The Mahesa's

بواسطة Mayyadnan

512K 25.2K 1.7K

Ini adalah cerita pendek tentang keluarga Mahesa. Pradipta Putra Mahesa si perfeksionis yang sangat melindung... المزيد

Brothers Day Out
Pradipta & Radisti
AIRADIT
Radit oh Radit ...
RADITYA = PURI ???
New Born Baby
Secret Operation
LOVELY RADITYA
I HATE YOU BUT I NEED YOU
LONG WEEKEND
What A Day
Boys Day Out
Paundra And Radisti
The Mahesa's
MISSION
Secret
FIGHT FOR LOVE
Good Bye, My Love
Suprise
Arini and Pradipta
Welcome To Our Family
Love is .....
ANOTHER SIDE

Paundra's Side

19K 1.1K 27
بواسطة Mayyadnan

Puri menyisir rambutnya lalu menggulungnya. Perempuan itu memerhatikan dirinya di kaca sambil memandang suaminya yang sudah ada di atas tempat tidur namun dengan iPad di tangannya.

Dimas terlihat segar dengan rambut masih setengah basah karena baru saja mandi. Laki-laki itu sudah mengenakan piyamanya.

"Dim, "

"Hmm?"

Puri berjalan perlahan ke arah tempat tidur lalu merengsek mendekati Dimas. Ia sudah mengenakan daster merah mudanya yang menandakan ia sudah siap untuk tidur.

"Sibuk?" tanya Puri ingin tahu. Perempuan itu lalu menaruh kepalanya di bahu Dimas sementara tangannya memeluk pinggang suaminya.

"Kenapa?" tanya Dimas. Laki-laki mengecup pucuk kepala Puri penuh kasih sayang. "Ada yang mau kamu bicarain?" Dimas lalu meletakkan iPadnya di atas nakas. Ia lalu menarik Puri agar lebih mendekat ke arahnya, mengusap-usap rambut istrinya perlahan.

"Kamu ngerasa ada yang aneh gak sih antara Kakak dan Disti tadi?" tanya Puri.

"Aneh gimana?" Dimas mengernyitkan dahi. Memandang ke arah istrinya. "Kayaknya biasa-biasa aja deh,"

"Kayak ada yang aneh aja menurut aku, mereka seperti berjarak..." kata Puri.

"Maksud kamu?"

"Iya, Kakak seperti lagi marah sama Disti,"

Dimas membetulkan posisi tubuhnya. "Masak sih?" Laki-laki itu mengigat-ingat acara keluarga mereka tadi malam. "Tapi kayaknya biasa aja deh,"

Puri terdiam sejenak. Tangannya mengelus-elus perut suaminya perlahan. "Aku merasa ada yang salah dengan mereka, duduk berjauhan saling menghindar satu sama lain,"

Dimas tersenyum tipis. Ia sangat tahu kalau Puri menyayangi Paundra. Istrinya itu memang lebih dekat dengan Paundra dari pada kakaknya yang lain, Gilang. "Mungkin itu perasaan kamu aja, mereka masih pulang sama-sama kok..."

"Tapi mereka gak gandengan tangan," bantah Puri.

"Gak semua pasangan bisa mengekspresikan perasaannya dengan bebas, Puyi sayaaang," Dimas mengecup pucuk kepala Puri gemas. "Apalagi tadi ada kita, masak iya mereka mau ayang-ayangan kayak ABG, ada Mami dan Papi juga..." Dimas merasa geli dengan apa yang dinyatakan istrinya. Sebagai saudara, laki-laki itu tentunya menangkap ada hal yang janggal sewaktu melihat Radisti dan Paundra saat pulang. Namun ia berusaha menenangkan istrinya. Ia tak mau membuat Puri jadi semakin uring-uringan.

"Begitukah?" Puri memiringkan kepalanya dan menatap ke arah suaminya.

Dimas tertawa kecil. "Mereka pasti bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri kok, kamu nggak usah khawatir,"

Puri menarik napas panjang. Tetap saja ia merasa kalau ada yang salah dengan sikap kakaknya dan Radisti.

