UNTOUCHABLE

By KimYena__

5.8K 853 76

Yin terbelenggu oleh ingatan-ingatan yang samar. Tentang seseorang, tentang perasaan, tentang bagian hidupnya... More

01
02
03
04
05
06
07
08
10
11
12
13
14

09

330 59 9
By KimYena__

Yin meletakkan cangkir kopinya dan beralih pada War yang sedang memakan bubur. "Hari ini bibi Tam tidak datang. Makan siangmu akan ku kirimkan melalui Toey atau layanan pesan antar. Tapi belum ku putuskan, kita lihat nanti."

"Apa terjadi sesuatu dengan bibi Tam?" Tanya War.

"Tidak," balas Yin. "Bibi Tam hanya pergi untuk check up rutin saja." Yin meletakkan kembali koran ditangannya setelah teringat sesuatu. "Ah, dan soal bajumu, aku akan mengirimkan beberapa pasang siang nanti. Sementara gunakan saja dulu bajuku."

War mengangguk dan kembali pada buburnya sebelum Nana berkata, "Ibu, kemarin guruku mengatakan bahwa ayah datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Ia meninggalkan nomor telepon dan menanyakan keadaan kita. Apa ibu tidak menghubungi ayah dan memberitahunya tentang apa yang terjadi dan dimana kita tinggal sekarang?"

War meletakkan sendok ditangannya, "Ibu lupa memberi tahu ayah. Apa kau menyimpan nomor telepon yang ayah tinggalkan pada gurumu?"

Nana mengangguk dan turun dari kursinya menuju tas yang diletakkan diatas sofa ruang tamu. Anak itu kembali pada War dan memberinya nomor telepon Great.

Interaksi antara Nana dan War mencuri perhatian Yin. Pria itu bertanya, "Apa kau bahkan tidak hafal nomor telepon Great? Bukankah dia adalah pria-mu?"

War menggeleng. "Sejujurnya, kami tidak pernah saling menghubungi karena aku tidak memiliki ponsel dan baru-baru ini Great mengganti nomor teleponnya. Lagi pula ia akan datang setiap hari, jadi tidak ada alasan bagiku untuk meneleponnya."

Yin benar-benar tidak habis pikir dengan War. Apa dia pikir dia hidup di zaman batu sehingga benda yang sangat penting seperti sebuah ponsel tak dimilikinya. "Kau ingin menghubungi Great?"

War mengangguk ragu atas pertanyaan itu.

"Gunakan ini dan hubungi pria itu," kata Yin setelah menyodorkan ponselnya pada War.

War terkejut, namun ia tetap mengambil ponsel itu. "Aku akan meminjamnya sebentar, Direktur." Kemudian pergi ke halaman belakang untuk menelepon Great.

●●●

Senyum War sangat cerah ketika seseorang yang sudah ditunggunya muncul dari pintu rumah yang sengaja dibiarkan terbuka. Ia berlari segera setelah pria itu melebarkan kedua tangannya.

"Aku merindukanmu," Pria itu, Great, memeluk dan menenggelamkan wajahnya diceruk leher War untuk menghirup aroma tubuhnya sebanyak mungkin. "Aku sangat merindukanmu." Bisiknya sekali lagi.

"Aku juga," balas War pelan.

"Ayah!" Nana segera melepaskan genggaman tangannya dengan Yin dan berlari pada Great yang sudah menunggunya. "Ayah, aku merindukanmu!"

"Oh, putriku!" Great memeluk Nana dan membawa tubuhnya bergoyang ke kanan dan ke kiri. "Putriku yang sangat cantik, ayah merindukanmu sayang."

Sementara Great, War dan Nana saling melepas rindu, disana Yin berdiri kaku memperhatikan mereka dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Tuan," Great tersenyum ke arah Yin begitu ia menyadari keberadaan pria itu. "Aku mengucapkan banyak terima kasih atas bantuanmu. Aku benar-benar bersyukur kau bersama dengan War dan putriku malam itu sementara aku tidak disana."

"Yin. Panggil saja aku Yin."

Great mengangguk. "Baiklah, Yin. Terima kasih karena sudah menjaga orang-orang yang ku sayangi selama tiga hari ini."

