✓ ❝ Sano Shinichiro x Reader...

De moonflauers

143K 23.9K 6.1K

: ・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧ *:・゚.✧:・゚.✧ *:・. ┊  ┊  ┊  ┊ ┊  ┊  ┊  ❀ ┊  ┊  ✧ ┊  ❀ ✧ [Sano Shinichiro x... Mais

Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35 | END

15

3.3K 671 253
De moonflauers

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

.
.
.


[Name] berjalan cepat menuju bengkel pribadi milik Shinichiro. Tangannya dengan hati-hati memegang kudapan yang ia sajikan untuk sang kekasih. Senyum indah tersungging di wajah cantiknya. Oh, tentu saja ini semua berkat saran yang diberikan oleh Takeomi tadi.

Begitu sampai di depan pintu bengkel, [Name] mengambil nafas banyak-banyak. Setelahnya ia mengetuk pintu lalu membukanya. Pertama, [Name] menyebulkan sedikit kepalanya dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

Cukup ramai, pikirnya.

Gadis itu lantas masuk dan langsung menarik perhatian semua orang yang ada disana termasuk Shinichiro. Namun [Name] tak ingin ambil pusing dan berlari kecil menuju Shinichiro.

"Tadaa! Aku membuat kudapan khusus untuk Kak Shin!" serunya senang.

Respon yang Shinichiro berikan ternyata tak sesuai dengan yang [Name] bayangkan. Laki-laki hanya menatapnya datar. Pandangan yang jarang ia tunjukkan pada [Name].

"Kenapa? Kau tidak mau? Masih kenyang? Atau ingin makan nanti saja?" tanyanya dengan riang.

"Apa yang kau lakukan?"

"Eh? Apa maksudmu?"

"[Name]."

"Ya?"

"Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku?" tanyanya membuat sang gadis tampak berpikir sejenak. "Ya, ada!" jawab [Name].

"Aku mencintaimu!" lanjutnya.

Shinichiro justru menghela nafas berat. [Name] yang melihatnya turut bingung dan bertanya, "Ada apa? Apa rapatnya tidak berjalan dengan lancar?"

"Kalian bisa keluar sekarang," ucap Shinichiro pada para anggotanya yang tengah berkumpul. Setelahnya hanya ada Shinichiro, [Name], dan juga Imaushi Wakasa.

Entah kenapa atmosfer disekitar [Name] menjadi aneh. Ia melihat ekspresi serius pada Shinichiro. Apapun penyebabnya, gadis itu merasa ini bukan hal baik.

"Tunggu aku diluar, Waka."

"Hah? Aku juga diusir?"

"Sebentar saja."

"Baiklah. Tapi kemana Akaashi?"

[Name] balas menyahut, "Ah, dia sedang keluar sebentar. Katanya mau beli rokok."

Wakasa mengangguk paham. Kemudian ia melenggang pergi begitu saja. [Name] beralih meletakkan kudapan diatas meja yang tak jauh dari posisinya. Lalu ia mengambil tempat di sebelah Shinichiro duduk.

"Ne, apakah besok lusa kau longgar? Mari pergi ke bioskop bersama! Ada film yang baru dirilis, loh!"

"Aku..."

"Bagaimana? Kak Shin berjanji untuk menemaniku pergi ke bioskop bulan ini, bukan?" tanya sang gadis.

Shinichiro menghela nafas berat lalu menoleh kearah [Name]. Sorot mata yang terlalu sayu membuat sang gadis terheran. "Kenapa? Ada masalah, ya? Mau bercerita?"

"Bagimu, aku ini apa, [Name]?"

"Eh?" bingungnya. "Maksudmu apa?"

"Sejauh apa kau percaya padaku?"

"He, pertanyaan yang cukup konyol. Tentu saja aku sangat mempercayaimu. Kenapa masih bertanya?"

"Kau menyembunyikan sesuatu?"

"Hm, tidak. Kenapa?"

Mendengar hal tersebut membuat Shinichiro tersenyum kecut. "Benar, ternyata kau tidak percaya padaku."

[Name] mulai tak suka dengan ucapan Shinichiro yang aneh. "Apa maksudnya?"

"Hari kita bertengkar, kau ada dimana? Tidak, hari dimana kau berkata liburan, kau ada dimana?"

Gadis itu sedikit tersentak. Dengan gugup ia menjawab, "A—aku...um, sebenarnya aku, tunggu, aku bisa menjelaskan semuanya."

"Terlambat. Aku sudah tahu semuanya."

"Maksudmu....?"

Setelahnya Shinichiro berucap, "Masuklah." Dan [Name] cukup terkejut karena Seishu tiba-tiba masuk ke ruangan.  "Seishu? Jangan bilang kau....?"

"[Name], kau tahu apa yang lebih menyakitkan daripada dikhianati? Ya, aku mendengar kebenaran tentangmu dari orang lain. Bahkan aku seharusnya menjadi orang yang pertama kali tahu, orang yang berada disisimu waktu itu. Tapi kau tidak melakukannya. Kenapa, [Name]?"

