─── :: 𝗺𝗶𝗻𝗲, sanzu haruch...

By Cavebee

40.4K 5.8K 2.1K

;; 𝐌𝐈𝐍𝐄 ꒱ 春千夜 - ❛ puan hanya milik nya seorang tak akan ia biarkan siapa pun menyentuh nya ❜ 𝐱 𝐟𝐞𝐦! �... More

MINE ; 0.1
MINE ; 0.2
MINE ; 0.3
MINE ; 0.4
MINEGRAM
MINE ; 0.5
MINE ; 0.6

¡PROLOG!

9K 1K 707
By Cavebee

# MINE

sanzu x fem! reader

start : 15 september

TW! blood, murder, drug use

Cavebee © 2021

PROLOG ─── traitor !

"MMFHH MMH!!"

"Kau tau tidak?"

"MMMHH!!!"

"Dibagian wajah mana yang tidak terasa sakit jika terkena tembakan?"

Bergerak mondar-mandir, lalu mengitari bangku tunggal berpenghuni dengan jemari telunjuk yang bermain memutar-mutarkan gagang pistol. Sanzu Haruchiyo berdecak sebal lantaran sang sanderaan yang enggan menjawab pertanyaan nya.

"Kau tidak tau?"

"..."

"Aku tanya, tau tidak?"

Gelengan kaku diberikan tatkala dinginnya ujung pistol kian terasa sebab telah menempel sempurna di dahinya.

"Kau ini... tidak pernah belajar ya?" Sanzu menatap heran, lantas setelahnya menghela nafas pelan.

"Kau ingin kuberi tau?"

Kini tubuh jangkung ia rendahkan guna menyamai posisi mereka.

"Yaitu dari ujung mata kanan ke ujung mata kiri, kemudian turun dari antara kedua mata ke ujung bawah hidung"

Tuturnya dengan menyusuri pelan T-Zone wajah penuh lebam menggunakan pistol digenggaman.

"Kau tau kenapa? Itu karena pada bagian tersebut, peluru yang ditembakkan akan menghancurkan medulla oblongata seketika yang menyebabkan seseorang langsung berpindah alam tanpa merasakan sakit terlebih dahulu. Atau singkatnya kita sebut saja mati ditempat...

...Ingin mencobanya?"

Gelengan kuat sontak dikeluarkan. Mengundang kekehan geli dari tuan dengan surai gulali nya.

"Yaa itu terdengar membosankan sih, sebab membuatku jadi tidak bisa menikmati teriakkan kesakitan mu nanti"

Ia menegakkan badan. Lantas kembali mengitari bangku dan berhenti dibelakang telinga sosok sanderanya.

"Kau sekarang hanya mempunyai dua pilihan. Mati ditempat saat ini juga atau menjawab pertanyaanku dengan jujur lalu mati ditempat setelahnya──

──ku berikan waktu 30 detik. Pilihlah nereka yang kau suka"

Seringai lebar terukir dari pemilik dua luka panjang yang menghiasi masing-masing sudut bibir ranumnya.

Sanzu menyipitkan mata geli tatkala pandangi sang sandera yang tak berhasil melepaskan belengguan tali pada raga lemah yang telah dipenuhi jejak darah.

"10... 9... 8... 7..."

"Kau yakin membuang-buang sisa waktu mu hanya untuk melakukan hal yang tak berguna seperti itu?"

"MMMMFFFHHH!!"

"6... 5... 4..."

"Hayolho, kau hampir kehabisan waktu"

"MMHHH!!"

"3... 2..."

"MMMMMMFFFHH!!!!"

"1...

... waktu habis!"

Sanzu berdalih riang lantas menelan pil setelahnya. Ia bergerak menodongkan kembali pistol digenggaman pada sandera dihadapan.

"Karena kau tidak menjawab, biar aku yang memilihkan nereka untukmu" tuturnya yang kemudian merendahkan tatap.

"Bagaimana jika kau menjawab pertanyaan ku dengan jujur dan mati ditempat setelahnya?"

"..."

"Ku anggap diam mu itu sebagai jawaban 'iya"

Sanzu tersenyum manis. Tampak begitu bersemangat ingin memulai sesi tanya jawab ini.

Lihatlah, mata bening nya yang seakan sanggup mengeluarkan cahaya kelap-kelip.

"Baiklah! Pertanyaanku adalah, pada siapa kau menjual gudang persenjataan cabang milik bonten?"

"..."

Tak ada jawaban. Hanya tatapan muak yang diberikan sang sanderaan.

"Ku ulangi sekali lagi. Pada siapa kau menjualnya, huh?"

Kini tatapan itu semakin menantang. Ia tak lagi berteriak seperti sebelum-sebelumnya. Dan enggan pula membuka mulut sebab tau tak ada guna. Karena pada akhirnya nanti, dirinya akan kehilangan nyawa juga.

"Tak ingin menjawab, hm?"

"..."

Sanzu menyeringai.

"Kau begitu naif hingga berani memilih untuk diam"

DOR!

Tembakan dilepaskan. Mencabut langsung nyawa insan malang di sana.

"Pengkhianat memang seharusnya dihukum!"

DOR!

DOR!

Tawa mengerikan menggelegar ke setiap inchi sudut ruangan usang ini. Terdengar begitu tak manusiawi. Pula mengundang bulu roma tuk menegak tanpa permisi. Hingga sanggup menakuti siapa saja orang waras yang mendengarnya saat ini.

Sanzu terus-terusan melepaskan tembakan pada raga tak bernyawa dihadapannya. Tak ada belas kasihan atau raut penyesalan yang membingkai paras rupawannya. Terlihat sudah sangat pantas bila disandingi dengan iblis atau pembunuh berdarah dingin yang tak memiliki hati nurani.

Sangat kejam. Sangat brutal.

Tak ada ampunan bagi para pengkhianat menurut Sanzu. Lihatlah sekarang. Bahkan saat wajah sang sandera telah hancur pun ia masih begitu enggan untuk menghentikan runtutan tembakan.

Hingga sedetik kemudian, getaran ponsel mengacaukan aktivitas nya.

Drrtt.. Drrtt..

Sanzu berdecak. Meski enggan, ia menekan icon jawab tanpa menilik nama pemanggilnya terlebih dahulu.

"Kau! Orang sialan mana yang berani mengganggu kesenanganku, hah?!"

"Chiyo... kau membentak ku...?"

Vokal halus disebrang sana sukses membuat Haruchiyo melebarkan pupilnya seketika.

"[name]!"

"Kau sedang marah padaku, Chiyo?"

"Tidak! Bukan begitu! Maaf, aku tidak bermaksud membentak mu..."

Helaan nafas ia buang melalui celah labium. Lantas setelahnya mengantongi kembali pistol digenggaman.

"... Jadi, kenapa menelponku?"

"Chiyo... entah kenapa belakangan ini aku sedang menginginkan ice cream"

"Baiklah, aku mengerti. Sekantong besar cup-cup ice cream akan segera datang padamu"

"Aaa! Terimakasih banyak, Chiyo! Aku mencintai mu!"

"Anything for you, my queen"

°°°

𖥻 SANZU HARUCHIYO

❝ Tak ada seorang pun
yang boleh menyakiti
milik ku. ❞

𖥻 [NAME]

❝ Haruchiyo adalah duniaku. ❞

#

MINE

Continue Reading

You'll Also Like

48.9K 9.9K 12
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
240K 36K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
312K 23.8K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
47.4K 6.4K 39
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...