memandangnya saja yang berbeda."

"Memandangnya apa? Jelas-jelas anda yang bersikap seperti itu padaku! Aku harus memandang apa lagi?!"

"Senjata sihir yang kuberikan padamu, adalah senjata yang diciptakan secara khusus oleh ibumu dan aku, Eilaria."

Seketika Eilaria terdiam mendengarnya.

"A-Apa?"

Dewa Agung, mengeluarkan sebuah batu jiwa yang berisikan pesan terakhir istrinya untuk kedua putrinya. Dewi Langit, ibu dari dua dewi bersaudara, memberikan pesan terakhirnya dengan cara menyimpan secercah jiwanya di dalam batu tersebut.

Mendengar pesan terakhir sang ibunda, Eilaria akhirnya menyadari kalau selama ini dia telah salah sangka. Dia juga akhirnya menyadari, mengapa cambuk miliknya sangat mudah beresonansi dengan kekuatan miliknya, ternyata cambuk itu memang diciptakan khusus untuknya.

Cambuk yang Dewi Langit ciptakan, untuk melindungi manusia, adiknya dan dirinya, justru ia gunakan untuk membunuh adik dan manusia. Sontak Eilaria menangis tersedu-sedu mengingat perbuatannya.

"Kau berteriak padaku dan adikmu bahwa kami harus mengerti dirimu, namun apakah kamu pernah mengerti kami? Selama ribuan tahun kau terus menyiksa jiwa adikmu, padahal ia sangat menyayangimu."

"A-Aku..."

"Aku menghukum dirimu dan membuatmu selalu terikat dengan adikmu, adalah untuk memberimu kesempatan untuk merubah pilihan hatimu yang kau nodai. Tapi rupanya, kau lebih memilih untuk mengikuti keinginan dari Cerrus, ketimbang hatimu sendiri."

"Aku menjadikan kalian berdua sebagai contoh penting dalam kehidupan. Ketamakan, kebencian, rasa iri dan dengki, itu semua bersifat menghancurkan diri sendiri dan kalian justru melakukan hal itu. Sebagai seorang dewa tertinggi dan juga seorang ayah, membiarkan jiwamu berjalan bersama jiwa adikmu di angkasa, meski kau telah berulang kali menyakitinya, adalah kelonggaran terbesar yang bisa aku berikan."

Eilaria menunduk, ia mengingat kembali semua perbuatannya pada Serenity, dan seluruh penitisnya. Ia juga mengingat dosa yang ia lakukan pada manusia, yaitu membunuh masal mereka.

Eilaria pun bersujud memohon ampun pada Serenity, berharap Serenity akan mengampuni perbuatannya.

"Setelah apa yang kau lakukan selama ini, dan kau memintaku untuk memaafkanmu?! Kau tahu kalau nyawa tak akan bisa kembali bukan? Jangan pernah kau lupakan kalau kau sudah membunuh seseorang yang paling berharga untukku!" seru Serenity dengan emosi.

"Aku tahu, aku memang tidak pantas untuk dimaafkan tapi setidaknya, aku ingin meminta maaf!" balas Eilaria.

Serenity mengepalkan tangannya dengan erat, dia hendak menampar Eilaria karena ucapannya. Namun ia menyadari, bila dia menamparnya, apa bedanya dia dengan Eilaria.

"Bahkan setelah apa yang kau lakukan padaku, aku belum mampu untuk memukulmu dengan benar." Serenity memalingkan wajahnya dari Eilaria, membuat tangisan Eilaria semakin kencang.

Berulang kali Eilaria meminta maaf, namun Serenity hanya terdiam. Dewa Agung pun mengatakan pada Eilaria, apa yang akan dia lakukan setelahnya.

"Aku bertanya padamu Eilaria, kau memilih untuk tetap tinggal di duniamu atau ikut aku kembali ke dunia atas. Namun bila kau memilih kembali denganku, aku tetap akan menghukum semua dosa yang kau lakukan selama ini."

