Kedai Explorasa sangat ramai malam ini, pengunjung datang dua kali lebih banyak karena baru saja mengeluarkan rasa kopi dengan tema segelas kopi mantan. Yang komposisinya kopi rabusta asli tanpa gula alias pahit.
Walau rasanya pahit tetapi banyak juga peminatnya apalagi pencinta kopi.
Setiap tiga bulan sekali Explorasa akan menciptakan sebuah rasa baru untuk pelanggan setianya, agar pencinta kopi tak pernah bosan dengan rasa yang itu-itu saja. Sebenarnya Explorasa punya banyak varian rasa diluar dari kopi, seperti Vanilla, Cokelat, Oreo, Thaitea, Greentea, Milo, dan masih banyak lagi.
Jadi jika pengunjung bosan dengan varian kopi, mereka bisa juga memasan menu non-caffein yang tersedia di sana. Ada juga berbagai menu makanan ringan seperti Kentang goreng, Cireng, Tempe mendoan, Roti bakar berbagai varian rasa, Ice cream berbagai rasa juga, dan masih banyak lagi.
Fasilitas lainnya yang bisa dinikmati para pengunjung adalah WiFi gratis.
Belum lagi tempatnya yang instagrameble, cocok bagai anak muda yang suka berfoto, menghiasi feed di instagram pribadinya.
"Gila, ini pahit banget! Lo jangan coba deh, Kei. Asam lambung lo bisa naik," larang Amara.
"Siapa juga mau nyoba, itu namanya cari mati." Keifani meringis pelan, jangankan rasanya, dari segi aroma saja tercium jelas kalau segelas kopi mantan ini pahit sekali.
Theana tertawa kecil. "Si Arif tuh yang punya ide segelas kopi mantan, gara-gara diputusin tiba-tiba terus mantannya nikah sama orang lain. Dari patah hati akhirnya terciptalah segelas kopi mantan."
Amara bertepuk tangan heboh begitu melihat Arif---salah satu barista Explorasa---keluar dari dapur dengan senyum menawan. "Good job, Rif. Lo emang barista terbaik Explorasa."
Arif terkekeh pelan lalu duduk di samping Amara. "Thea ngomong apa aja ke kalian?" tanyanya menatap Amara dan Keifani secara bergantian, mengabaikan Theana yang mendengus padanya.
"Thea bilang lo habis patah hati ditinggal mantan nikah, jadi terciptalah segelas kopi mantan," jelas Amara tersenyum mengejek. "Gue penasaran sama perempuan yang udah berani ninggalin seorang Arif Pratama."
Arif memang orang yang tertutup soal hubungan asmara, Theana saja yang saudara sepupunya tidak pernah tahu pacar Arif, ah maksudnya mantan pacar Arif.
Arif mengibaskan tangannya. "Bukan apa-apa, udah berlalu juga. Sekarang yang terpenting nikmati hidup aja tanpa pasangan."
"Cielah, sok jomlo lo! Jangan percaya, Arif udah dapat gebetan baru. Salah satu pelanggan setia Explorasa, siapa namanya, Rif?" Theana bertanya pada Arif sedang yang ditanya malah mengusap leher belakangnya gugup.
"Siapa, Rif. Siapa?" tanya Amara penasaran, Keifani ikut menatap penuh Arif.
"Ah, dia bukan gebetan gue kok," elak Arif cepat.
"Dih, bukan gebetan tapi saling tukar nomor telepon, kemarin juga ketawa-ketawa bareng di pojokan." Theana tertawa puas melihat wajah Arif memerah.
"Ciee... cieee, Arif." Amara dan Keifani berseru kompak.
Wajah lelaki berambut cepak itu semakin memerah. "Ah, udah ah, gue mau balik ke dapur. Kedai makin ramai ini." Arif menghindar, segera berjalan ke arah dapur di mana dia memantau bahan kopinya.
Keifani, Amara, dan Theana terbahak karena berhasil menggoda Arif.
"Malam, Kak Thea," sapa perempuan muda dengan wajah manis.
Mereka bertiga kompak menoleh. "Eh, lo...."
"Ralin, Kak."
Theana menjetikkan jarinya. "Ah iya, Ralin. Maaf ya, gue sering lihat lo tapi lupa nama lo."
Ralin tersenyum manis. "Nggak pa-pa, Kak." Lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling kedai. "Mas Arif di mana, Kak?"
"Oh ada di dapur, bentar ya, gue panggilin Arif." Theana beranjak dari duduknya. "Beb, gue tinggal bentar ya." Keifani dan Amara mengangguk.
Begitu Theana menghilang di balik pintu dapur, suara Amara pun terdengar.