Tak dapat mengelak, [Name] sangat ketakutan saat ini. Ia dapat merasakan tatapan kecewa Shinichiro. Mau dijelaskan pun juga percuma rasanya. "Kak, aku...minta maaf. Tapi aku sama sekali tidak bermaksud menyembunyikan ini semua."

"Lalu apa? Kau tidak dapat percaya padaku? [Name], aku memang cukup buruk dalam bertarung. Namun setidaknya biarkan aku melakukan tugasku sebagai kekasihmu."

"Ya, aku mengerti. Aku hanya tidak ingin memperpanjang masalah dan menimbulkan masalah baru."

"Apa hubungan yang kita jalin selama ini begitu sepele bagimu? Kau tidak pernah terbuka padaku tentang hal seperti ini."

[Name] menatap Shinichiro penuh harap. "Kak, aku sama sekali tidak bermaksud demikian. Baiklah, aku salah, maafkan aku. Jadi mari kita lupakan masalah ini, hm?"

"Lupakan?" sinisnya. Ia menatap [Name] tak percaya. "[Name], aku kecewa padamu," pintanya yang seolah membuat pertahanan gadis itu runtuh. "Kak, aku minta maaf. Aku janji tidak akan bersikap seperti ini lagi."

[Name] berusaha meraih lengan Shinichiro, namun dengan mudahnya laki-laki itu menghempasnya secara perlahan. "[Name]...," panggilnya lirih.

"Tidak. Jangan katakan apapun lagi."

"Maaf."

"Hentikan, kau membuatku takut."

"[Name], ayo putus."

Gadis itu bak tersambar petir di siang bolong. Yang ia takutkan akhirnya terjadi. [Name] menggeleng cepat, menolak percaya akan ucapan Shinichiro. "Aku tidak mendengar apapun," ucapnya sambil menutup kedua telinganya.

"Maaf, tapi mustahil menjalani sebuah hubungan tanpa membangun kepercayaan. [Name], mari akhiri secara baik-baik disini," kata Shinichiro sambil menepuk pelan bahu sang gadis.

"Kenapa kita harus bertindak sejauh ini? Padahal aku melakukannya untukmu," gumamnya pelan.

"[Name], kumohon...."

Gadis itu mendongak, menatap nanar Shinichiro dan Seishu secara bergantian. Tak dipungkiri matanya penuh sorot kesedihan. [Name] berusaha mati-matian untuk menahan air matanya.

"Seishu, aku tidak ingin percaya ini. Kenapa kau melakukan ini padaku? Bukankah ... kau setuju untuk menyimpan masalah ini sendiri?"

Seishu ingin sekali membungkuk sambil meminta maaf atas tindakannya. Namun ia tak bisa melakukan hal itu sekarang. Seishu hanya memasang ekspresi datar dan berucap, "Aku selalu mengagumi Shinichiro-kun, dan Black Dragon selalu menjadi prioritasku."

[Name] tertawa sinis. Ia memberanikan menatap manik mata Shinichiro. "Apa ini berkaitan dengan Akane?"

Shinichiro mengernyit tak suka ketika [Name] membawa-bawa nama Akane. "Apa maksudmu? Jangan berusaha menyeret orang lain dalam hubungan kita."

"Jadi benar karena dia, ya?"

"Hentikan, [Name]."

Dengan nada yang gemetar, gadis itu berusaha untuk mengucap sepatah kata lain. "Shin, apa hatimu goyah karena bertemu dengan masa lalumu, Akane?"

Shinichiro diam membisu. Seolah mulutnya tiba-tiba terasa kelu hanya untuk menjawab pertanyaan [Name].  Melihat respon dari Shinichiro seperti itu, [Name] menghela nafas pelan. "Kalau memang begitu, tidak ada lagi yang bisa aku lakukan, bukan?"

"Maaf, [Name]."

Gadis itu justru tersenyum lebar. "Baiklah, kau ingin mengakhirinya disini, bukan? Dengan begini, kita selesai, Shin."

[Name] berdiri dari posisinya dengan wajah yang masih menyunggingkan senyuman. "Terima kasih untuk semuanya, Shinichiro. Ja na, aku pergi dulu," ucapnya berpamitan.

Shinichiro tak bisa berbuat banyak. Hanya menyaksikan semua bahkan tanpa niatan menghentikan [Name]. Namun gadis itu berhenti tepat di depan pintu.

"Ah, benar juga!"

Ucapannya membuat Shinichiro mendongak penasaran, diikuti oleh Seishu yang turut menoleh.

"Selamat ulang tahun, Shinichiro. Aku...menyiapkan pesta kecil untukmu saat kau pergi tadi. Tapi, kau tetap bisa menikmatinya bersama teman-temanmu, jadi jangan khawatir."

Shinichiro tentu terkejut mendengar pengakuan [Name]. Perasaannya berkecamuk tak karuan. Mulutnya hendak mengatakan sesuatu, namun [Name] kembali berucap, "Jangan hanya berdiam disini. Mereka menunggumu, loh."