Serenity menggigit bibir bawahnya dengan kuat, ia merasa Eilaria tak akan mengambil resiko seperti itu untuk menghadapi hukuman dewa. Cerrus saja mencoba untuk melarikan diri dan putus asa saat menghadapi hukuman dewa, apalagi Eilaria.

Tapi apa yang dipikirkan Serenity, berbanding terbalik dengan yang dikatakan oleh Eilaria. "Aku memilih ikut denganmu, ayah. Aku siap menjalani hukumanku," ucap Eilaria dengan percaya diri.

Serenity pun menolehkan wajahnya kearah Eilaria, lalu meneriakinya.

"Apa kau sudah gila?! Kau bisa saja mati! Bahkan bila kau mati, kau tidak akan bisa bereinkarnasi!"

"Tidak apa, dibandingkan apa yang kau rasakan selama ini. Dihukum menjadi buih lautan pun sudah sangat beruntung."

Eilaria mengambil posisi bersimpuh lalu bersujud di hadapan adik dan ayahnya.

"Sekali lagi aku akan mengatakan ini padamu Serenity. Maafkan aku, aku memang kakak yang begitu hina."

Senyuman tulus pertama yang diberikan Eilaria pada Serenity itu, berhasil menghancurkan perasaan marah dalam diri Serenity.

Bahkan sampai akhir pun, aku masih tetap tidak bisa menyakitimu seperti kau yang menyakitiku...

Tak lama, Dewa Agung pun mengembalikan jiwa Serenity pada raganya dan dalam 1 detik terakhir sebelum pedang miliknya memenggal kepala Eilaria.

Serenity menangis.

Aku akan mencoba memaafkanmu...

Kakak...

SLASH!

Pedang Serenity berhasil menebas leher Eilaria lalu ditangkapnya kepala Eilaria yang telah terlepas itu. Dengan sihirnya, Serenity menjaga tubuh dari sang penitis yaitu Elyssa sebelum akhirnya tubuh dan kepalanya hancur menjadi butiran debu karena efek dari sihir gelap yang digunakannya.

Serenity memandang kepala dari penitis kakaknya yang telah ia penggal. Dia memang berhasil membalas dendam dari luka yang telah lama membusuk.

Dia jadi teringat masa-masa saat semua masih baik-baik saja dan semua ini tidak terjadi. Dahulu ia berpikir kalau ia adalah sebuah kesalahan, namun terlahir kembali menjadi Yurim dan Ailyn adalah jawaban yang ia cari selama ini.

"Andaikan kau mendengarkan semuanya terlebih dahulu, menahan emosi dalam hatimu dan bersikap lebih tenang. Semua ini, tak perlu terjadi..."

Semua orang yang menyaksikan pertarungan dari dua dewi bersaudara pun membuka mata mereka lebar-lebar. Terutama para Saint dan Saintess, takdir yang tak mereka bisa baca kini sudah mereka temukan jawaban akhirnya.

Ya, Dewi Kedamaian, berhasil menahan dan menghentikan kebencian yang ada selama ribuan tahun.

*penyebutan nama, kembali seperti semula.

Rivette, Charlotte, Killian dan Felix berhasil tiba di pusat kota sebelum Ailyn memenggal kepala Elyssa. Mereka semua menyaksikan sendiri, betapa sengitnya Ailyn bertarung diatas langit, hingga kemenangan ada di tangannya.

"A-Apa itu, nona?" Sebelum dibawa ke dalam bunker keselamatan, Rivette sempat menyaksikan kejadian menyedihkan itu dan bergeming melihatnya.

Sama halnya dengan Felix dan Killian, mereka tidak pernah menyangka bahwa Ailyn akan menjadi seperti itu.

"J-Jadi, selama ini dia adalah seorang penitis dewi yang ada dalam legenda?!" ucap Killian terkejut.

Damian pun juga ada disana, dia turut membantu pihak istana dengan memberikan persediaan medis dan makanan yang cukup selama perang terjadi.

"Apakah itu, Lady Ailyn?" tanya Damian dengan wajah terkesima.