"Lo gebetannya Arif, ya?"
***
"Gimana kedai Thea, ramai?"
Keifani menghentikan langkahnya lalu menoleh pada Darius yang berdiri di dekat dapur.
"Eh, Mas belum tidur?" Keifani malah balik bertanya sambil melirik jam dinding di atas TV.
"Belumlah, kamu lihat saya berdiri di sini." Jawaban Darius membuatnya meringis. "Kamu belum jawab pertanyaan saya, Kei."
"Kedainya ramai, Mas." Keifani lalu menatap bungkusan di tangannya. "Oh iya, Mas. Ini aku bawakan kopi untuk Mas, pahit seperti kesukaan Mas."
Darius mendekat, menerima bungkusan dari Keifani lalu membukanya. Alisnya berkerut ketika membaca tulisan di gelas plastik itu. "Segelas kopi mantan."
"Iya, Arif yang buat itu. Coba deh, kopinya enak."
Darius meneguk kopi di tangannya. "Kamu minum ini juga tadi?" Keifani menggeleng polos. "Terus, kenapa kamu bilang enak sedangkan kamu belum coba sama sekali."
Keifani menggaruk kepalanya. "Aku nggak bisa coba, Mas. Takut maag aku kambuh."
"Oh, kamu punya maag juga?" tanya Darius terkejut.
"Iya, Mas."
"Iya bagus juga kamu nggak minum ini. So, thanks ya, Kei. Kopinya enak, nanti kalau ada waktu saya akan main ke kedai Theana deh. Apa nama kedainya?"
Keifani menjawab cepat. "Explorasa, Mas."
"Explorasa ya? Oke, sekali lagi thanks ya," ucap Darius seraya mengangkat gelasnya. "Kamu sebaiknya istirahat sekarang, udah malam."
"Kalau gitu aku masuk ke kamar duluan ya, Mas." Darius mengangguk.
Saat tubuh Keifani menghilang di balik pintu, Darius menatap lekat gelas kopi di tangannya. "Untung ada teman lembur," gumamnya.
Dia kembali ke dalam kamarnya melanjutkan pekerjaannya memeriksa laporan dari Taufik.
Berusaha berkali-kali menahan kantuknya padahal kopi yang dibawakan Keifani sudah habis, Darius beranjak dari duduknya untuk istirahat saja, kerjaannya bisa periksa besok lagi.
Sebelum tidur Darius terbiasa memeriksa ponselnya dulu, membuka aplikasi WA dan mencari kontak Bella. Intensitas komunikasi mereka semakin memburuk, balasan chatnya pun mulai singkat-singkat dan tidak akan menjawab jika tidak ditanya. Setiap dia mengajaknya bertemu, Bella selalu menolak dengan berbagai alasan.
Bella💚
Bee, aku kangen😌
Pesannya hanya centang satu pertanda ponsel Bella tidak aktif, dia menghembuskan napas panjang.
"Kamu di mana sih, Bee?"
Darius menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan galau, rasa rindu pada Bella semakin besar. Bisa saja Darius langsung ke apartemen kekasihnya jika ingin bertemu tetapi Bella sudah memperingatkannya untuk mengabarinya dulu sebelum ke apartemen perempuan itu.
Sejak skandal Bella kemarin, kekasihnya itu benar-benar lebih waspada. Tiana memperketat penjagaan untuk Bella, takut kejadian kemarin akan terulang kembali.
Darius sebenarnya tidak kebaratan, justru dia sangat mendukungnya. Tetapi dia malah kesusahan sendiri bahkan hanya untuk sekedar bertemu. Dia mengacak rambutnya sebelum membalikkan badannya menghadap kiri, ponselnya di atas nakas berdering. Dia segera mengambil ponselnya lalu mendesah kasar begitu melihat ternyata bukan Bella meneleponnya.
"Ya, apa?! Nggak ada satu pun informasi yang lo dapat? Hah, semua akses sudah ditutup, bahkan berita dari media pun udah nggak ada? Oh shit! Baiklah, thanks ya, Bro. Oke, oke. Gue tunggu kabar baik dari lo."
Klik.
Darius membuang ponselnya ke samping, kesal rasanya orang yang dia suruh mencari informasi tidak mendapat apa-apa.
Tetapi bukan Darius namanya kalau menyerah secepat itu.
Dia akan memperjuangkan kebenaran untuk Bella, bagaimanapun caranya.
***
BERSAMBUNG
Dih mas uus gak tau aja sibell asyik main sama om2 wkwk, kasihannya mas uus-nya kei 😏😂
Gimana part ini? Adakah masih menunggu cerita ini? 😁
Minta vote dan komennya banyak2 ya 🙏
See you next part.