Dimas mencubit pipi istrinya gemas. "Kamu tuh, kalau kamu nggak percaya ya tanya aja langsung ke kakak kamu, deh..." kata Dimas.

Puri mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali. Kembali menarik napas panjang seolah masalah Paundra-Radisti adalah masalah yang sangat pelik. Perempuan itu lalu mengalungkan tangannya ke leher suaminya. "Thanks, Dimi..." Lalu sebuah kecupan pun diberikan untuk suami tersayangnya itu.

                             ***

"Kakak?" Puri menatap ke arah Paundra tak percaya. Saat ini ia sedang berada di rumah orang tuanya dan terkejut saat melihat kedatangan Paundra.

"Halooo," sapa Paundra sambil tersenyum manis. Menghampiri adiknya sedang membuat segelas es sirup markisa dan lalu meneguknya tanpa rasa bersalah.

Puri membulatkan matanya, bibirnya ingin mengeluarkan nada protes namun lalu ia tahan. "Kakak keliatan capek," Nada suara perempuan itu terdengar prihatin.

Tak ada suara yang dikeluarkan oleh Paundra. Laki-laki itu lalu merengsek ke meja makan dan membuka tudung saji, sejenak memerhatikan makanan yang tersaji.

"Kakak belum makan? Aku panasin makanannya ya," Puri meletakkan gelas di atas meja. Dalam hati ia sibuk menilai-nilai apa yang terjadi dengan kakaknya. Apa Radisti tidak mengurusnya dengan baik?.

Paundra menggelengkan kepala. "Nggak, cuman pengen ngemil aja..." Ia menatap Puri yang masih terus memerhatikannya.

"Mau Aku buatin pizza mie?" Pizza mie adalah makanan favorit mereka sedari kecil, mie instan yang dikocok dengan telur dan bumbu lalu digoreng dan berbentuk seperti pizza.

"Boleh, Kakak ke atas dulu ya, Puyi..." kata Paundra sambil menunjuk ke arah kamar orang tua mereka dengan dagunya.

"Oke, nanti aku kabarin kalau pizza mienya sudah jadi ya, kak..." Puri mengambil mie instan dari laci dapur lalu melangkah ke arah kulkas untuk mengambil telur.

Paundra mengangguk lalu beranjak pergi menuju lantai atas.

Suasana rumah orang tua mereka sangat nyaman. Paundra menatap ke sekeliling ruangan tempat ia menghabiskan sebagian masa kecilnya. Saat ia tiba di atas, ia mendengar celoteh Zahra.

"Assalamualaikum," sapa Paundra.

"Uncleeeeee..." teriak Zahra riang lalu berlari ke arah Paundra dan memeluknya akrab.

"Waalaikumsalam," jawab Firmansyah dan Dewi bersamaan.

"Ra, jawab apa?" tanya Paundra sambil mengelus rambut keponakannya dengan sayang.

"Waalaikumsalam..." Zahra tertawa kecil. Rambutnya yang dikuncir dua bergerak mengikuti arah gerakan kepalanya.

Paundra tersenyum lalu mengecup pipi Zahra.

"Mi, Pi..." sapa Paundra yang lalu mencium punggung tangan orang tuanya.

"Kakak sama siapa? Disti?" tanya Dewi. Mata perempuan itu mencari menantunya.

"Aku nggak sama Disti, Mi. Dia tadi masih tidur waktu Aku pergi, kasihan kan dia banyak kerjaan...biar dia istirahat dulu," Paundra melepas jaketnya dan menyampirkannya di sofa.

"Oh, kirain sama Disti..." Raut wajah Dewi terlihat kecewa. "Kakak baik-baik aja, kan sama Disti?" tanya Dewi.

Paundra duduk di sofa meluruskan kakinya. Laki-laki itu lalu menatap ke arah maminya sambil tersenyum. "Baik kok, Mi...tapi kan akhir-akhir ini Disti emang sibuk karena menyesuaikan diri dengan DB corps, belum lagi banyak tugas dari yang lain," Tugas lain yang dimaksud Paundra adalah tugas Radisti sebagai agen intelijen.

Dewi menarik nafas panjang. "Kakak bahagia?"