Tanpa sadar, mata Charlotte berubah menjadi rupa aslinya yaitu The Holy Eyes karena aura dewi dari diri Ailyn telah memicunya.

"Benar... Itu adalah Lady Ailyn," jawab Charlotte dengan pandangan yang masih terpaku keatas langit.

Felix terkejut melihat mata Charlotte yang seketika berubah, ia tidak pernah menyangka bahwa Charlotte adalah salah satu dari yang 'terpilih'. Dia jadi merasa khawatir karena hampir saja ia melakukan hal buruk pada manusia langka di dunia.

✧✧✧✧

Di dalam aula istana, Cedric berhasil melumpuhkan Cerrus dan Frederick.

Setelah mendengar suara dari Dewa Agung, Cerrus menyadari bahwa dirinya telah kalah dan tidak dapat melakukan apapun lagi. Semakin lama, energinya semakin melemah karena semua anak buah yang menjadi sumber energinya telah tewas terbunuh.

Frederick pun sudah tidak berguna lagi karena seluruh energinya telah diserap habis oleh Cerrus selama bertarung dengan Cedric. Terlebih jiwa Eilaria ditangannya telah lenyap dan penitisnya, Elyssa telah terbunuh.

"Apakah ini akhirnya? Aku kalah dengan bawahanku sendiri?"

Cedric menodongkan pedangnya ke depan wajah Frederick. Perlahan kesadaran Frederick kembali, seiring dengan Cerrus yang perlahan semakin menghilang.

"Ya, ini adalah akhirmu, dan kuharap kita tidak akan pernah bertemu lagi."

Cedric menoleh keatas, memeriksa keadaan Ailyn. Dilihatnya Ailyn yang tengah memeluk kepala Elyssa yang perlahan hancur menjadi debu.

Pada akhirnya, hatimu masih tetap selembut kapas... Meski kapas itu, berulang kali ternodai oleh darahmu sendiri.

Saat kepala dan tubuh Elyssa sepenuhnya telah menghilang. Ailyn melihat bahwa seluruh wilayah di Kekaisaran telah sangat kacau dan banyak sekali prajurit Kekaisaran yang terluka.

"Sudah lama sekali aku tidak melakukan ini, waktunya untuk mengakhiri semuanya..."

Ailyn membentangkan kedua tangannya lalu mengumpulkan semua kekuatannya dan sedikit energi dari alam. Ailyn menyebarkan aura keberadaannya diseluruh Kekaisaran, lalu ia menggunakan kekuatan dewinya yaitu Light of Peace untuk melepas semua pengaruh negatif.

Setelahnya, Ailyn menggunakan kekuatan keduanya yang disebut dengan The Balance of Goddess. Kemampuannya ini mampu mengusir musuh secara paksa dengan memantulkan mereka keluar dari area yang diberi aura sihir.

Ailyn mengembalikan seluruh kerusakan yang terjadi di alam karena peperangan, dan membebaskan para hewan suci yang dijadikan alat perang.

Dan yang terakhir, ia menggunakan kekuatan ketiganya, Holy Blessing. Apabila seseorang yang terluka, sakit ataupun sekarat terkena cahaya berkat ini, maka dalam sekejap maka ia akan pulih seperti semula.

Ailyn menghabiskan seluruh energinya untuk mengembalikan keadaan Kekaisaran yang kacau menjadi lebih baik, dan karena kekuatannya itulah Cerrus pun musnah. Orang-orang diluar Istana Timur pun terkesima, terutama keluarga Erchau. Grand Duchess menangis haru saat ia melihat putrinya begitu luar biasa diatas langit.

Tak pernah terbesit dalam hatinya bila ia akan melahirkan seorang penitis dari Dewi Kedamaian yang melegenda.

"Lyly, benar-benar luar biasa..." Arion, Leon dan Caius terperangah saat melihat Ailyn dengan rupa yang berbeda diatas langit. Tak pernah mereka mengira adik kecil mereka yang lemah, justru adalah dewi perkasa yang turun di tanah peperangan demi perdamaian.