Yin hanya membalas Great dengan melemparkam senyum tanpa berkata apa-apa.

●●●

Yin berdiri di ambang pintu kamarnya, memperhatikan tempat tidur yang kosong. Pria itu kemudian berjalan ke kamar yang lain dan menemukan keadaan yang sama, kosong. Kamar, ruang tamu, meja makan, semua kosong. Tidak ada siapa pun disana kecuali dirinya.

"Kalian baru pergi semalam, tapi kenapa semua terasa sangat berbeda?"

Lama Yin berdiri ditengah-tengah rumahnya, memperhatikan sekitar tapi tidak ada yang bisa dilakukan. Pria itu berakhir di meja makan untuk sarapan. Ia makan dengan enggan dan pergi ke kantor setelah hanya menelan secuil roti panggangnya.

"Tuan, kau baik-baik saja?" Tanya Toey dari balik kemudinya. Ia melihat sekilas ke arah kaca spion tengah dan memperhatikan Yin yang hanya duduk tanpa suara di kursi belakang. "Kau merasa tidak enak badan, tuan? Haruskah kita kembali saja ke rumahmu?" Toey bertanya-tanya apa yang telah terjadi hingga Yin terlihat seperti itu. Dan lagi, ia merasa agak aneh karena ini kali pertama pria itu meminta diantar ke kantor setelah selalu mengemudikan mobilnya sendiri.

"I'm fine." Balas Yin enggan. "Mengemudi saja dengan benar dan jangan banyak bicara."

"Omong-omong, tuan, aku belum bisa mendapatkan catatan kesehatan War seperti yang kau minta." Kata Toey. "Cukup sulit mendapatkannya meski aku memiliki kenalan seorang seorang petugas pendataan di rumah sakit."

"Kau harus mendapatkannya tidak peduli apa yang terjadi. Gunakan cara apapun."

●●●

Sudah dua hari Yin merasakan keanehan pada tubuhnya. Ia sempat memeriksakan diri pada dokter pribadinya yang tak lain adalah dokter Win dan mendapat sejumlah dosis obat penghilang rasa sakit, namun Yin tetap mengalami demam. Meski begitu, ia tetap memaksakan diri untuk bekerja.

"Toey, bisakah kau diam sebentar?" Kata Yin dengan suara rendah. "Kepalaku sudah sangat sakit dan kau membuat rasa sakitku semakin parah dengan semua ocehanmu."

"Aku bersikap seperti ini karena kau tidak pernah mendengarku, tuan." Kata pria itu setengah kesal. "Seandainya saja-"

"Kau mau diam atau aku harus menyumpal mulutmu?" Yin melemparkan tatapan kematian. "Daripada mengkhawatirkan sesuatu yang tidak perlu, bagaimana dengan pekerjaanmu? Mana catatan kesehatan War yang ku minta? Ini sudah lebih dari satu minggu dan kau masih belum mendapatkannya?"

"A- em," Toey menggaruk kepalanya sendiri. "Jujur saja sangat sulit mendapatkan apa yang kau minta, tuan. Aku sudah meminta kenalanku mengambil data War, namun keamanan rumah sakit sangat ketat. Jika mereka tertangkap ketika menerobos sistem rumah sakit, maka sangsi yang diberikan sangat berat."

"Beri saja kenalanmu sejumlah uang atau kau bisa mempekerjakan seorang hacker. Aku tidak mau tahu, kau harus mendapatkan catatan kesehatan War!" Kata Yin kesal.

"Sejujurnya aku sudah melakukan banyak cara, tapi mempekerjakan seorang hacker akan menjadi opsi paling akhir." Toey menjeda kalimatnya. "Saat ini, aku sedang menunggu seseorang yang pasti bisa mengakses data pasien untuk membawa catatan kesehatan War padamu."

"Siapa yang kau maksud dengan;  seseorang yang bisa mengakses data-"

Belum sempat Yin menyelesaikan kalimatnya, pintu ruang kerja itu lebih dulu terbuka dan muncul seseorang dengan setelan kemeja biru muda. "Hola~"

"Folk?"