Paundra kembali tersenyum dan mengangguk dengan mantap. "Aku bahagia, Mi...Aku menikahi Disti bukan karena terpaksa kok...mungkin hanya perlu waktu saja untuk lebih memahami satu sama lain, karena selama kami menikah, kami lebih banyak terpisah, "

Firmansyah mengangguk-angguk. Laki-laki paruh baya itu menyimak perbincangan istri dan anaknya sambil menyesap kopi kesukaannya. Matanya namun tetap waspada mengamati Zahra yang berlarian di antara mereka dan lalu turun ke ruangan bawah mencari Puri.

"Kakak di London berapa lama lagi?" tanya Firmansyah.

Kening Paundra berkerut seolah ia berfikir. "Kalau nggak salah sekitar enam minggu lagi. Kenapa, Pi?"

Firmansyah terdiam sejenak. Melirik ke arah istrinya seolah meminta pertimbangan, namun Dewi hanya menganggukkan kepala perlahan seolah memberikan dorongan kepada suaminya untuk mengatakan apa maksud hatinya.

"Ada apa, Pi?" tanya Paundra bingung. Ia tentu saja sibuk menebak-nebak apa yang membuat orang tuanya sangat berhati-hati untuk bicara dengannya. "Ada masalah apa, sih?

Firmansyah tersenyum. "Kamu bisa mulai full time di DB Corps, kan?"

"Pi?" Mata Paundra terbelalak tak percaya. Ia masih dalam tahap pembelajaran setelah memutuskan keluar dari status pegawai negeri sipil di Kementerian Luar Negeri dan saat ini langsung diminta bekerja full time. "Pi, Aku belum bisa kalau langsung jadi CEO, kasih Aku waktu lagi, ya..."

Firmansyah menatap Paundra, menilai. Ia sesungguhnya tak meragukan kemampuan manajerial anak tengahnya itu. Paundra, berbeda dengan Gilang dan Puri. Anak laki-lakinya yang ini sejak kecil sudah menonjol bakat kepemimpinannya, ia ramah namun tegas sehingga disegani teman-temannya. Paundra juga sangat pandai berdiplomasi. "Papi nggak meragukan kamu, kak...kamu dan Disti pasti bisa mengelola DB Corps, Papi mau istirahat nih," Wajah Firmansyah terlihat serius saat menyatakan maksudnya.

"Pi..." Paundra meraih tangan Dewi dan meremasnya pelan seolah meminta dukungan. "Dengan segala hormat, Pi...Mi...Aku masih perlu waktu," Laki-laki itu tersenyum tipis ke arah kedua orang tuanya. "Aku pasti akan berusaha yang terbaik, tapi untuk enam bulan ke depan, Aku masih ingin melihat situasi di perusahaan, dan lagi...aku ingin lebih banyak bersama Disti,"

Dewi tersenyum maklum. Perempuan itu meremas balik tangan anaknya itu. Ia tahu betapa sibuknya Paundra dengan perusahaan dan kegiatan ekstranya. Ia bahkan di Inggris untuk mempelajari bisnis retail sekaligus mengikuti pertukaran pelatihan agen intelijen. "Disti sudah complain?" tanya Dewi.

Paundra menatap Maminya lalu menggelengkan kepalanya perlahan. "Mi, Aku sadar bahwa pekerjaanku dan Disti menuntut waktu kami sangat banyak, namun...Aku dan Disti berkomitmen untuk menjalani rumah tangga kami dengan sebaik-baiknya, Mami kan tahu...kalau Aku..." Paundra menghentikan sejenak kalimatnya. "Kalau aku sebenarnya menginginkan Disti ikut dengan aku ke London kemarin, namun karena Disti ada pekerjaan di Jakarta maka kami terpaksa LDR," Paundra mengalihkan pandangannya ke arah Firmansyah. "Aku boleh minta sedikit waktu dengan Disti, kan, Pi..."

Firmansyah terdiam. Ia tentu mengerti perasaan anaknya. Pengantin baru yang langsung terpisah jarak dan waktu, bahkan kalau pun mereka bertemu nasibnya akan seperti saat ini...mereka dipisahkan pekerjaan. "Kamu mau ambil cuti, kak?" tanya Firmansyah.