Setelah Cerrus telah sepenuhnya sirna dari dalam diri Frederick, Frederick kembali mendapatkan kesadarannya, dan dia berteriak histeris saat kekuatan Cerrus perlahan menghilang dari dalam dirinya.

"Tidak! Tidak! Tidak!!!!!"

Charlotte pun tiba di istana setelah Holy Blessing milik Ailyn berakhir. Dia membawa seluruh pasukan Istana lalu mengepung Frederick yang masih syok dengan keadaannya yang sudah kalah telak.

"Tangkap dia!" seru Charlotte.

Charlotte tidak menutupi kenyataan bahwa dia salah satu pemilik The Holy Eyes. Semua orang, termasuk para Saint dan Saintess pun terkejut melihatnya. Mereka memang merasakan bahwa ada pemilik The Holy Eyes yang tersembunyi, namun mereka tidak mengira kalau orang itu adalah Charlotte.

Frederick terkejut bukan main saat ia melihat kemunculan Charlotte dengan mata suci miliknya.

"A-Apa? Menangkapku? Aku ini putra mahkota! A-Aku adalah calon kaisar!!" balas Frederick.

Charlotte pun berjalan kearah Frederick dengan tatapan tajamnya.

"C-Charlotte... K-Kau tidak benar-benar akan menangkapku kan? Aku ini kakakmu yang sangat kau sayangi loh!"

Frederick mulai terlihat menyedihkan. Wajahnya penuh dengan keringat karena rasa takut menyelimuti dirinya, namun hal itu tidak membuat Charlotte menjadi iba padanya.

"Kau pikir aku akan peduli? Akan iba? Sebelumnya kau ingin menjual diriku ke negara musuh lalu mencuri mataku! Karena rencanamu itu, kau kira aku akan melepaskanmu!?"

"Tangkap pengkhianat itu! Frederick Drustan von Bréanainn Fraudia ditangkap atas kasus pemberontakan, juga percobaan pembunuhan Kaisar dan Permaisuri! Menurut hukum, dia akan ditahan di penjara sihir sebelum akhirnya di eksekusi!" perintah Charlotte pada prajurit White Horse.

Frederick pun diseret secara paksa oleh para prajurit White Horse menuju penjara sihir.

"KAU! BERANINYA KAU CHARLOTTE! AKU INI PUTRA MAHKOTA! AKU ADALAH CALON KAISAR! AKU TIDAK AKAN DIHUKUM!!!"

"LEPASKAN AKU!!"

Semuanya telah berakhir, perang berakhir dengan kehilangannya beberapa prajurit dan 1 orang bangsawan. Orang-orang diluar istana bersorak gembira saat mendapati para pengkhianat dan musuh telah habis terbantai.

Ailyn turun dari atas langit, lalu kembali ke rupa semula. Ia melihat Cedric di hadapannya, dengan rupa yang sama seperti yang ia jumpai di masa lalu. Perasaannya begitu bahagia, karena dengan semua ini berakhir, tidak ada lagi halangan yang menghalangi mereka berdua.

"Semua sudah berakhir, Serenity."

Cedric tersenyum kearah Ailyn dengan lembut. Ailyn pun tak dapat menahan air matanya, sontak ia berlari kearah Cedric lalu memeluknya dengan erat.

Sudah lama ia mendambakan hari dimana ia dapat bersama dengan seseorang yang ia cintai, ia selalu merasa bahwa malam ini adalah malam yang ia dambakan sejak dulu.

"Akhirnya... Kita bisa bersama, aku sangat-sangat mendambakannya!"

Cedric memeluk erat Ailyn tanpa mengatakan apapun. Hatinya mulai terasa sakit saat ia mengingat apa yang akan terjadi pada dirinya.

Saat pelukan Ailyn semakin lama semakin erat, Ailyn justru merasa tubuh Cedric terasa semakin menghilang.

Ailyn pun mendorong sedikit tubuh Cedric lalu melihat keadaannya. Betapa terkejutnya ia, saat melihat Cedric yang dipenuhi oleh cahaya dan terlihat semakin transparan.

"C-Cedric?! Apa yang terjadi?"