Yang namanya disebut melemparkan senyum ke arah Yin dan menggoyang-goyangkan sebuah amplop berwarna kuning ditangannya. "I got this for you!"

"This, what?"

Folk membuka amplop kuning di tangannya dan membaca judul dokumen yang tercetak di atas kertas itu. "Catatan kesehatan War Wanarat."

Yin reflek melihat Toey dengan tatapan marah. "Kau!" Pria itu bangkit dari duduknya dan meremat secara acak dokumen diatas meja. "Bukankah sudah ku katakan jangan sampai seorang pun mengetahuinya?!"

Folk tiba-tiba berdiri di depan Toey. "Sssttt!" Ia meletakkan telunjuk diatas bibirnya sebelum berkata, "Sekretarismu sudah melakukan pekerjaannya dengan benar. Tapi aku memergokinya menyogok petugas rumah sakit dengan sejumlah uang. Karena penasaran aku memaksa Toey buka mulut dan taraaa~ aku mendapatkan apa yang kau mau."

"Lagipula kau mengatakan aku bisa menggunakan cara apapun untuk mendapatkannya," kata Toey dari balik punggung Folk.

"Tsk! Masih berani membela diri?!"

Yin mengambil benda keras diatas mejanya secara acak dan bersiap melemparkannya kearah Toey sebelum Folk berkata, "Toey cepatlah kabur dan jangan kembali dalam waktu dekat." Folk beralih pada Yin yang terlihat marah. "Anan Wong, bisakah tenang sedikit? Ada apa denganmu? Apa ini begitu penting sampai kau harus bereaksi seperti itu?" Folk mengawasi Yin dari ujung matanya. "Dan siapa War Wanarat ini? Apa salah seorang kenalanmu? Ah-" Folk menjentikkan jarinya. "Atau mainan baru mu?"

Yin menghela napas sebelum mendaratkan bokongnya diatas sofa. "Apa gunanya mencari catatan kesehatan jika dia hanya mainanku?"

"Aw, jadi kali ini kau akan memulai hubungan yang serius?" Folk duduk diatas pangkuan Yin. "Lalu, bagaimana dengan pertunangan kita? Bukankah kita sudah sepakat akan bertunangan lalu menikah?"

Yin mengalihkan pandangan ke arah lain karena wajah Folk begitu dekat dengan wajahnya. "Menyingkir dari pangkuanku atau aku akan menendangmu," kata Yin setengah kesal. "Lagi pula belum ada kesepakatan apapun diantara kita, jadi jangan mengarang sebuah cerita."

"Kau membuat hatiku hancur berkeping-keping, Yin. Kau memang bajingan." Folk memukul kepala Yin dengan amplop di tangannya. "Aku akan membakar berkas ini karena kau sudah menolakku."

Ketika Folk bangkit dari pangkuan Yin, pria itu berusaha merebut amplop ditangannya. Tapi Folk yang mencurigai Yin, lebih dulu berlari dan kejar-kejaran diantara dua orang itu tak dapat dihindari sampai akhirnya kaki Yin tersandung dan membuat tubuhnya limbung diatas Folk.

Folk melempar senyum menjengkelkan ke arah Yin yang berada diatas tubuhnya. "Kau ingin melakukannya disini? Di ruang kerjamu, siang hari ketika pintu tidak dikunci?"

"Direktur?"

Yin menoleh ke arah pintu yang baru saja dibuka. "War?" Pria itu buru-buru bangkit dan merapikan pakaiannya disusul oleh Folk.

"Maaf aku-"

"Tidak! Ini tidak seperti apa yang kau lihat, aku serius!" Kata Yin setelah berusaha memotong kalimat War. "Jangan salah paham, oke?"

"Hai, War. Maaf karena kau harus melihat adegan tidak senonoh di siang hari seperti ini." Kata Folk yang membuat War menatapnya dengan tatapan bingung. "Yin memang sulit menahan hasratnya ketika bersamaku." Ia berjalan melewati War sebelum berbalik dan berkata, "Jangan lupa bahwa kau diundang makan malam oleh ayah dan ibuku besok lusa, sayang."

Yin melotot ke arah Folk yang berkedip nakal dan menggoyangkan amplop ditangannya. "DAMN!"