Setelahnya [Name] benar-benar meninggalkan bengkel Shinichiro. Tak elak jika perasaannya hancur, bahkan sesaat dadanya terasa sesak. Ia merasa berada disini juga tidak terlalu menguntungkan.

[Name] ingin langsung pulang saja. Ia sempat dihentikan oleh Emma, namun [Name] tak memberi jawaban apapun. Kakinya terus melangkah tanpa memedulikan sekitarnya.

"Oi, [Name]."

Takeomi menyentuh pundak sang adik karena panggilannya yang tadi tidak dihiraukan. "Kau mau kemana? Bagaimana dengan pesta kejutannya? Berjalan lancar?"

[Name] tak berani menatap Takeomi. "Ya, semuanya berjalan dengan lancar. Nii-san masuk saja ke dalam. Aku ... tidak enak badan."

"Tapi, tungg—"

Belum sempat Takeomi meneruskan kata-katanya, gadis itu melenggang pergi begitu saja. "Ah, apa dia pergi ke toserba, ya?" gumamnya bermonolog.

Namun setelahnya Takeomi menggeleng cepat, berusaha menyingkirkan pikiran tersebut. "Tidak, ada sesuatu yang aneh," putusnya lalu segera menemui Shinichiro.

Di sisi lain, Emma membuka pintu bengkel pribadi Shinichiro dengan kencang hingga menimbulkan bunyi debaman. Dibelakangnya sudah ada Manjiro dan Draken yang tadinya sempat menghentikan gadis berambut pirang itu.

Brak!

Shinichiro dan Seishu terlonjak kaget. "Emma? Kenapa ka—"

"Apa yang nii-san lakukan?!"

"Emma...."

"Apa yang terjadi pada kalian? Kenapa nee-san pergi mengabaikanku?"

"Emma, tunggu."

"Jelaskan padaku!"

"Kami... bertengkar hebat tadi."

"...lalu kami putus."

Emma menutup mulutnya karena saking tidak percayanya. Matanya sudah berkaca-kaca. Langkahnya juga beringsut mundur, menjauhi Shinichiro.

"Emma, tapi ini tidak seperti yang kau bayangkan. Ada satu masalah yan—"

"Kenapa nii-san tega melakukan hal ini? Padahal nee-san sudah berusaha keras untuk menyiapkan kejutan untuk ulang tahunmu! Kenapa nii-san tidak pernah menghargai usahanya!"

"Emma, cukup!"

Mendengar bentakan Shinichiro membuat Emma berjengit kaget. "Aku membencimu. Aku sungguh kecewa pada nii-san," ucapnya yang kemudian langsung pergi disusul oleh Draken.

Sedangkan Manjiro menatap nanar kakak sulungnya. "Aku tidak tahu apapun. Tapi aku tahu, [Name]-nee tulus padamu."

Manjiro kemudian menyusul Emma dan Draken yang telah pergi terlebih dahulu. Namun masalah tak berhenti sampai disitu. Takeomi yang sedari tadi mendengar ucapan Shinichiro juga tampak kecewa.

"Apa maksudnya ini, Shin?"

"Akaashi..."

"Memangnya kau siapa bisa membuat adikku menangis? Kau siapa bisa seenaknya berbuat seperti ini padanya?"

"Aku bisa menjelaskan padamu. Itupun jika kau bersedia."

"Persetan dengan penjelasan. Padahal aku mempercayakan [Name] padamu. Tapi ternyata kau sama saja."

"Akaashi, jangan memicu konflik internal dalam geng kita. Aku tidak berada dalam posisi yang sepenuhnya salah!"

"Hahaha, apa peduliku? Aku bergabung dengan Black Dragon untuk melindungi adikku. Jika yang menyakiti [Name] adalah dirimu, maka tidak ada alasan lagi bagiku untuk tidak menghabisimu."



.
.
.







TBC, Jangan lupa tinggalkan jejak yaa teman-teman hehehe :")) Boleh dong sekalian isi secreto-ku ^^

Mau ngingetin lagi, btw. Semua boyfriend series punyaku itu latarnya SMA yaa:( ada bbrapa yang masih salah paham juga huhu :"

Sankyuu!!

Continue lendo

Você também vai gostar

19.5K 2.6K 6
ㅤsuna rintarou as your boyfriend disclaimer ©Furudate Haruichi. story of @lucyfaro > @louvanka. happy reading and hope u like it.
64.5K 11.5K 14
❝ mulai sekarang, kamu itu milikku! ❞ punya temen kayak kazutora? dia ganteng sih, tapi.... kayak nya dia rada sinting deh? TOKYO REVENGERS ©KEN WAK...
59.6K 7.3K 33
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
184K 34.1K 76
"Hah? Penyihir? "Iya, Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry adalah sebuah sekolah sihir." "(Nameeeee)!!!!! Ayo kita nyusup ke dapur" "(Name) kau...