Cedric pun memeluk Ailyn dengan erat, ia tidak kuat menahan gemetar ditubuhnya selama ini. Ia begitu merindukan tubuh hangat dari kekasihnya itu, dan ini adalah kesempatan terakhirnya.

"Kurasa waktuku telah selesai, dan sekarang biarkan aku memelukmu dengan erat untuk yang terakhir kalinya..."

"Berakhir? Apa maksudmu berakhir?! Bukankah kita baru saja bisa bersama!?"

"Tidak Serenity... Setelah menggunakan formasi terlarang untuk membawa kembali jiwamu, seharusnya aku sudah mati. Namun karena berkat dari Dewa Agung, efek dari penggunaan formasi terlarang itu baru berlaku sekarang."

"Jadi maksudmu kau akan pergi?! Setelah Ivory meninggalkanku, kau juga akan pergi?!!"

Ailyn menangis dengan kencang mendengar jawaban Cedric, ia membalas pelukan Cedric dengan erat.

"Maafkan aku... Seharusnya aku membuatmu tersenyum, tapi aku justru membuatmu menangis..."

"Iblis sepertiku tak akan bisa bersatu dengan manusia ataupun dewi sepertimu, Ailyn."

Tangisan Ailyn semakin kencang, dan tubuh Cedric semakin memudar.

"Aku mencintaimu, selama 3250 tahun aku menunggu dan perasaanku masih tetap seperti dulu. Aku senang melihatmu lagi dan dapat memelukmu seperti ini."

"Akan lebih baik, jika aku dapat memelukmu lebih lama lagi..."

Sedikit demi sedikit, tubuh Cedric mulai menghilang. Dengan cepat Cedric menyelesaikan ucapannya.

"Bila aku terlahir kembali menjadi manusia, berjanjilah padaku untuk menikah denganku, Serenity."

Ailyn mengeratkan pelukannya pada Cedric lalu dengan cepat mencium bibirnya. Cedric sedikit terkejut dengan sikap Ailyn, dan dia membalas ciuman itu bersamaan dengan dirinya yang semakin menghilang.

Menyadari hal itu, Ailyn menatap Cedric dengan sedikit terpaksa.

"Ya, aku berjanji..."

Cedric pun tersenyum lalu mengusap kepala Ailyn, hingga akhirnya dia menghilang karena efek penggunaan formasi terlarang, meninggalkan Ailyn yang masih menangis tersedu-sedu dalam posisi memeluk debu terakhirnya.

3250 tahun yang lalu, senyuman dan tawa Cedric masih terukir jelas dalam ingatan Serenity. Dan kini ia melihat senyuman terakhirnya bersamaan dengan pelukan terakhir.

Derai air mata terus membasahi wajah Ailyn, mengeluarkan seluruh emosinya selama ini dan penyesalan di hatinya.

Perang memang berakhir dengan suka cita dari rakyat dan para kesatria, namun sayangnya, ada harga khusus yang Ailyn bayar demi mendapatkan akhir dari kebencian yang mengikat dirinya.

Kejadian menyedihkan itu, disaksikan langsung oleh Charlotte dan seluruh anggota keluarga Erchau. Mereka tak berbuat apapun, selain menyesali kepergian dari orang yang sedang ditangisi oleh Ailyn.

Continue lendo

Você também vai gostar

1.1M 21.6K 5
🎀 Follow Noonavhe sebelum baca🐿️❤️ Altheda Estrella seorang gadis remaja dengan kehidupan yang biasa-biasa saja. Kehidupannya yang sederhana, dan s...
1.5M 210K 57
Veddira Elmeira Franklin, kerap dipanggil Veddira yang artinya hadiah dari Tuhan. Hadiah? Haha, tentu saja bukan, lebih tepatnya 'bencana' dari Tuhan...
1.1M 140K 42
[TAMAT] [ORIGINAL / BUKAN TERJEMAHAN] Seorang anggota intelejen profesional terpaksa meregang nyawa saat gagal menuntaskan misi. Namun takdir berkata...
1M 98.8K 31
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...