"Direktur, aku- aku akan pergi. Maaf karena telah mengganggu-" War melangkah menuju pintu.

"Berhenti disana. Jangan pergi." Kata pria itu dan berhasil membuat War menoleh kembali ke arahnya. "Apa yang membawamu kemari? Ada sesuatu yang ingin kau katakan?"

●●●

"Ku kira kau akan datang dengan orang tuamu?" Tanya Yin setelah meletakkan gelas wine ditangannya.

Folk menarik kursi yang berada tepat di depan Yin sebelum berkata. "They can't make it today. Mereka terbang ke dubai untuk makan malam dengan salah seorang investor."

"Terjadi sesuatu?" Tanya Yin setelah Folk terlihat mabuk. "Kau minum sebelum menemuiku?"

"Hanya sedikit." Kata Folk yang kemudian memesan whiskey dan menghabiskan botol pertamanya dengan cepat. "Aku sangat lelah dengan hidupku, juga pekerjaanku. Begitu banyak pasien yang harus ku tangani akhir-akhir ini, ku harap aku hanya menangani kelas VIP saja, tapi itu mustahil karena ayahku tidak akan membiarkannya."

"Kau harus bertahan. Begitu kau menikah semua akan menjadi lebih baik, jadi bersabarlah sedikit lagi." Kata Yin.

"Diam lah jika kau tidak berencana untuk menikahiku!" Kata Folk sengit. "Bisa-bisanya memberiku semangat ketika pada akhirnya kau hanya menjadi penonton sementara aku menikahi bajingan busuk yang dipilihkan oleh ayahku."

"Aku akan membantumu mencarikan seorang pria baik-"

Folk memotong kalimat Yin dengan, "Diam lah brengsek! Jangan berusaha menjadi pahlawan dalam kisahku! Jika kau ingin membantu, maka ayo kita menikah!"

"Folk, aku tidak bisa." Balas Yin. Ia terlihat sangat serius sekarang. "Kau sahabatku, kau sangat baik, tapi hanya itu. Aku tidak berencana hidup bersamamu dan pernikahan bukan sesuatu yang main-main untukku."

"Cukup. Tidak perlu dilanjutkan, aku mengerti." Folk menatap Yin tak kalah serius. "Lalu, apa yang terjadi denganmu? Mengapa kau menginginkan catatan kesehatan War Wanarat itu? Aku membacanya kemarin, dikatakan bahwa ia memiliki wali seorang alpha dan seorang anak perempuan juga berada di bawah perlindungan mereka."

Yin menghela napas kasar. "Tidak ada yang terjadi. Aku hanya menyukainya."

"Wait- what?" Folk mengerutkan kening. "Don't tell me-" Ia kehilangan kata-kata. "Kau menyukai seseorang yang sudah berpasangan? Dimana kau meletakkan otakmu? Mereka bahkan memiliki anak! You must be out of your mind!"

"No. Ini tidak seperti bayanganmu." Yin memijat ringan pelipisnya. "Aku tidak tahu dari mana harus memulainya. Ini semua sangat rumit."

"Memang rumit karena kau menyukai seseorang yang sudah dimiliki, bodoh!" Folk terlihat sangat kesal.

"Kau tidak mengerti, Folk." Pria itu lagi-lagi menghela napas. "Mereka tidak memiliki ikatan, mereka bahkan bukan mate. Pria itu hanya menjadi wali untuk War dan anaknya. Hanya itu."

"Bagaimana kau yakin jika mereka bukan mate?"

"Tidak ada bukti yang menguatkan bahwa mereka telah mating. War tidak memakai cincin dan status mereka secara hukum adalah single. Pria itu bahkan bukan ayah kandung dari anaknya, mereka memiliki tato yang berbeda." Yin memejamkan matanya sejenak sebelum berkata, "Aku masih mencari tahu soal ini, tapi anak War itu kemungkinan besar adalah adikku."

Mata Folk terbelalak. "Are you fucking kidding me right now?"

Bersambung..

Continue Reading

You'll Also Like

191K 9.3K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
81.9K 16.2K 176
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
65.8K 6.8K 22
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
414K 4.4K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...