Paundra menggelengkan kepala. Laki-laki itu merasa tak enak jika ia langsung mengambil cuti. "Nggak cuti, Pi...hanya aku minta sepulang aku dari London jangan langsung dikasih pegang semuanya, aku belum siap," Paundra menatap Papinya dengan serius. "Ada lebih dari 10.000 karyawan di perusahaan kita, Pi...tolong beri aku waktu ya, Pi...aku masih mau liat cara Papi mimpin perusahaan ini,"

Firmansyah tersenyum lalu mengangguk perlahan. Ia melirik istrinya untuk meminta pendapat.

Dewi menghembuskan nafas panjang lega, ia mengerti bahwa Paundra masih perlu waktu. Semua memang terlalu cepat.

Bunyi handphone Paundra terdengar, ada pesan yang masuk. Laki-laki itu dengan santai merogoh saku celananya untuk mengambil handphone. Keningnya berkerut saat melihat siapa pengirim pesan.

"Siapa kak?" tanya Firmansyah ingin tahu.

Paundra menatap Papinya. "Dipta, Pi..."

"Kenapa?" tanya Dewi penasaran.

Paundra tersenyum dan menggelengkan kepalanya perlahan. "Nggak ada apa-apa, dia hanya mengingatkan kalau kami ada janji ketemuan hari ini, sama Disti juga," dusta Paundra. Laki-laki itu sejujurnya tidak tahu kalau Radisti akan bertemu dengan Pradipta dan Raditya. Ia bersyukur mempunyai kakak ipar yang sangat kooperatif.

"Kalau gitu kamu jalan sekarang aja, Kak..nanti kena macet,"

"Nanti aja, Mi...Tadi aku minta Puri bikinin martabak mie, dan aku kan masih mau ngobrol sama Papi tentang organisasi," kata Paundra yang lamat-lamat mendengar suara adiknya memanggil untuk makan.

Firmansyah bangkit dari duduknya. "Baiklah, kalau kita bicara tentang organisasi sebaiknya kita pindah ruangan,"

Dewi mengangguk. "Nanti Mami bawa camilannya ke ruang kerja, ya," kata Dewi pengertian. Ia tahu bahwa pembicaraan antara dua orang kesayangannya itu bersifat rahasia.

"Makasih ya Mi, boleh Papi minta sekalian dua  teh hangat?" goda Firmansyah sambil tertawa kecil.

"Untuk Pak Direktur, apa sih yang nggak?" jawab Dewi sambil berbisik pelan membuat Paundra dan Firmansyah tertawa lepas.

Paundra tersenyum kecil saat melangkah mengikuti Papinya ke ruang kerja. Hatinya hangat melihat keakraban antara Papi dan Maminya. Ia jadi bertekad untuk segera menyusul Radisti dan menyelesaikan masalah antara mereka berdua. Waktunya tinggal sehari dan ia tidak mau menyia-nyiakan kebersamaannya dengan istrinya. 

Catatan Mayya:

Iseng-iseng nulis sepanjang perjalanan pulang dan menghasilkan sisi kegalauan keluarga terhadap pernikahan Paundra-Radisti. Nah...terjawab kan kenapa Paundra bisa muncul ke acara hang outnya Disti dan saudara-saudaranya...

See you soon...

I heart u :*

PS: Maaf sempet salah masuk ke Love After Love hehehe

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

100K 7.9K 33
Original story' by rld.oct Preview : "Sebenarnya sejak awal memang sudah jelas bahwa aku sangat mencintaimu , akan tetapi kenapa takdir berkata lain...
912K 59.2K 37
SLOW UPDATE Kisah tentang seorang bocah 4 tahun yang nampak seperti seorang bocah berumur 2 tahun dengan tubuh kecil, pipi chubby, bulu mata lentik...
1.9M 85.5K 45
Di satukan oleh keponakan crush Kisah seorang gadis sederhana, yang telah lama menyukai salah satu cowo seangkatannya waktu sekolah dulu, hingga samp...
61.6K 1.9K 53
Kisah ini menceritakan tentang kisah seorang santri bernama Hanna yang mengagumi Gusnya. Namun apalah daya, kekaguman, bahkan rasa cintanya terpaksa...